RSMH, Palembang Pos.- Banyak kasus yang sudah terkuak akan penyakit Hydrocephalus, penyakit yang disebabkan oleh virus hewan berbulu seperti kucing dan ayam yang paling banyak ditemui. Penyakit ini tergolong dalam kondisi berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Inilah yang dialami bayi pasangan Lindahati dan Mashuri, warga Desa Nagasari Kecamatan Muara Kuang Kabupaten OI, Rayhan Almugrah (15 hari). Kondisi kritis selama dalam kandungan ibunya membuat Reyhan harus dilahirkan secara sesar. Menurut dr Rusmarini SpA (K), penyakit hydrocephalus merupakan penyakit yang banyak menyerang anak- anak sejak dalam kandungan. Meskipun pernah ditemui penyakit ini dapat juga menyerang orang setelah dia berumur dewasa. “Jika tidak ditangani bisa berakibat fatal sampai kepada kematian. Dengan penanganan yang baik, penderita hydrocephalus dapat hidup normal meskipun dengan keterbatasan fisik dan mental,” tuturnya. Penanganan yang dapat diberikan meliputi operasi dengan memasukkan shunt, obat-obatan dan terapi atau rehabilitasi. “Bila hydrocephalus tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan jaringan otak tidak dapat berkembang dengan baik yang menimbulkan gangguan kecerdasan dan perkembangan motorik terhambat,” terangnya. Dokter Spesialis Anak yang juga Kepala Departemen Anak RSMH Palembang ini menerangkan, tujuan penanganan pada kasus hydrocephalus adalah untuk mengurangi atau mencegah kerusakan pada otak dengan cara memperlancar (mengalirkan) cairan CSF yang tersumbat keluar. Jika memungkinkan dapat dilakukan dengan jalan operasi untuk menghilangkan sumbatan pada otak. Namun, jika tidak memungkinkan penanganannya dilakukan dengan menempatkan pipa kecil bernama shunt di otak untuk mengalirkan cairan CSF keluar atau ke bagian tubuh lain. Seperti ke perut yaitu tempat dimana cairan tersebut dapat diserap selayaknya sistem penyerapan normal. Rismarini menghimbau, orang tua sebaiknya perlu cermat dan segera membawa ke dokter bila melihat tanda-tanda berikut ini. Seperti pertumbuhan kepala yang tidak normal, susah membungkuk atau menggerakkan leher dan kepala. “Mengalami masalah dalam bernafas, anak tampak selalu ngantuk yang berlebihan, sangat susah makan, demam. Menangis dengan nada melengking, tidak ada denyut jantung, kejang, sakit kepala parah, leher kaku,
dan sering muntah tanpa sebab yang jelas,” paparnya. Selama kehamilan, sebaiknya ibu rutin melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kandungan dengan cara pemeriksaan seperti USG sehingga dapat melihat akan kondisi kepala bayi. “Bila ubun-ubun kepala belum tertutup, maka ibu juga bisa melakukan pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mendapat gambaran di kepala secara jelas,” himbaunya. Jika sudah dipastikan hidrocephalus, tambahnya, maka harus segera dilakukan tindakan sedini mungkin berupa operasi yang mengalihkan cairan otak yang menumpuk di dalam kepala ke dalam perut dengan pemasangan sebuah selang (Ventricular-peritoneal shunt/ VP shunt), sehingga cairan otak yang tersumbat dapat dialirkan. “Tindakan VP Shunt bukanlah solusi akhir yang langsung menyelesaikan masalah hidrocephalus, melainkan hanya berupa tindakan darurat untuk membuang keluar cairan yang menumpuk di otak,” jelasnya kembali. Rismarini mengakui, tingkat keberhasilan penanganan hidrocephalus dengan menggunakan VP shunt tergantung dari penyebabnya, kecepatan tindakan yang dilakukan, dan kondisi pasien saat dilakukan pemasangan VP shunt. “Apabila penyebabnya tumor, meskipun sudah dipasang VP shunt, tumornya tetap harus dioperasi,” tegasnya. (nik)
|