Palembang - Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyelenggaraan dan Pembinaan Angkutan laut, Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Dishubkominfo Sumsel, Mangasi Sinaga mengungkapkan, dana yang dibutuhkan untuk membangun dermaga pelabuhan barang di Tanjung Api api sebesar Rp 250 miliar. Namun, saat ini pihaknya mengalami kesulitan lantaran keterbatasan APBD yang dimiliki Pemprov Sumsel. “Berdasarkan prediksi kita besaran dana yang dikeluarkan mencapai Rp 250 miliar dengan target pada 2015 mendatang sudah bisa operasional. Kita sebenarnya ingin lebih cepat lebih baik, tetapi terpaksa agak sedikit lama karena masalah dana yang relatif lambat,” terang Mangasi kepada wartawan koran ini, Kamis (5/6). Selain kesulitan dana, faktor konstruksi lahan gambut yang ada dilokasi tersebut membuat pembiayaan menjadi lebih mahal. Hal ini membuat pihaknya terpaksa meminta bantuan pusat melalui APBN. “Dengan lahan yang ada, kita terpaksa menggunakan kontruksi panggung nantinya untuk mengatasi fasilitas darat ini. Dananya bisa disharing,” katanya. Lahan pembangunan dermaga khususnya fasilitas darat pelabuhan Laut Tanjung Api-Api yang bersifat gambut, membuat Pemprov Sumsel sedikit kesulitan untuk tahap pelaksanaannya. Namun, proses pembangunan dermaga pelabuhan ini sudah dilakukan komitmen antara pemerintah pusat. “Pusat membangun fasilitas sandar, sedangkan kita membangun fasilitas darat,” lanjut Mangasi. Khusus untuk 2014 ini, lanjutnya, telah menelan dana sekitar Rp 10 miliar yang beberapa diantaranya dilakukan untuk pemancangan tiang dan lantai. “Itu dibangun dengan menggunakan dana APBD terlebih dahulu. Sedangkan penyelesaian fasilitas darat sudah diusulkan ke Kementerian Perhubungan, dan telah ditampung,” ungkapnya. Menurutnya, keberadaan pelabuhan ini merupakan pengganti Pelabuhan Boom Baru yang saat ini sudah tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Meski nantinya, di pelabuhan ini, jumlah maksimal kapal yang melakukan bongkar muat hanya bisa menampung tiga kapal. Terpisah, Ketua Asosiasi Indonesia National Shipowners Association (INSA) wilayah Sumsel, Kurmin Halim sebelumnya menjelaskan, pelabuhan barang di Boom Baru itu sudah dianggap tak bisa lagi menampung kedatangan ratusan kapal yang silih berganti datang setiap bulannya. “Sekarang kapal jadi sulit masuk sehingga harus menunggu terlebih dahulu di muara. Bahkan waktu antrinya bisa selama satu minggu dari waktu ideal selama dua hari,” katanya. Pindahnya pelabuhan akan membuat waktu lebih efisien dan biaya bahan bakar bia berkurang hingga 30 persen lebih murah.(ety)
|