JANEIRO - Tim nasional Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 setelah di babak final mengalahkan Argentina 1-0, di Rio de Janeiro, Senin (14/07) dinihari WIB. Terasa sangat spesial, soalnya Der Panser (julukan timnas Jerman) mencatatkan sejarah baru dalam persepakbolaan dunia. Jerman menjadi tim Eropa pertama yang sukses menjadi kampiun
Piala Dunia di benua Amerika. Ya, gol tunggal dari Mario Gotze pada menit ke-113 sudah cukup bagi Jerman untuk memastikan kemenangan atas Argentina. Gol tersebut juga mengakhiri permainan hebat yang ditunjukkan kedua tim sepanjang 120 menit. Seperti diketahui, dari tujuh gelaran Piala Dunia di benua Amerika (1930, 1950, 1962, 1970, 1978, 1986 dan 1994) tak ada tim Eropa yang mampu keluar sebagai juara. Rinciannya adalah, tiga juara diraih Brasil, Sementara Argentina dan Uruguay masing-masing merasakan dua kali juara. Dengan raihan tersebut, Jerman pun kini melengkapi gelar mereka menjadi empat kali juara dunia, menyamai catatan Italia. Jerman terakhir kali menjuarai Piala Dunia pada 1990 di Italia, ketika masih memakai nama Jerman Barat. Bukan itu saja, kemenangan Jerman ini juga membuat tim Eropa untuk kali ketiga secara beruntun mampu memenangi gelaran Piala Dunia atau sejak Piala Dunia 2006. Laga final di Rio de Janeiro ditonton oleh 79.000 orang, termasuk presiden Brasil, ketua FIFA, dan kanselir Jerman Angela Merkel. Sementara penonton yang menyaksikan final Piala Dunia melalui layar televisi diperkirakan mencapai satu miliar pemirsa. Pelatih Jerman Joachim Loew berterima kasih kepada mantan pelatih Der Panzer Jurgen Klinsmann yang telah meletakkan dasar pada timnya dalam sebuah proyek jangka panjang 10 tahun. Low mengungkapkan sukses yang diraih timnya tidak bisa diraih dengan instan, melainkan dengan persiapan serta pengalaman yang didapat dalam waktu yang cukup lama. “Kami memulai proyek ini 10 tahun lalu dan apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun, dimulai bersama Jurgen Klinsmann. Kami telah membuat perkembangan konstan, kami percaya pada proyek besar ini, kami bekerja keras dan jika ada tim yang layak juara, inilah tim itu,” jelas pelatih 54 tahun itu kepada FIFA. Sementara pelatih timnas Argentina Alejandro Sabella tidak mau menyalahkan buruknya penyelesaian akhir anak asuhnya saat berhadapan dengan Jerman. Mengomentari kekalahan timnya, pelatih 59 tahun itu tetap mengapresiasi jerih payah perjuangan anak asuhnya. “Semua pemain adalah pejuang. Mereka melakukan segalanya. Tim bermain sangat luar biasa di Piala Dunia. Para pemain bisa melihat satu sama lain dan mengatakan mereka telah memberikan segalanya. Jika melihat siapa lawannya dan waktu istirahat kami kurang, ini adalah penampilan terbaik kami,” jelas Sabella kepada Skysport. Joachim Loew memasukkan nama Christoph Kramer untuk menggantikan posisi Kheidira yang sebelumnya berada di line up skuad Der Panzer. Khedira mengalami cedera saat pemanasan jelang pertandingan. Sementara itu, gelandang andalan Argentina Angel Di Maria, tetap tidak bermain di laga final, karena kondisinya belum pulih dari cedera. Jerman mencoba mengambil alih permainan sejak menit-menit awal. Namun, Argentina juga bukan tanpa serangan karena mereka beberapa kali mampu membuat barisan pertahanan Jerman kerepotan. Pada menit keempat, misalnya, saat Argentina menusuk jantung pertahanan Jerman lewat serangan balik yang dikreasi Gonzalo Higuain. Sayang, peluang itu terbuang sia-sia karena tidak ada pemain yang menyambut umpan silang Higuain dari sisi kanan pertahanan Jerman. Pada menit ke-22, Argentina kembali mendapatkan peluang emas. Kesempatan itu berawal dari blunder Toni Kroos yang ingin melakukan back pass ke barisan belakang. Namun, bola umpannya itu justru mengarah ke