PALEMBANG - Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat lintang selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat bujur timur dengan luas wilayah mencapai 87.017.41 km² menyimpan begitu banyak potensi Sumber Daya Energi (SDE) yang beragam mulai dari gas bumi, batubara, minyak bumi, panas bumi,
biomassa dan Coal Bed Methane (CBM). Untuk itulah, wajar apabila pemerintah kabupaten dan provinsi beserta masyarakat Sumsel ingin menjadikan daerah yang memiliki potensi sumber daya energi yang cukup besar ini, sebagai lumbung energi yang mampu mengelola potensi energi guna mengamankan pasokan energi nasional. Namun slogan lumbung energi nasional hingga sampai saat ini hanya berjalan ditempat. Hal itu dapat dilihat dari masih banyaknya daerah ataupun kabupaten di wilayah Sumsel yang masih kekurangan energi untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. Sebagai contoh, minimnya pasokan listrik dan juga kurang tergalinya potensi SDE diwilayah Sumsel tersebut dapat terlihat jelas di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Dimana kendatipun kabupaten pemekaran dari OKU yang baru diresmikan sebagai kabupaten pada 16 Januari 2004 ini memiliki bebagai potensi SDE seperti batu bara, panas bumi serta kandungan minyak bumi di beberapa kecamatan, namun wilayah ini masih sangat kekurangan pasokan listrik. PT PLN Rayon Muaradua mencatat disepanjang tahun 2012 setidaknya pemadaman listrik yang terjadi di wilayah OKU Selatan mencapai 972 kali. Manager PT PLN Rayon Muaradua, Iliyas menyebutkan, untuk permasalahan listrik di OKU Selatan seperti padamnya listrik yang terjadi hampir di setiap hari, serta rendahnya tegangan hingga belum adanya daerah yang belum teraliri listrik disebabkan oleh belum tergalinya pengembangan energi alternatif yang dimiliki OKU Selatan. Bahkan, sampai saat ini hanya mengandalkan pasokan listrik dari Gardu Induk (GI) yang terletak di Baturaja OKU. Sebagai akibat jauhnya jalur pendistribusian pasokan listrik dari GI yang jaraknya berkisar 86,6 km ini membuat wilayah kabupaten OKU Selatan yang merupakan jalur beban ujung ini hanya bisa mengandalkan jaringan tegangan menengah untuk tetap dapat mengaliri aliran listrik diwilayah tersebut. Sementara untuk kondisi saat ini, dari hari ke hari suplai listrik ke Muaradua semakin rendah karena penditribusiannya harus melewati jalur hutan dan pinggiran sungai yang sangat rentan dengan berbagai gangguan. Disamping beban ujung, semakin bertambahnya jumlah pelanggan juga membuat tegangan semakin menurun sehingga sering kali harus terjadi pemadaman disejumlah kecamatan akibat kurangnya daya yang disuplai ke pelanggan di OKU Selatan. “Kondisi inilah yang sangat mengganggu kami selaku pihak PLN. Apalagi apabila terjadi gangguan alam seperti jaringan rusak maka listrik kita di OKU Selatan ini sering mengalami mati total,” ungkap Iliyas. Menurutnya, dengan tidak adanya sarana pendukung seperti jaringan sutet yang mampu menyediakan tegangan listrik tinggi tentunya hal inilah yang menyebabkan tegangan listrik di Bumi Serasan Seandanan selalu rendah. Untuk itulah sementara waktu ini, sambung Iliyas, upaya yang dapat dilakukan PT PLN Rayon Muaradua untuk menaikan tegangan listrik di Kabupaten yang dipimpin oleh H Muhtadin Serai ini adalah dengan cara mengusulkan pembuatan sadapan yang terdapat di trafo tenaga gardu induk yang dioperasikan secara otomatis dengan kontrol AVR (automatic voltage regulator) yang berfungsi memperkecil fluktuasi tegangan sehingga konsumen akan mendayagunakan peralatan lebih optimal. “Pembuatan AVR ini fungsinya hanya bersifat sementara karena untuk menormalkan pendistribusian listrik ke OKU Selatan ini satu-satunya cara adalah dengan cara membangun Gardu Induk atau pembangkit diwilayah OKU Selatan,” tegasnya. Pembangunan GI, jelas Iliyas harus segera direalisasikan agar segala bentuk permasalahan listrik yang