RSMH, Palembang Pos.- Anak dengan usia pertumbuhan memiliki karakter beda-beda, namun sebagai orang tua baiknya kenali tumbuh kembang anak untuk mencegah autis sejak dini. Hal ini dapat dilihat dari pola bermain anak yang menyimpang meskipun dia tergolong hiperaktif. Seperti diungkapkan Spesialis Anak dari RSMH Palembang, dr Rismarini SpA (K), bahwa sedikit sulit mengenal anak yang autis. Sehingga anak autis sering memunculkan kekeliruan bagi pengasuh atau orang yang tidak dekat dengannya. “Mereka terlihat normal tetapi memperlihatkan tingkah laku dan pola perkembangan yang bebeda, seperti pola bermain. Perhatikan ketika anak bermain, saat itu akan terlihat apakah anak anda autis atau tidak,” terangnya. Lebih lanjut Kepala Departemen Anak RSMH Palembang ini menjelaskan, pola bermain anak autis yang tidak sesuai dengan usianya, seperti tidak suka bermain dengan anak seusianya, suka menolak jika diajak bermain, ketika bergabung bersama teman seusianya dia lebih memilih menyendiri atau melontarkan sesuatu hal yang menyebabkan dirinya terpojokkan. “Ini tergolong dalam gangguan interaksi sosial, selain pola bermain dia juga suka menyendiri. Selalu menghindar dari pandangan muka orang lain, suka memisahkan diri dan duduk memojok. Anak autis dengan pola gangguan seperti ini sulit bersosialisasi atau bermain layaknya anak pada umumnya,” tuturnya. Karena anak autis juga cenderung memiliki sifat emosional yang tinggi atau prilaku emosi. Sedangkan tanda anak autis dari pola bicara, biasanya anak autis jarang bicara karena mengalami perkembangan bahasa yang lambat. Sulitnya memahami pembicaraan orang lain, dapat meniru kalimat atau nyanyian yang ia dengar tanpa tahu maknanya. “Saat bicarapun, kadang-kadang menggunakan bahasa yang tidak diketahui maksudnya yang sering disebut dengan bahasa planet,” ujarnya. Lain lagi dengan gangguan indra, dimana anak autis lebih sensitif pada sentuhan. Tidak suka dipegang atau dipeluk, sensitif dengan bunyi yang keras dan suka mencium serta menjilat mainan atau benda-benda lain. Sedangkan dalam tingkah laku anak autis sering bersifat hiperaktif dengan gerakan sana sini tanpa ada tujuan ataupun hipoaktif yang sukanya diam tanpa bermain bersama. Melakukan perbuatan atau gerakan yang sama berulang-ulang, seperti bergoyang-goyang, mengepak-ngepakkan tangan, menggerakkan tangan layaknya orang terbang dan menepuk tangan, berputar-putar, merusak. “Bisa juga si anak menyenangi suatu benda secara berlebihan. Misalkan dengan benda yang berbentuk bulat seperti roda, donuts. Ketika benda bulat ada dihadapannya, tatapan matanya hanya melihat satu arah ke benda itu saja. Begitupun dengan benda yang berputar seperti kipas angin, ban mobil,” ungkapnya. Anak autis, bisa dimaknakan dengan anak yang suka melakukan apa yang dia suka saja dan tidak mau menerima petunjuk yang telah dibuat. “Penyebabnya hingga saat ini belum dapat diketahui, namun kebanyakan bersifat genetic. Misalnya ada keluarga yang mengalami gangguan. Faktor lingkungan, infeksi waktu hamil, trauma waktu lahir,” jelasnya. Namun beberapa penelitian menjelaskan, pemicu dari autis juga disebabkan oleh alergi parah, konsumsi obat-obatan, vaksin, jenis makanan tertentu dan logam berat. Keracunan merkuri juga dapat memicu timbulnya autisme pada bayi dan balita. “Sejatinya autis tidak bisa disembuhkan, melainkan bisa diperbaki dengan obat-obatan dalam memperbaiki interaksi sosial, perilaku. Serta diberikan latihan dalam meningkatkan keterampilannya, misalnya latihan psikomotorik halus, bermain, interaksi sosial dan bicara,” himbaunya.(nik)
|