MP Mangkunegara, Palembang Pos.- Ketika usia kandungan memasuki usia 8-9 bulan jelang bersalin, beberapa ibu hamil akan mengalami kontraksi jelang persalinan tidak berarti kontraksi tersebut merupakan tanda awal kelahiran bayi Anda. Pasalnya, ada beragam kontraksi yang bisa saja Anda alami. Dr Firmansyah Basir Spog (K) menjelaskan, banyak ibu hamil tidak mengetahui akan jenis kontraksi yang mungkin saja terjadi. Padahal, memiliki informasi seputar kontraksi menjadi bekal bagi ibu hamil agar bisa menandai mana kontraksi yang mengantarkannya pada jalan persalinan atau bukan. “Kontraksi tetania uteri atau takisistol, tidak ada relaksasi optimal (relaksasi tidak sampai 1 menit, jadi baru 30 detik sudah kontraksi lagi) dimana kontraksi sebenarnya ada tetapi terlalu sering dan timbul lagi sebelum waktunya,” jelasnya. Biasanya kontraksi seperti ini terjadi karena ada ari-ari yang terlepas dan menyebabkan kontraksi terus menerus tiada henti. Bisa juga diakibatkan karena pemberian stimulasi yang berlebihan, hal ini justru sangat berbahaya, dapat mengancam ibu dan bayi yang dikandungnya dan tidak dapat mempercepat pembukaan jalan lahir. Kontraksi incoordinate uterin action, kontraksi ini merupakan kontraksi yang memiliki kekuatan/intensitas yang baik, relaksasi optimal 2-3 menit tapi tidak ada fundal dominasi atau bahasa awamnya tidak dimulai pada bagian atas rahim. “Bisa juga diartikan kontraksi yang tidak menyeluruh. Artinya, hanya bagian rahim tertentu saja yang mengalami kontraksi sedangkan bagian rahim lainnya tidak mengalami kontraksi, sehingga persalinan tidak mengalami kemajuan,” terangnya. Lebih lanjut dokter yang bertugas di beberapa rumah sakit Palembang ini menjelaskan, hal ini biasanya disebabkan oleh adanya tumor rahim (mioma uteri) atau ketuban pecah dini atau ketuban pecah sebelum waktunya. Sedangkan kontraksi palsu, terjadi saat usia kehamilan berjalan 32-34 minggu. Waktunya tidak bisa ditentukan namun biasanya terjadi setiap 30 menit sekali atau bisa muncul tiba-tiba dengan lama kontraksi atau durasi kontraksi yang tidak teratur. “Bumil mungkin mengalami sensasi ini satu atau dua kali dalam satu jam atau pada masa-masa tertentu dalam sehari. Saat kontraksi akan mengalami seperti kram saat haid,” ujarnya. Jika Bumil meletakkan tangan pada perut sewaktu kontraksi berlangsung tambahnya, maka dapat merasakan betapa kerasnya uterus atau rahim pada saat itu. “Bila kontraksi tidak berlanjut atau tidak menjadi lama, kemudian intervalnya tidak memendek dan kekuatannya melemah atau tidak bertambah kuat, maka persalinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” tuturnya. Tapi, tambahnya lagi bila kontraksi makin kuat dan interval makin pendek maka bisa menjadi petunjuk bahwa persalinan akan segera berlangsung karena kontraksi tersebut berubah menjadi kontraksi yang sesungguhnya. Lain lagi dengan Kontraksi Braxton Hicks dianggap sebagai kontraksi latihan. Bukan saja bagi uterus atau rahim, tetapi juga bagi bumil agar mulai berlatih menggunakan latihan pernapasan yang diperoleh pada senam hamil ataupun yoga untuk kehamilan. “Kadang kontraksi palsu akan datang lebih sering bila, bumil melakukan aktivitas berlebih, baik ringan maupun berat seperti naik turun tangga atau melakuakn kegiatan rumah tangga yang ekstra. Kontraksi palsu bisa terjadi karena bumil kelelahan,” paparnya. Kontraksi yang sebenarnya/efisien ini biasanya berlangsung 3 kali dalam 10 menit (2-3 menit sekali) dengan lamanya tiap kontraksi 40-50 detik. Kontraksi biasanya dimulai dari bagian atas rahim (fundal dominasi) kemudian kontraksi simetris (rata menyeluruh pada semua bagian rahim), dan di antara kontraksi ada waktu relaksasi dimana rahim tidak berkontraksi. “Disertai juga dengan keluarnya lender bercampur darah, pecah ketuban serta dorongan ingin mengejan,” tegasnya. (nik)
|