JAKARTA - Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi IX DPR dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tentang Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan Jiwa, berlangsung sepi. Pasalnya, hanya ada lima anggota dewan yang hadir dalam rapat di ruang sebesar setengah lapangan sepak bola di Gedung Nusantara I Parlemen. Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Anggota Komisi IX DPR, Poempida Hidayatullah mengatakan, sepinya agenda itu karena sejumlah anggota memboikotnya. Sebab, tak puas dengan kepemimpinan salah satu pimpinan di komisi ini. "Di Komisi IX ini, kami melihat ada pimpinan tertentu sudah menjalankan basis penyelanggaraan di DPR tidak sesuai tata tertib UU MD3," katanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (11/2). Disinggung siapa yang melanggar UU No 27/2009 itu, politisi Golkar ini enggan menyebutnya. Dia justru mengatakan, salah satu pimpinan komisi kesehatan dan ketenagakerjaan ini kerap sesuka hati beberapa bulan belakangan. Poempida mencontohkan, seperti membatalkan hasil rapat, tanpa sebab yang jelas. Sehingga, tak dapat dilanjutkan pembahasannya. "Ada dua pimpinan (yang diboikot). Ini menjadi semangat bersama dalam konteks memberi pelajaran, bahwa enggak ada bedanya antara anggota dan pimpinan," tegasnya. "Saya pikir, kalau enggak paham UU MD3, enggak perlu jadi pimpinan," imbuh dia mencibir. Diduga, aksi boikot tersebut kepada Wakil Ketua Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf. Pasalnya, agenda yang dibahas paska Sidang Paripurna ke-18 itu dipimpin politisi Demokrat itu dan didampingi wakil ketua lainnya asal Gerindra, Soepriyatno serta diikuti tiga anggota lainnya. Dihubungi terpisah, Nova Riyanti Yusuf enggan menanggapi aksi boikot anggota Komisi IX DPR dari tujuh fraksi, kecuali Demokrat dan Gerindra. "Mau aku transparan atau gimana, nanti jadi perang," dalihnya. ‘’Aku hanya titip pesan ke mereka, hati-hati dengan mulut kalian. Bijaklah dalam melepas peluru, karena kalau peluru nyasar, yang mati justru bukan sasaran peluru mereka," imbuh politisi yang akrab disapa Noriyu ini menganalogikan. Disinggung soal kronologis polemik itu, lagi-lagi Noriyu mengelak. "Jangan. Kalau aku cerita, bahaya! Dan aku enggak nyangka, mereka enggak bijak," ketus dia. (Fatah/WMC)
|