selama ini terjadi di wilayah OKU Selatan dapat teratasi. Terpisah, dalam Rapat Koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dengan pihak UIP III PLN Regional Sumatera, Endang Suherman dan Afpin serta Kepala PLN Ranting Muaradua Ilyas yang dipimpin langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten OKU Selatan H Iskandar Sos MM pada 25 April yang lalu terungkap proses izin pembangunan GI diwilayah OKU Selatan yang diajukan oleh pemerintah setempat telah terbit pada bulan Maret yang lalu. Namun ironisnya kendatipun proses perizinan pembangunan GI tersebut telah terbit, hingga kini realisasi pembangunan GI tersebut terus dipertanyakan kalangan DPRD Kabupaten OKU Selatan. Hal ini lantaran wakil rakyat yang duduk di legislatif tersebut tak kunjung mengetahui sejauh mana perkembangan rencana pembangunan GI di OKU Selatan, padahal gaung pembangunan GI sudah dilontarkan pemerintah setiap kali menjawab pertanyaan dewan pada saat rapat paripurna. “Bukan hanya pada paripurna saja namun ketika rapat bersama mitra terkait termasuk pihak PLN kami selalu mempertanyakan masalah GI yang akan dibangun ini, namun sampai sekarang hal tersebut belum kongkrit,” ungkap Ketua Komisi III DPRD OKU Selatan Faisal Ranopa. Perihal pembangunan GI ini, Sekda OKU Selatan H Iskandar S Sos MM dengan tegas menyebutkan proses perizinan GI tersebut memang telah keluar dan pihaknya sendiri sudah menjalin MOU mengenai pembangunan GI tersebut. “Izinnya sudah keluar dan sudah di MOU, saat ini untuk pembebasan lahan GI sudah dilakukan dan kini pembangunan GI tersebut telah memasuki tahap pembangunan tapak tower yang jumlahnya berkisar 70 titik,” ungkapnya. Dirinya optimis pembangunan GI yang merupakan sarana vital bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi diwilayah Kabupaten OKU Selatan tersebut dapat terealisasi tepat waktu dan dapat dioperasikan pada 2015 mendatang. Pemadaman juga sering terjadi di Lubuk Linggau. Manajer PLN Rayon Lubuklinggau, Agus Israwan, kepada Palembang Pos mengakui, belum lama ini sempat ada pemadaman total dalam wilayah Kota Lubuklinggau. Hal itu disebabkan adanya perbaikan dan pemeliharaan jaringan di Gardu Induk (GI).
“Ya tadinya dijadwalkan dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, tetapi karena selesainya lebih awal jadi tidak sampai pukul 16.00 WIB sudah dihiudpkan kebali”, jelas Agus. Diakuinya, pemadaman yang kerap terjadi seperti di Kelurahan Ulak Surung, dikatakan Agus, disebabkan ada beberapa trafo yang meledak. Setelah diperbaiki ada juga yang konslet. Disingung penyebab seringnya terjadi konslet atau trafo meledak, Agus menduga, disebabkan oleh ulah oknum warga yang nakal. Mereka meminta salah satu lokasi trafo dipindahkan. Padahal untuk memindahkan trafo tidak mudah dan harus ada lahan baru, belum lagi proses ganti rugi serta kesediaan lahan yang sulit dicari. Selain itu, dijelaskan Agus, banyaknya pohon yang tinggi di seputar GI, membuat jaringan kerap terganggu. Karena itu, lanjutnya, untuk pemerliharaan jaringan dilakukan pemadaman. Seperti yang dilakukan belum lama ini. “Baru-baru ini pemadaman karena pemeliharan jaringan di GI, makanya adap pemangkasan pohon-pohon agar tidak mengganggu jaringan/kabel yang ada”, ujarnya. Namun untuk dibeberapa wilayah, pemeliharaan juga terkendala pohon karet warga. Karena untuk itu PLN harus izin dulu kepemilik kebun karet. Mengenai kebutuhan daya listrik dalam kota Lubuklinggau, menurut Agus untuk saat ini cukup, namun sudah mendekati overload. Untuk itu perlu ada penambahan daya lagi karena kebutuhan listrik di Kota Lubulinggau semakin meningkat. Rencana itu sudah dipersiapkan. “Berapa jumlah persisnya saya kurang tahu karena itu ada yang membidangi sendiri (Manajer GI), kalau tidak salah daya yang ada saat ini sekitar 30 MW dan akan ditambah menjadi 60 MW, untuk lebih jelasnya silakan tanyak ke GI”, ujarnya. (cr07/yat)
|