Higuain. Higuain yang berdiri bebas tanpa pengawalan bek Jerman lalu menggiring bola ke dalam kotak penalti. Sayang, bola tendangannya masih melenceng ke sisi kanan tiang gawang Jerman yang dikawal kiper Manuel Neuer. Selama paruh pertama, Jerman tampak kesulitan menembus rapatnya berisan belakang Argentina, sementara itu serangan Lionel Messi dan kawan-kawan terlihat lebih efektif dengan melakukan serangan balik. Bahkan, pada menit ke-30, Argentina sebenarnya mampu menceploskan bola ke gawang Jerman melalui sontekan Higuain. Namun, wasit menganulir gol tersebut karena hakim garis melihat Higuain lebih dulu berada di posisi offside saat menerima umpan Ezequiel Lavezzi. Peluang terbaik Jerman diciptakan Andre Schuerrle pada menit ke-36. Pemain yang baru masuk menggantikan Kramer itu melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti. Akan tetapi, bola tendangannya masih dapat ditepis oleh kiper Argentina, Sergio Romero. Pada injury time, Der Panzer kembali mendapatkan peluang. Namun, kali ini giliran Benedikt Hoewedes yang gagal karena bola sundulannya memanfaatkan bola umpan tendangan pojok Kroos masih membentur tiang gawang. Selepas turun minum, Argentina kembali mengancam melalui aksi Messi. Beruntung bagi Jerman, bola tendangan Messi dari dalam kotak penalti masih menyamping tipis di sisi kanan gawang Jerman. Sepanjang babak kedua, kedua tim tampak saling menyerang. Namun, mereka lebih sering memainkan bola di lapangan tengah. Tempo pertandingan pun sedikit melambat ketimbang babak pertama. Pada menit ke-80, Jerman membalas. Sayang, bola tendangan Kroos dari luar kotak penalti seusai menerima umpan silang Mesut Oezil masih belum menemui sasaran, karena melenceng di sisi kiri gawang Argentina. Pada babak tambahan, tempo pertandingan masih berjalan lambat. Meski begitu, beberapa kali Jerman dan Argentina mempunyai peluang emas untuk membobol masing-masing gawang lawan. Gol yang ditunggu-tunggu publik Jerman pun akhirnya tiba setelah Goetze mencetak gol indah untuk membuat timnya unggul pada menit ke-113. Gol itu berawal dari aksi Andre Schuerrle di sisi kiri pertahanan Argentina. Ia kemudian memberikan umpan silang ke tengan kotak penalti. Goetze langsung mengontrol umpan tersebut sebelum melepaskan tendangan keras yang masuk ke pojok kiri gawang Argentina. Skor 1-0 untuk Jerman pun akhirnya bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Sepanjang pertandingan, Jerman menguasai bola sebanyak 60 persen dan melepaskan tujuh tembakan akurat dari 10 usaha. Adapun Argentina menciptakan dua peluang emas dari sembilan percobaan. Sepanjang partisipasinya di Piala Dunia 2014, Jerman tercatat hanya sekali mengalami hasil imbang dari tujuh pertandingan, sisanya mereka akhiri dengan kemenangan. Selain itu, Thomas Muller dkk juga tercatat sebagai tim paling produktif dengan 18 gol. Berakhirnya Piala Dunia 2014 Brasil, seolah menjadi tanda persiapan untuk tuan rumah Piala Dunia 2018, Rusia. Persiapan yang dilakukan negara dari Eropa Timur itu, dinilai tidak main-main. Pasalnya Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan memberikan pertunjukan pesta sepakbola yang takkan terlupakan. “Kami (Rusia) akan melakukan semua yang kami bisa untuk mengatur acara (Piala Dunia 2018) pada level yang tertinggi. Kami sukses menjadi tuan rumah Olimpiade musim dingin ini di Sochi. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyajikan pesta sepakbola dunia, yang tak terlupakan di Rusia pada 2018,” ucap Putin, seperti diberitakan The Hindu, Senin (14/7/14). Sementara itu, Menteri Olahraga Rusia Vitaly Mutko memperkirakan total dana Piala Dunia 2018 menelan biaya USD 20 miliar. Sebagian biaya akan diperoleh dari investasi swasta, dan sebagian dari APBN pemerintah Rusia. (kie) |