BELUM meratanya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat tentang dampak positif berdonor darah ternyata membawa pengaruh yang cukup banyak dalam kehidupan bermasyarakat terutama dalam bidang kesehatan. Akibat masih minimnya warga yang mendonorkan darah menjadi pemicu sulitnya mendapatkan stok darah di PMI.
Belum lagi dengan maraknya aksi calo yang kerap kali memperjualbelikan darah mereka dengan harga tinggi. Imbalan yang didapat juga tidak tanggung- tanggung dalam satu kali pengambilan darah bisa menghasilkan Rp 500 ribu lebih. Seperti yang diungkapkan salah satu pendonor yang kerap mangkal di markas Palang Merah Indonesia (PMI), Unit Donor darah RSMH Palembang. Sebut saja Badu (30) yang menjalani hidupnya sebagai calo donor darah sejak 5 tahun lebih. Profesi yang illegal ini dijalaninya demi mendapatkan raupan rupiah utnuk kelangsungan hidup keluarga. “Setiap hari dijamin tidak akan kosong, caranya kita mendekatkan diri kepada keluarga pasien yang berbondong- bondong datang ke unit PMI dengan tas khusus darah. Setelah harga disepakati kita langsung bersedia mendekatkan di ke petugas lalu dilakukan pemeriksaan alakadarnya dan diambil darah kita sesuai dengan kebutuhan setiap pengambilan,” ujarnya. Diakui Badu, darah yang mengalir di tubuhnya steril. Meskipun keseharian Badu yang liar dan kerap mengonsumsi minuman keras di sekitaran PMI. “Steril dong, kan yang penting darahnya bisa difungsikan untuk pasien,” akunya. Setiap harinya Badu beserta tim calo pendonor tidak pernah absen di kawasan tersebut. Duduk sembari minum kopi diselingi dengan minuman keras dan beberapa dopping sebagai penambah stamina menghibur keseharian para calo. “Kan tidak begitu berpengaruh, jika memang darah kami tidak diterima. Tentu pihak PMI telah menolak, buktinya masih saja mau” tandasnya. Badu menegaskan, tidak semua calo darah berbuat seperti itu. Ada yang benar- benar melakukan profesinya dengan murni dan keikhlasan. Menyikapi hal itu, Dr Anton Suwindro Kepala Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Palembang mengatakan, PMI itu hanya bertugas mengelola darah yang di ambil dari pendonor. “Jangan beli darah dengan calo,” tegasnya. Dia mengatakan, minimnya kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darahnya menjadi pemicu stok darah yang minim. “Kalau semakin banyak masyarakat rutin mendonorkan darah semakin banyak pula stok darah yang dapat kita olah dan disalurkan kembali pada masyarakat yang membutuhkan. Yang jelas, kami tidak akan mempersulit orang yang membutuhkan darah,” ujarnya. Dikatakannya, selain itu minimnya stok darah di PMI juga karena darah-darah yang sudah disterilkan oleh PMI disalurkan langsung ke rumah sakit-rumah sakit besar di kota Palembang yang mempunyai bank darah. Seperti i RSMH, RS Siloam dan rumah sakit besar lainnya guna kemudahan pasien untuk mendapatkan darah “Sebagian darah yang diolah PMI langsung disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit yang menjalin kerja sama dengan pihak kita, dengan harapan pasien yang membutuhkan darah tak perlu bersusah payah berurusan ke PMI cukup ke pihak bank darah rumah sakit yang telah mendapatkan suplai darah dari kami,” ungkapnya. Kedepan, lanjut dia, diharapkan masyarakat untuk turut berpartisipasi mengatasi dan mencari solusi susahnya mendapatkan darah dengan menggiatkan dan saling mengajak untuk mendonorkan darahnya ke PMI. Sehingga dapat membantu masyarakat yang membutuhkan darah dan tak berpikiran negatif tentang PMI. “Problem ini harus dapat menjadi titik balik bagi masyarakat untuk sadar dan ikut terlibat dalam proses donor darah, sehingga susahnya mencari darah di PMI tidak terjadi lagi. Sebab bila masyarakat sadar pentingnya mendonorkan darah dan membantu sesama, dijamin PMI juga tak kesusahan dan tak kehabisan stok darah untuk di salurkan ke yang membutuhkan,” tegasnya.(nik/vot)
|