Palembang, Palembang Pos,- Komunitas ataupun klub motor bisa dijumpai ditiap sudut Kota Palembang, para biker (pengendara motor, red) ini biasanya menghabiskan waktu dengan berkeliling kota dan untuk sejenak menempati tempat tongkrongan guna berkumpul sesama biker. Untuk tergabung dalam komunitas ataupun klub motor tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Kendati demikian, ada pula komunitas ataupun klub motor yang mengenakan biaya pendaftaran bagi mereka yang ingin bergabung, namun biaya yang dikenakan tak begitu besar. Koordinator Komunitas Honda Tiger Mailing List (HTML), Elvin mengatakan, pihaknya tidak mengenakan biaya pendaftaran untuk mereka yang ingin bergabung dalam komunitas motornya. Hanya saja, pihaknya mengenakan biaya Rp 25 ribu untuk membeli stiker khusus yang menandakan bahwa anggota komunitasnya. “Cuma ada biaya beli stiker aja Rp 25 ribu, kan setiap komunitas ada ciri khasnya. Jadi, sebagai cirinya bisa dilihat pada stiker HTML yang ditempel pada bagian motor,” terang Elvin kepada koran ini, kemarin. Ditambahkan Elvin, komunitasnya sering melakukan touring ke berbagai daerah bahkan keluar Pulau Sumatera. Pada saat inilah, para anggota komunitas dikenakan biaya sekitar Rp 50 ribu atau secukupnya untuk persiapan selama diperjalanan. “Kalau touring biayanya Rp 50 ribu tiap anggota, gunanya untuk biaya makan plus cari penginapan. Selain itu yang menjadi perhatian kita juga yakni kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) serta biaya perawatan dan kerusakan,” ujar Elvin yang juga anggota kepolisian di Polres Banyuasin ini. Berbeda dengan komunitas HTML, yang semua anggotanya secara tidak langsung harus memiliki jenis motor tiger yang harganya hingga puluhan juta rupiah. Klub motor lainnya seperti ROC (Ruby Owner Club) terdiri dari pemilik motor gede dengan jenis menyerupai Harley Davidson, semua anggotanya khusus pemilik motor Kaisar ini untuk bergabung dengannya tentu harus memiliki motor yang sama jenisnya. Bendahara ROC, Eduar menuturkan, dirinya membeli motor kaisar yang masih standar itu seharga Rp 35 juta. Namun, karena telah dimodifikasi kini harganya ditaksir hingga ratusan juta. “Dulu saya beli Rp 35 juta, sekarang sudah saya modif kira-kira harganya bisa mencapai Rp 120 juta,” terang Eduar. Harga motor yang terbilang mahal belum lagi biaya selama touring dengan klubnya tidak menjadi masalah. “Keluarga nggak komplain namanya juga hobby,” kata penunggang kuda besi yang telah menjelajahi beberapa kota di Indonesia ini. Disinggung mengenai aksi geng motor, komunitas HTML dan juga klub motor ROC mengatakan jika mereka yang bertindak anarkis tersebut tidak tergabung dalam komunitas ataupun klub sehingga tidak ada yang memberikan pembinaan. Kedua kelompok biker ini prinsipnya jauh berbeda dengan geng motor, bahkan ketika melihat anak muda yang mengendarai motor secara ugal-ugalan mereka memberikan himbauan. Dalam manjalankan hobbinya, puluhan biker baik dari HTML maupun ROC ini selalu berkoordiansi dengan pihak kepolisian serta membantu aparat kepolisian dalam mensosilisasikan safety riding, serta cara berlalu lintas yang baik sesuai peraturan rambu-rambu. Terpisah, Manager YAMR BMK DJM Club salah satu club motor Drag di Kota Palembang, Alfin, kepada koran ini, Minggu (6/5). Menurutnya, klub motor yang telah berdiri dua tahun ini telah banyak menyabet berbagai piala dari berbagai kejuaraan yang digelar. “Untuk tahap awal memodifikasi mesin saja bisa menelan dana sekitar Rp 20 juta, itu sudah dapat satu motor yang dapat tampil ke arena drag. Namun, bukan hanya itu saja adapun biaya tambahan lainnya seperti untuk keperluan atribut yang terdiri dari sepatu, jaket dan helm juga membutuhkan dana belasan juta rupiah,” papar Alfin, ketika dibincangi koran ini di markasnya, kemarin. Lebih lanjut Alfin menjelaskan, untuk sepatu biasanya memerlukan biaya Rp 4,5 juta, sedangkan untuk pemakaian atribut secara lengkap diperlukan bianya Rp 15 juta. Secara prosedur untuk arena drag, atribut tersebut tidak terlalu dipentingkan karena joki (pembalap, red) hanya mengenakan jaket, helm dan sepatu saja. “Atribut lengkap dapat dikenakan ketika joki turun ke arena road race saja. Karena arena itu sangat menantang dan memacu adrenalin yang tajam, makanya perlu keamanan tepat. Selama ini kami hanya dirangkul oleh managemen sendiri,” tuturnya. Sayangnya, hobi satu ini tidak mendapatkan dukungan pemerintah daerah, padahal hobi ini bisa mengangkat nama Kota Palembang ke nasional bahkan internasional. Oleh karena itu, Alfin berharap, pemerintah setidaknya menyediakan wadah arena berlatih atau arena perlombaan yang tepat sehingga setiap klub memiliki waktu berlatih jelas. Hal ini juga dapat menghindari dari balapan liar anak- anak yang memiliki hobi, namun tidak di rangkul. “Dari pada mereka balap liar di malam hari gak jelas, mending kita salurkan bakat mereka yah seperti kami ini buat wadah. Namun, tampaknya pemerintah tidak mendukung hobi kami, karena beberapa kali tempat latihan kami digusur dan harus berpindah-pindah tempat jadinya. Dulunya kawasan Kampus tempat latihan kami, lalu pindah ke Jakabaring dan itu juga dilarang lantaran Sea Games. Akhirnya kami coba tes dan latihan di jalan biasa pada malam hari,” lanjutnya. Untuk bergabung di klub ini juga pihaknya tidak sembarangan, karena keselamatan merupakan keutamaan. Fisik dan mental menurut Alfin harus diperhatikan. “Kami punya anggota delapan orang, mereka pastinya tidak narkoba dan alcohol. Gimana bisa balap kalau sempoyongan,” tegasnya. (ety/nik/cr03/cr06)
|