Ponsel Dikenai PPnBM
JAKARTA - Indonesia mulai bersikap tegas dalam negosiasi investasi. Ini terkait keputusan raksasa IT dunia asal Korea Selatan, Samsung, yang memilih Vietnam untuk investasi pembangunan pabriknya. Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, Indonesia ingin agar Samsung menanamkan investasinya di Indonesia yang merupakan pasar ponsel terbesar di Asia Tenggara. Namun, rupanya manajemen Samsung lebih memilih Vietnam. ”Saya bilang (ke Samsung), kalau You (memilih investasi) di sana (Vietnam, Red) silakan, saya kenakan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah),” ujarnya akhir pekan lalu. Pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia membuat pasar ponsel pintar (smartphone) terus naik. Sayangnya, sebagian besar ponsel yang beredar di Indonesia masih harus diimpor. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), impor ponsel sepanjang 2013 lalu mencapai 16.470 ton atau senilai dengan USD 2,8 miliar atau sekitar Rp 31 triliun. Karena itu, pemerintah pun mendorong produsen ponsel untuk membangun pabrik di Indonesia. Selain Foxconn yang merupakan rekanan Apple, Indonesia juga mengincar investasi Samsung. Namun, produsen ponsel asal Negeri Ginseng tersebut akhirnya lebih memilih membangun pabrik di Vietnam. Menurut CT, sapaan Chairul Tanjung, Indonesia memang tidak bisa menuruti permintaan Samsung yang menginginkan fasilitas insentif fiskal berupa tax holiday atau pembebasan pajak hingga 30 tahun sebagaimana yang diberikan Vietnam. Sebab, sesuai aturan, Indonesia hanya bisa memberikan tax holiday 5 - 10 tahun. ”Kita ini negara, tidak boleh kalah (pada kepentingan korporasi, Red). Kalau kamu (Samsung, Red) main-main, saya juga bisa main-main. Saya ngerti karena saya juga pengusaha,” katanya. CT menyebut, dengan potensi pasar yang sangat besar, mestinya Samsung sudah bisa menerima dengan paket tax holiday 5 - 10 tahun. Artinya, insentif tersebut sudah menguntungkan secara bisnis. ”Kalau (tax holiday) 30 tahun, kita (Indonesia, Red) mau dapat apa. Permintaan itu harus masuk akal,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, Indonesia harus percaya diri bisa menggaet investor. Dia menyebut, modal besarnya pasar dan perbaikan layanan investasi dinilai menjadi daya tarik kuat di mata investor. ”Jadi, kita tidak perlu yang begitu-begitu (obral insentif, Red),” ujarnya. Menurut Mahendra, meski Samsung akhirnya memilih Vietnam untuk investasi pabrik ponsel, namun PT Samsung Elektronics Indonesia sebenarnya juga sudah menanamkan investasi besar di Indonesia sejak 1992 di kawasan industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat. ”Di situ Samsung memproduksi home appliance (peralatan rumah tangga,” katanya. (owi)
|