LUBUKLINGGAU – Sejumlah sopir dan Penjaga Keamanan (PK) di lokasi penambangan batu kali alias galian C di RT 06, Kelurahan Petanang Ulu, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau, Kamis (07/06), sekitar pukul 10.00 WIB, tunggang langgang, menghindari amukan massa.
Pasalnya, sedikitnya 81 warga sekitar lokasi galian C, melakukan aksi anarkis. Akibatnya satu mobil double Kabin, dua unit truk Nopol BG 8168 HD dan Nopol BG 8168 HR hangus terbakar, serta satu unit alat berat dirusak massa.
Berdasarkan data yang dihimpun menyebutkan, aksi unjuk rasa itu dilakukan untuk menuntut aktifitas galian C yang diduga dilakukan Akuang (Pelaksana galian C) di lokasi tersebut dihentikan. Karena aktifitas galian C yang sudah berlangsung sekitar 1,5 bulan tersebut, diduga ilegal alias tanpa izin. Selain itu, dalam aktifitasnya, Akuang tidak memerhatikan dan mengakomodir aspirasi warga setempat.
Satu minggu sebelum melakukan aksi unjukrasa, massa sempat meminta pihak kelurahan untuk menghentikan aktifitas galian C tersebut. Karena masih terus berlanjut, massa akhirnya melakukan aksi anarkis.
Salah seorang warga setempat, Kahar, menyatakan bahwa aktifitas penambangan batu kali tersebut setiap harinya dilakukan hingga empat rit. Dimana dalam sehari sebanyak 15 unit truk yang beroperasi. Warga sendiri hanya menuntut agar jalan diperbaiki.
Ditambahkan Masdia, warga yang sama, adanya aktifitas penambangan tersebut juga menggangu perekonomian masyarakat setempat. Karena warga yang melakukan penambangan sendiri dikenakan pajak Rp 30 ribu permobil. Dimana pajak itu dibayar ke pengawas di lapangan. ‘’Selama ini kami tidak pernah bayar, tetapi sekarang kami harus bayar Rp 30 ribu untuk satu mobil yang diangkut,” jelas Masdia.
Sebelum ada penambang dari perusahaan, ditambahkan Masdiah, warga setempat sudah melakukan penambangan secara tradisional tanpa menyebabkan pencemaran. “Hasil dari penambangan batu kali itu dijual langsung kepada pemesan seharga Rp 380 ribu untuk setiap mobil atau empat kubik,” jelasnya.
Camat Lubuklinggau Utara I M Yunus, didampingi Lurah Petanang Ulu, Taufik Hidayat, dijumpai di lokasi menegaskan jika aktivitas galian C tersebut memang tidak ada izin. Meski begitu, Yunus mengakui jika pihak pelaksana galian pernah menghadap dirinya dengan alasan sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait, dalam hal ini Dinas PU dan Pertambangan. “Memang mereka pernah menghadap, tetapi saya tidak pernah mengeluarkan rekomendasi,” ujarnya.
Aktifias penambangan yang sudah berjalan lebih dari satu bulan itu, dikatakan Yunus tanpa sepengetahuan dirinya. “Katanya seraya mengurus izin mereka merintis jalan, tetapi tidak tahunya mereka juga sudah mulai mengangkut,” kata Yunus.
Dengan adanya kejadian itu, sambung Yunus, dia menjamin bahwa tidak akan ada lagi aktifitas penambangan batu kali. “Aktifitasnya saya stop dan saya jamin tidak akan ada lagi aktifitas tersebut, kecuali memang sudah ada izin dari Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau,” katanya seraya mengatakan sudah memberikan teguran lisan, namun tak diindahkan ini.
Kapolres Lubuklinggau AKBP Chaidir, menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Bukan hanya pelaku anarkis yang akan diperiksa, tetapi aktifitas penambangan juga akan diselidiki apakah ada izin atau tidak. Mengenai tindakan, dikatakan Chaidir akan dilakukan secara persuasif agar tidak berkembang. ‘’Perusahaan sendiri juga bisa dipidana. jika terbukti merusak lingkungan hidup,” jelasnya.
Namun sejauh ini, menurut Chaidir, pihaknya belum berhasil menghubungi pihak penambang. Soalnya pelaksana di lapangan kabur karena takut diamuk massa. “Kita juga belum tahu penambangan ini dilakukan oleh perorangan atau perusahaan,” terangnya. (yat)