Klembak Menyan Sesaji Pusaka |
|
|
|
Wednesday, 17 April 2013 14:07 |
ROKOK klembak menyan, bubur merah putih dan kemenyan dibakar adalah sesaji untuk tombak Kyai Tunggul Naga, tombak pusaka Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Kyai Tunggul Naga ini dulunya adalah pusaka milik Raden Batara Katong Adipati di Ponorogo pada awal masa pemerintahan Kasultanan Demak Bintara. Ada dua versi tentang asal muasal tombak pusaka tersebut. Yang pertama versi keturunan Demang Kutu Ki Ageng Suryangalam dan versi Babad Ponorogo. Sedang pamornya kudung, tangkainya dari sulur pohon jati, ada ukirannya naga. Ukuran panjang kira-kira 60 cm. Menurut H Mardi yang menyimpan tombak ini, pada tahun 1990 ada orang dari Jakarta menawar tombak Kyai Tunggul Naga dengan harga Rp 1 miliar. Tetapi tombak tidak dilepas karena memang niatnya tidak akan dijual. H Mardi ini mengaku keturunan ke 17 dari Demang Kutu Ki Ageng Suryangalam. Yang membuatnya heran, ada orang tahu dirinya menyimpan tombak Kyai Tunggul Naga. Padahal sudah dibuat rahasia. Versi keturunan Demang Kutu, tombak Kyai Tunggul Naga dulunya milik Ki Ageng Suryangalam yang menjadi demang di Kutu. Menurut Dr GR Lono Lastoro Simatupang dosen jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM yang melakukan penelitian reog di Ponorogo, Demang Suryangalam sebelumnya pujangga di istana Majapahit. Ia pergi meninggalkan istana karena kecewa. Nasehat-nasehatnya untuk menata negeri Majapahit tidak didengarkan oleh Prabu Kertabhumi. Menjelang runtuhnya kerajaan besar itu, keadaan negeri semrawut, bobrok. Banyak gerakan separatis ingin memisahkan diri dari Majapahit. Sikap oposan Demang Suryangalam ini membuat Prabu Kertabhumi marah, ia kemudian menyuruh salah seorang puteranya yang bernama Raden Batara Katong untuk menangkap Demang Suryangalam. Setelah berhasil mengalahkan Demang Kutu, Raden Batara Katong kemudian memiliki tombak Kyai Tunggul Naga. Adapun tombak itu aslinya berasal dari Tuban, pusaka Adipati Tuban Ranggalawe. Tombak Kyai Tunggul Naga dikenal sebagai pusaka yang ampuh. Sedang versi Babad Ponorogo, tombak Kyai Tunggul Naga diperoleh Batara Katong dari hasil bersemadi di sebuah tanah lapang tanpa rumput sehelai pun yang disebut ara-ara. Waktu itu Ponorogo masih disebut Wengker. Raden Batara Katong ditemani oleh Ki Ageng Mirah, Patih Seloaji dan Jayadipa. Dari ara-ara itu didapatkan tombak Kyai Tunggul Naga, payung dan sabuk. Menurut penelitian Lono Lastoro Simatupang, meskipun Batara Katong sudah bisa mengalahkan Demang Kutu, tetapi tidak menghapus kesenian reog yang diciptakan oleh Demang Suryangalam. Bahkan kemudian menyuruh Ki Ageng Mirah untuk menggarap ulang kesenian reog disesuaikan dengan garis kebijaksanaan Batara Katong sebagai penguasa Wengker. Kesenian reog garapan Demang Suryangalam waktu itu bersifat satire mengeritik kebobrokan Majapahit. Meskipun begitu, Batara Katong setelah menang tidak melarang kesenian reog. Bahkan menggunakan reog untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan tugasnya. Reog digarap ulang oleh Ki Ageng Mirah, dengan menghilangkan sindiran yang mengarah ke pemerintah Majapahit.(ety/dbs)
|