PANGERAN RATU - Mulutmu adalah harimau-mu, peribahasa itulah yang diduga berbuntut keributan antara kedua belah pihak. Bahkan, dalam keributan itu, dua orang tewas dengan luka bacokan dan tusukan. Kedua korban tewas Agus S (35), buruh pasang ledeng, warga tepian Sungai Musi, Lorong Kedukan, RT 46/13, Kelurahan 3-4 Ulu; dan Herman (54), kakek 11 cucu, warga Jalan Pangeran Ratu, Sungai Ogan, RT 31/09, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan SU I. Perkelahian maut itu terjadi, Jum’at (29/11), pukul 21.00 WIB, di warung alias kedai tuak di Jalan Pangeran Ratu, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan SU I.
Berdasarkan pemeriksaan tim medis RSUD BARI, korban Agus yang merupakan bapak satu anak ini, tewas dengan tujuh luka bacokan parang dan samurai di pipi kiri; dahi; pinggang kiri; telapak tangan kiri; leher bagian kiri; dan dada kanan. Sementara musuhnya atau korban Herman, sesuai hasil visum dokter kamar mayat RSMH Palembang, mengalami 8 liang luka tusuk di punggung; dan seliang di tangan kanannya. Adapun motif keributan diduga pasal ancaman samurai yang diduga dilakukan Edi (DPO), teman korban Agus. Kasusnya dalam pengusutan Unit Reskrim Polsekta SU I. Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting SIk MSi; melalui Kapolsekta SU I Kompol M Hadi Wijaya ST; didampingi Kanitreskrim Iptu Iwan Gunawan SH, mengaku motif keributan, diduga karena ketersinggungan keluarga Herman, akan ancaman samurai dari Edi (DPO). Awalnya, Dr (anak korban Herman,red), hendak membeli miras jenis tuak di kedai tersebut. Namun, Edi dan korban Agus sudah di kedai itu. ‘’Mulanya Agus punya kawan Edi (DPO), keduanya diduga lagi minum di kedai tuak itu. Lalu datang Dr, anak Herman, mau membeli tuak. Saat Dr masuk, berpapasan dengan Edi (DPO), sedang bawaan mabuk. Diduga Edi tunjukkan samurai ke Dr, sembari berkata ‘Tau dak kau samo ini, belarilah”. Kemudian Dr pulang dan mengadu ke bapaknya (korban Herman,red) dan saudaranya,” ungkap Iwan. “Tidak lama setelah itu, 4 saudara Dr mendengar yang terpancing emosinya, lalu mendatangi kedai tuak tersebut. Salah satu saudara Dr mengatakan di kedai tuak ‘Siapo yang nantang adik aku (Dr,red) tadi’. Kemudian Dr dan saudaranya menghajar Edi (DPO), namun bapaknya Herman hanya melihat. Namun, Agus menikam Herman dari belakang. Melihat Herman berlumuran darah, Dr dan saudaranya berbalik arah menyerang Agus. Edi (DPO) sendiri melarikan diri dan hanya luka ringan,” jelas Iwan Gunawan. Keterangan lain dari Ketua RT 13 Abbas, membenarkan bila Herman adalah warganya yang meninggal usai perkelahian. "Iya Herman warga kami, kesehariannya buruh panggul. Kami dapat kabar dia terlibat perkelahian, sudah di rumah sakit. Sampai di rumah sakit, sudah meninggal. Herman selama ini membaur sama masyarakat, tidak tahu apa motifnya, kami hanya tahu Herman meninggal di dekat kedai tuak,” ujarnya saat dijumpai di kamar mayat RSMH Palembang. Sedang keterangan Siti (55), istri Herman, yang tampak terpukul berat itu, hanya terlihat diam tanpa berkata-kata. “Itu suami aku pak, bapak sudah punya 11 cucu. Tidak ada firasat buruk. Hanya pagi sebelum kejadian, sempat bilang katanya mau beli sayur di pasar,” singkat Siti. Sedang keluarga korban Agus, juga tampak berduka atas kejadian itu. Namun, keluarga Agus juga tak mau berkomentar banyak kepada media, yang mencoba menemuinya. ”Agus kerjanya buruh pasang pipa ledeng, tidak tahu kenapa sampai begini kejadiannya,” ujar salah seorang keluarganya, tampak kurang bersahabat dengan media ini. (adi)
|