Jakabaring, Palembang Pos.- Bentrok suporter Beladas dan Singa Mania yang kian memanas akhir-akhir ini tampaknya belum ada tanda-tanda berakhir. Perjanjian damai yang selama ini sering dilakukan, ternyata gagal meredam ‘Perang Saudara’. Barangkali solusi dari berbagai solusi hanya satu, yaitu damai melebur atau kisruh akan terjadi sepanjang masa.
Kisruh suporter di Palembang, ternyata mendapat perhatian besar dari kelompok supoter Persija Jakarta, The Jak Mania. The Jak Mania berharap seluruh kelompok suporter lebih melihat kepentingan Sriwijaya FC daripada mempertahankan egoisme masing-masing. “Perlu ditekankan bahwa berdirinya kelompok suporter di Palembang, karena adanya Sriwijaya FC. Artinya jika tidak ada Sriwijaya FC, maka tidak akan ada suporter di Palembang. Oleh karena itu tinggalkanlah egoisme,” ujar ketua The Jak Mania, Muhammad Larico Ranggamone ketika dihubungi Palembang Pos, tadi malam. Menurut pria yang membawahi 59.000 anggota ini, The Jak Mania sangat prihatin dengan bentrok suporter di Palembang. “Saya berharap semua kelompok suporter di Palembang bisa duduk bersama, diskusi, serta menghilangkan perbedaan. Sama-sama mendukung Sriwijaya FC, harusnya saling rangkul,” sambungnya. Rico, sapan akrabnya, malah menyarankan seluruh suporter Sriwijaya FC bisa bersatu. “Bersatu itu bagus, yang tua-tua (ketua, Red) bisa legowo dan menerima keadaan. Semua harus mengerti bahwa situasi sudah berubah, jangan ribut lagi,” urainya. The Jak Mania, dikatakan Rico, sejatinya bisa mengkoordinir semua perbedaan para anggotanya. The Jak Mania terdiri dari 11 komunitas, tetapi tetap dalam satu naungan yang terorganisir. Salah satu cara untuk menghindari gesekan antar anggota, diceritakan Rico, The Jak Mania menggelar rapat rutin setiap Selasa dan Jumat. Tidak jauh beda diungkapkan ketua kelompok suporter Viking (Persib), Heru Joko. Secara tegas Heru menyerukan semua kelompok suporter di Palembang lebih mengedepankan adu kreasi. “Terkadang karena sudah sangat fanatik, suporter ini jadi sangat emosi. Oleh karena itu emosi itu disalurkan lewat karya kreatifitas,” imbuhnya. Menurut Heru, para pemimpin suporter di Palembang harus menjauhkan emosi. “Hal ini sama di Bandung, kita bebaskan mau berkelompok apapun, tetapi kita tidak bentrok. Soalnya persaingan kita biasanya melalui kreasi, contohnya membuat album musik kompilasi,” bebernya. Sayangnya wacana penyatuan suporter tampaknya masih jauh. Keberadaan suporter, merupakan hal yang paling penting dalam susksesnya sebuah tim sepakbola, termasuk Sriwijaya FC. Sriwijaya FC yang lahir tahun 2004 setelah di take over dari Persijatim langsung membangkitkan semangat masyarakat Sumsel untuk membentuk kelompok suporter dan lahirlah Sriwijaya Mania (S-Man) pada tahun yang sama. S-Man ini akhirnya pecah. Musim kompetisi 2011/2012 tampaknya menjadi yang paling berdarah. Jika sebelumnya bentrok hanya melibatkan Singa Mania dan Beladas Simanis, kini Beladas SMS ikut serta dalam pusaran konflik. Setiap pertandingan kandang Sriwijaya FC yang digelar di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, justru menjadi ajang bentrok. Bahkan beberapa waktu sempat ada korban jiwa dari pertikaian kedua kelompok suporter. Ketua Beladas SMS, Eddy Ismail mengungkapkan pihaknya kini masih menunggu jalan damai yang akan diambil Manajemen dan Kepolisian. “Sebenarnya saya inginnya semua suporter dijadikan satu dengan satu warna dan nyanyian. Bahkan bila perlu tidak ketua, saya siap mundur sebagai ketua Beladas SMS,” tegas Eddy. Senada disampaikan ketua Beladas Simanis Qusoy, penyatuan menjadi solusi utama untuk menyelesaikan konflik. “Jika tidak, maka konflik akan berlarut-larut. Saya siap mundur sebagai ketua dan lebih memilih menjadi sesepuh atau penasehat untuk kelompok suporter baru tersebut,” urainya. Sedangkan ketua Singa Mania Deddy Pranata berharap akan segera dilangsungkan pertemuan untuk membahas perdamaian. Pria yang akrab disapa Fran ini meminta dibuat perjanjian damai diatas Meterai, apabila masih ada bentrok, ketua suporter harus mundur. “Tetapi kalau untuk penyatuan, meski itu solusi baik, sepertinya saat ini bukan yang terbaik. Ini bukan persoalan egois, tetapi dengan situasi seperti sekarang, rasanya berbahaya semua kelompok suporter disatukan dalam satu tribun,” ungkapnya. Bentrok antar suporter yang kian meluas sejatinya telah diantisipasi oleh Polresta Palembang. Polisi telah menggelar razia suporter dan menambah petugas keamanan di dalam dan luar stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring. Manajemen Sriwijaya FC melalui Direktur Teknik dan SDM PT SOM Hendri Zainuddin mengungkapkan pihaknya sudah sering menggelar pertemuan untuk mendamaikan semua kelompok suporter. “Tentunya nanti akan kita cari solusi terbaik, entah itu penyatuan atau seperti apa. Tetapi terpenting saat ini semua kelompok suporter mendinginkan suasana terlebih dahulu,” tandasnya. Pelatih Sriwijaya FC Kas Hartadi, juga menginginkan perdamaian suporter. ‘’Saya pikir semua kelompok suporter harus melupakan yang lalu dan berpikir ke depan demi Sriwijaya FC. Tentu saja semua kelompok suporter bisa bertemu untuk membahas semua persoalan hingga nantinya bisa dipersatukan,” harapnya. Kemudian, pemain andalan Sriwijaya FC Keith Kayamba Gumbs, mengaku perdamaian suporter, merupakan solusi terbaik. ‘’Solusi terbaik bagi suporter adalah bersatu. Seharusnya tidak ada perbedaan, karena semua mendukung Sriwijaya FC. Jadi kalau sama-sama suporter Sriwijaya FC, kenapa harus bentrok. Saya sangat prihatin, karena bisa mengganggu Sriwijaya FC. Selain itu bentrok suporter akan membahayakan penonton lainnya, khususnya wanita dan anak-anak,” ungkapnya. (kie) |