SEJAK memisahkan diri dari Kabupaten Musi Banyuasin, 12 tahun yang lalu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan vital masyarakatnya, khususnya dalam hal persediaan air bersih. Berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Betuah, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Banyuasin yang jumlahnya sekitar 900 juta jiwa. Penantian masyarakatpun untuk air bersih juga, harus dilalui dengan kesabaran tingkat tinggi. Contoh saja, kasus PDAM Tirta Betuah di Kecamatan Betung. Untuk mengoperasikan PDAM di kecamatan perdagangan ini, setidaknya sudah belasan milyar APBD Banyuasin dikucurkan. Namun, bertahun-tahun warga menunggu sejak tahun 2010, baru dikucurkan di tahun 2012 lalu yang dilakukan secara simbolis oleh Bupati yang lama, Ir H Amiruddin Inoed. Saat itu, Amiruddin Inoed beralibi, jika tersendatnya PDAM Betung, lantaran ulah nakal kontraktor pengerjaan air bersih yang kabur dan tidak menyelesaikan pembangunan. Warga Betung, rela membeli air yang dijual menggunakan Tedmond. Padahal, air tersebut disedot penjual dari kubangan air atau sungai yang kotor. Tidak sedikit juga, disaat musim kemarau, warga Betung, terpaksa menggunakan air limbah rumah tangga yang disaring dan diberi tawas, untuk dipakai lagi untuk mandi bagi anak-anak mereka. Itulah kondisi miris warga Betung saat dulu belum dialiri air bersih. Sementara di Kecamatan Talang Kelapa, khususnya Kenten. disini air sudah mengalir, namun kualitas airnya sangat buruk. Air tidak jernih, namun sudah bercampur lumpur. Erwin, warga Perumahan Kenten Azhar sempat mengeluhkan kondisi air PDAM yang masuk ke rumahnya. “Warnanya tidak jernih, bahkan ada gumpalan tanah didalam ember saya ketika menampung air dari PDAM,” katanya. Direktur PDAM Tirta Betuah, Ir Bakri punya alasan sendiri, karena kondisi penggalian pipa yang kerap dilintasi kendaraan alat berat, sehingga terjadi kebocoran. Bukan hanya soal pengaliran air, kualitas pelayanan juga, kerap dikeluhkan pelanggan setia mereka. Contoh saja, di ibukota Banyuasin, Kota Pangkalan Balai yang menjadi pusat pemerintahan Bumi Sedulang Setudung. Dalam satu minggu, masyarakat Pangkalan Balai dan sekitarnya, setidaknya hanya 3-4 kali saja menikmati air bersih. Kondisi ini, menurut pengakuan PDAM Tirta Betuah, gangguan listrik yang kerap byarpet di Pangkalan Balai sehingga menganggu jadwal penyedotan air sungai ke boster Pengumbuk Rantau Bayur. Dari 19 kecamatan yang ada di Banyuasin, tersisa 3 lagi yang belum teraliri air bersih. Yakni Muara Padang, Muara Telang dan Kecamatan Pulau Rimau. Nah, langkah apa yang dilakoni PDAM Tirta Betuah kedepannya ? “Banyak yang harus dilakukan untuk mencukupi air bersih ini di Kecamatan Muara Padang, disana harus dibuat waduk besar dulu untuk menampung air tanah dan air hujan, baru nantinya disalurkan ke masyarakat,” kata Bakrie. Lalu untuk Kecamatan Muara Telang, dengan memanfaatkan Treatmen biaa dari reases osmosis yang memanfaatkan air hujan. “Sementara, untuk kecamatan Pulau Rimau, sudah ada, namun kondisi airnya masih masam. Nah, ketiga kecamatan itu semuanya sudah kita usulkan ke APBN untuk dioptimalkan, dananya ke pusat itu sekitar Rp 20 Milyar,” kata Bakri. (far)
|