KAYUAGUNG - Proses pengitungan suara hasil pileg di TPS 3 Desa Pematang Kijang, Kecamatan Jejawi, OKI, diwarnai dengan aksi saling tusuk antara ketua KPPS setempat Burhanudin bin Sihu (30), dengan Hamdan bin Ahyar (40), saksi dari Partai Hanura, di luar TPS, sekitar pukul 15.30 WIB, Rabu (09/04).
Akibatnya, kedua korban sekaligus juga pelaku yang masih bertetangga ini, harus dilarikan ke RSUD Kayuagung, bahkan Burhanudin dirujuk ke RSMH Palembang, karena mengalami luka tusuk cukup serius di dada kiri. Sementara Hamdan mengalami luka tusuk di punggung kanan, mendapat perawatan di RSUD Kayuagung.
Informasi dihimpun Pelembang Pos menyebutkan, keributan keduanya berawal saat pengitungan suara pemilu di TPS 3 Desa Pematang Kijang, dimulai pukul 13.30 WIB. saat pengitungan keduanya terlibat ribut mulut, karena, Burhanudin selaku Ketua KPPS sering salah menghitung, hingga ditegur Hamdan selaku saksi. Sebab, jika sering salah, takutnya pengitungan sampai malam.
Lantas sekitar pukul 15.30 WIB, sempat ribut mulut, sehingga Burhanudin kesal dan pulang ke rumah. Karena rumah berseberangan atau dibatasi jalan, saat Hamdan pulang, dipanggil Burhanudin yang sudah memegang sajam. ‘’Saat Hamdan menghampiri, langsung ditikam sajam di punggung. Hamdan yang juga bawa sajam di pinggang, langsung membalas dengan menikam dada kiri Burhanudin,” kata Kasat Reskrim Polres OKI AKP H Surachman SH, didampingi KBO Reskrim Ipda Sulardi.
Warga langsung melerasi keduanya, sebelum keduanya yang sama-sama terluka, dilarikan ke RSUD Kayuagung, dengan pengawalan polisi. ‘’Saat ini kita sudah mengamankan barang bukti dua sajam milik kedua tersangka. Jadi tidak ada korban dalam kejadian ini, keduanya sama-sama tersangka,” lanjut Sulardi.
Karena Burhanudin Ketua KPPS, pengitungan suara di TPS 3 Desa Pematang Kijang, sempat dihentikan semetara. Namun, pengitungan kembali dilanjutkan anggota KPPS lain sampai selesai, dengan kawalan anggota Polsek Jejawi.
Menurut Burhanudin, yang ditemui di RSUD Kayuagung, mengakui kesal dengan Hamdan, karena selalu memprotes proses pengitungan suara. ‘’Hamdan saksi dari caleg Hanura itu, selalu protes. Katanya jika pengitungan salah terus, bisa selesai sampai malam. Saya kesal karena dia protes terus, kita sebagai petugas PPS kan harus hati-hati,” terangnya.
Sedangkan Hamdan, mengaku tak menyangka Burhanudin akan menikam dirinya. ‘’Aku dak nyangko Pak, kalo dio nak nujah aku. Rumah kami kan beradapan, pas aku balek ke rumah, dio manggil. Pas kudekati, dio langsung nujah aku, keno di punggung kanan. Waktu itu aku memang bawa pisau jugo, langsung aku tujah jugo di dado kirinyo,” kata Hamdan yang juga mengaku sebagai saksi dari Sutiyoso, Caleg Hanura untuk DPRD OKI.

#Sopir Caleg Bagikan Duit Pakai Mobnas
Sementara itu, sehari menjelang pencoblosan, oknum timses caleg terus bergerilya memberikan sesuatu kepada pemilih. Indikasi itu adanya seorang warga berinisial Ris, warga Dusun IV Desa Siku, Kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim, yang tertangkap tangan oleh Herawadi, Caleg dari PBB.
Ris yang merupakan sopir salah seorang Caleg ini, tertangkap tangan di Desa Gunung Raja, Kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim, Selasa (08/04), sekitar pukul 15.00 WIB. Dia tertangkap ketika membagi-bagikan baju kaos untuk saksi, dan uang Rp 300 ribu yang dimasukkan dalam amplop.
Bahkan, saat bagikan duit itu, Ris menggunakan mobil dinas (Mobnas) DPRD Muara Enim jenis Isuzu Panther. Namun pelat dinas itu sempat ditukarnya menggunakan pelat hitam, sehingga seakan mobil pribadi.
Kasus itu dilaporkan ke Panwas Kecamatan Rambang Dangku, sebelum dilaporkan tertulis ke Panwaslu Kabupaten Muara Enim. Selain menerima laporan resmi, Panwas juga telah menyita barang bukti berupa 13 lembar baju kaos dibagikan, amplop berisi uang Rp 300 ribu, dan dua pelat mobil dinas DPRD Muara Enim Nopol BG 1128 DZ.
Ketua Panwaslu Kabupaten Muara Enim Budi Herianto, dikonfirmasi Rabu (09/04), membenarkan laporan tersebut. “Kami sudah menerima laporan tertulis berikut barang buktinya. Masalah ini masih akan kami lakukan pengkajian, apakah kasus ini tergolong money politik atau tidak. Kami akan kaji dulu,” jelas Budi yang berhasil dijumpai di kantornya.
Menurutnya, kasus itu masih akan dikonfirmasi kepada masing-masing pihak. Baik kepada warga yang menangkapnya, maupun kepada sopir Caleg tersebut. “Dari hasil kajian itu baru akan kita lihat apakah kasus ini masuk ranah tindak pidana Pemilu atau tidak,” jelasnya.
Menurutnya, selain kasus sopir oknum Caleg bagikan baju kaos dan uang dalam amplop, pihaknya juga telah menerima pengaduan dari masyarakat soal adanya tim sukses Caleg yang membagi-bagikan roti didalamnya berisi uang. “Kasus itu terjadi di Talang Ubi, saat ini masih dikaji oleh Panwas Talang Ubi,’ jelasnya. (cr04/luk)