Banaspati di Latar Candi Penataran |
|
|
|
Sunday, 17 March 2013 16:47 |
SEMENTARA untuk welirang dibakar di pedupaan sehingga aromanya menyebar ke sekitar dan membuat Banaspati pergi menjauh. Konon, Banaspati tidak menyukai aromanya. Banaspati sendiri ketika mengganggu manusia mengarah ke ubun-ubun. Adapun risiko yang paling buruk dari gangguan makhluk gaib ini adalah “menyedot” isi kepala manusia lewat ubun-ubun. Keganasan Banaspati di beberapa tempat angker di Blitar terhadap manusia memang belum terdengar sampai menimbulkan korban jiwa. Artinya, belum ada yang mati gara-gara disedot Banaspati. Namun untuk hewan piaraan, sudah acap kali terjadi. Pernah terjadi di kawasan Blitar Utara, beberapa sapi perah mati mengenaskan karena kehabisan jaringan otak. Lukanya terdapat di ubun-ubun, dan itu terjadi di Desa Slumbung sekitar tahun 1999 silam. Kembali pada Banaspati yang sering mengganggu di Jembatan Kademangan maupun di lokasi Candi Penataran, para tukang ojek di sana yang operasi di malam hari kabarnya selalu membekali diri dengan garam dapur. Garam dapur memang sudah menjadi jimat “instan”. Hal itu disebabkan garam berasal dari lautan. Laut, dalam perwatakan alam adalah tempat yang paling sempurna di dunia. Meski dari daratan terjadi banjir dan kotoran, tapi laut tetap jernih. Dari sifat laut inilah garam dapaur sejak dahulu kala merupakan jimat alami yang salah satunya berguna untuk melawan kekuatan makhluk halus. “Selama ini saya menjadi tukang ojek. Saya sering mengantar penumpang melewati jembatan Kademangan, bahkan bisa tiap malam. Tapi saya tidak pernah takut,Karena punya jimat andalan, ini!” ujar Miskum Ketika ditanya, pernahkah dia dihadang setan api itu? Dia menjawab “ya”.Ceritanya sepulang mengantar orang yang baru mudik dari Malaysia ke Tumpak Kepuh, kawasan Blitar Selatan. Tiba-tiba begitu masuk jembatan banyak bola-bola api. Karena dia sudah membekali diri, ditaburkannya garam dapur dan setan api itu seketika hilang. Meski demikian, sampai saat ini orang akan berpikir dua kali untuk melintasi jembatan itu terutama selepas dini hari. Mereka lebih baik memutar ke timur lewat Lodoyo, atau melalui Brantas dengan cara menyeberang dengan perahu tambangan.(berbagai sumber)
|