PALEMBANG - Kesulitan keuangan yang sedang dialami PT SP2J berpengaruh pada kinerja unit-unit perusahaan milik Pemkot Palembang tersebut. Salah satunya, unit usaha Bus Rapid Transit (BRT) Transmusi, yang juga terkena imbas sehingga berpengaruh pada pendapatan karyawannya. Sejak tiga bulan terakhir, awak sarana transportasi yang sudah beroperasional
sejak tahun 2010 tersebut harus rela pembayaran gaji dengan cara dicicil. Meski begitu, para awak tetap berusaha professional untuk bekerja. Para awak Transmusi sendiri telah melakukan aksi protes dengan menunda jam operasional hingga pukul 08.00 WIB Sabtu (6/12) lalu dan Minggu (7/12) mogok hingga pukul 14.00 WIB, sehingga sempat menyebabkan tertundanya aktifitas orang-orang yang selama ini bergantung pada moda transportasi ini. Namun, ancaman mogok sehari penuh pada Senin (8/12) lalu batal dilaksanakan. Meskipun belum ada kejelasan mengenai sisa gaji, tapi aktifitas antar jemput penumpang di semua halte di seluruh Palembang terpantau ramai seperti biasanya. Salah seorang pramugara yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, seluruh awak transmusi masih tetap bekerja seperti biasa. Meskipun, saat ini pendapatan yang didapat dicicil, namun operasional transmusi tidak akan disetop. “Kalau sopir mogok beroperasi kami juga ikut mogok. Tapi, kami ini masih memikirkan penumpang, kasihan penumpang mereka butuh transmusi,” lanjut pengawas tersebut. Manager BRT Transmusi, Djoko Santoso mengakui, sistem penggajian saat ini masih dicicil. Namun, untuk bulan November ini cicilan sudah selesai 65 persen dari gaji. “Tinggal 35 persen lagi, mudah-mudahan Desember ini akan segera diselesaikan oleh manajemen. Saya juga sudah minta agar anak-anak tidak ada lagi yang mogok. Karena kasihan dengan penumpang, mereka sangat butuh transportasi,” katanya. Sebelumnya, Direktur Keuangan PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT SP2J), Syamsudin mengatakan, karyawan Transmusi beberapa waktu lalu tidak mogok kerja melainkan hanya menyampaikan pandangan dan kejelasan terhadap kondisi perusahaan yang sulit, sehingga telat opersional. Syamsudin mengakui, kondisi keuangan perusahaan tengah sulit. Sehingga untuk pembayaran gaji karyawan harus dilakukan secara bertahap dan tidak dapat sekaligus. “Kami tengah mengusahakan sebisa mungkin, agar kondisi keuangan segera pulih, namun kan persoalan ini tidak bisa diselesaikan hitungan hari, karena itu kita berusaha sama-sama. Hari ini (red,kemarin) sudah dibayar beberapa gaji karyawan,” tuturnya. Disinggung hingga kapan kondisi sulit ini, dirinya tidak dapat memastikan. Namun yang pasti pihaknya akan berusaha menyelesaikan masalah secepatnya. “Kami terus melakukan efisien dan menekan anggaran,” pungkasnya. (ika)
|