MESKI ada larangan masuk Candi Kedaton, tapi tak membuat surut pengunjung. Kini situs tersebut masih dalam tahap renovasi. Beberapa bagian dibuat penutup dari bambu dan atap seng. Dari sekian hari, paling tinggi pengunjung adalah malam Jumat Kliwon dan Jumat Legi. Demikian menurut Minin (33), penjaga candi. Katanya, selain untuk hal-hal gaib ada pula yang bertujuan untuk mencari kesembuhan dan kebugaran tubuh. “Sebelum melakukan renovasi pihak dinas purbakala berkonsultasi dengan sesepuh desa setempat. Juga menyediakan beberapa ubarampe sebagai bahan sesaji,” katanya. Kekeramatan Candi Kedaton sudah diketahui banyak orang. Dipercaya candi tersebut punya dhanyang berupa kala raksasa. Makhluk mirip kalajengking itu sering menampakkan diri di lorong-lorong candi. “Tapi tidak semua orang bisa mengetahui adanya kalajengking tersebut. Banyak yang menganggap tak mungkin kalajengking raksasa itu menyergap peziarah karena letak lorong-lorong relatif dalam,” ungkap Mbah Rukinah, sesepuh setempat yang bersuami paranormal. “Suami saya semasa hidupnya sering semedi di lorong itu. Dulu daerah sini masih sepi. Tujuan sebenarnya adalah untuk mencari wangsit, agar segala hal yang dilakukan direstui leluhur. Saat bersemedi itulah suami saya melihat kalajengking besar di parit-parit candi. Kalau tidak punya keberanian pasti akan langsung meninggalkan tempat itu. Kalajengking itu memang biasa menakut-nakuti orang sedang semedi. Tapi tidak sampai menggigit. Kalajengking itu kan hanya lelembut, bukan sebenarnya,” kata Mbah Rukinah. Selain Sumur Upas yang menjadi jujugan paranormal, ada lagi sebuah sumur tapi tak diketahui namanya. Sumur itu dinilai mengandung ‘air kehidupan’. Para penjaga candi, baik Minin maupun Ngadi (38) juga tak tahu namanya. Tapi menurut mereka, sumur itu kerap didatangi orang untuk tujuan mencari kesehatan lahir batin. Ketentraman hidup dan kedamaian rumah tangga selalu menjadi ujub utama para peziarah. “Caranya cukup gampang. Yakni cukup dengan mandi di sumur itu. Tentu saja harus didasari keyakinan yang mantap,” papar Ngadi (38) yang biasa melayani kebutuhan peziarah untuk mandi. “Peziarah yang datang biasanya dari luar daerah. Tidak hanya dari Surabaya dan Malang, tapi juga dari Jogya, Solo, Magelang, Banyumas dan Semarang. Bahkan juga dari Jawa Barat. Kemarin malah ada sepasang suami-isteri mengaku datang disuruh paranormal untuk tujuan melanggengkan perkawinannya,” ungkap Ngadi. Suami-isteri tersebut datang dari Sumedang, Jawa barat. “Bukan saya yang menganjurkan. Saya hanya bertugas mengambilkan air saja. Selama mandinya masih sopan dan tertib, silakan saja,” tandas Ngadi. Para sesepuh desa juga tidak tahu persis untuk apa air sumur tersebut. Namun mereka tetap percaya bahwa air sumur tanpa nama itu memiliki tuah dan berkah. “Wajar kalau banyak yang datang berkali-kali ke sini. Tapi masyarakat sekitar Trowulan malah jarang mengambil airnya, terkecuali orang-orang tertentu,” jelas Mbah Rukinah.(**)
|