INGIN keluarga tenteram dan terhindar dari godaan? Termasuk membentengi agar istri atau suami tidak berselingkuh? Atau berharap akan datangnya rezeki dan kenaikan pangkat? Ziarahlah ke Makam Mbah Saripodang di Desa Gemiring Kidul, Kecamatan Nalumsari, Jepara Jawa Tengah. Tempat ini sering didatangi mereka yang suka sesirih dan percaya pada hal-hal bersifat mistis.
Meski zaman menjadi modern, diakui atau tidak, masih banyak yang percaya pada hal-hal mistis. Bahkan tidak hanya wong cilik, tapi juga orang berpangkat atau orang gedean. Desa Gemiring Kidul, memang menyimpan banyak tempat misteri, satu diantaranya makam Mbah Saripodang di Dukuh Ngablak. Orang menyebut tempat ini begitu manjur untuk mengantarkan orang-orang yang memiliki berbagai tujuan baik.
Mbah Saripodang, dulu dikenal sebagai seseorang yang punya daya linuwih dan berjasa terhadap sesama selama hidupnya. Karenanya, hingga meninggal pun namanya tetap harum dan makamnya sering didatangi para peziarah. Mbah Saripodang juga dikenal dengan sebutan Mbah Buyut Sarijati atau Mbah Buyut Sangka yang konon berasal dari kerajaan Mataram. Makamnya memang jauh dari pemukiman penduduk dan itu merupakan makam tunggal, karena di kanan kirinya tak ada makam lain.
Juru kunci Mbah Suhud (88) sejak 15 tahun silam setia merawat makam ini. Ia mengaku mendapat beberapa benda misteri dari sekitar makam. Menurutnya, barang yang dikeramatkan dari makam itu adalah batubata dari tembok dan kayu jati larangan bekas bangunan. Karena menurut kepercayaan, dua benda itu punya daya linuwih. Mereka yang berziarah kemudian pulang membawa secuil kayu atau batubata, akan terkabul cita-citanya.
Tak heran jika para peziarah datang, selalu membawa pulang benda itu. Namun benda-benda yang dibawa harus digunakan untuk kebaikan. Jika ternyata digunakan untuk hal-hal yang kurang baik akan ditanggung sendiri akibatnya, yakni seseorang itu akan mendapatkan aib dan malapetaka.
Keterangan Mbah Suhud diamini petinggi Gemiring Kidul Drs Imam Dwi Cahyono. Menurutnya, banyak peristiwa yang kadang tidak tinemu nalar. Khususnya dalam soal ketenteraman rumah tangga untuk menghindari suami atau istri agar tidak selingkuh. Mereka secara diam-diam berziarah ke makam itu dan pulang membawa secuil kayu untuk diletakkan di saku atau celana yang dituju.
“Dengan izin Allah, yang memakainya akan segera sadar dari perbuatan yang mengkhianati istri atau suami karena selingkuh itu. Ada orang yang sulit menjual tanah, setelah datang ke tempat itu tanahnya cepat laku,” ungkapnya.
Makam tersebut sering didatangi orang dari berbagai daerah, terutama pada Jumat Wage dan Jumat Kliwon. Warga dengan membawa pisang mas dan kembang telon datang untuk ngalap berkah. Bila sudah terkabul biasanya mereka kembali membawa barang kesukaan Mbah Buyut Saripodang, berupa dekem ayam dere.
“Mereka yang berhasil cita-citanya, ada yang menyumbangkan harta bendanya untuk pemugaran dan merehab rumah dan makam. Kami sudah melakukan rehab dua kali, yang dananya berasal dari warga dan peziarah,” ujar Imam.
Hanya ada salah satu bagian yang memang tidak ada warga yang berani mengutak-atik. Yaitu tiang atau saka rumah makam, sehingga upaya yang dilakukan hanya membungkus dengan kayu saja.
Untuk menghormati jasa Mbah Saripodang, maka setiap 10 Syura ditempat itu diadakan acara khaul, yakni memperingati meninggalnya leluhur tersebut. Saat itulah terjadi puncak kunjungan para peziarah.(indospiritual.com)