PALEMBANG – Prestasi gemilang ditorehkan Unit Pidum Satreskrim Polresta Palembang pimpinan Iptu Roberth Sihombing, dan Aiptu Ghofur SH. Pasalnya, mereka berhasil mengungkap kasus perampokan disertai pembunuhan majikan Hj Mariyam (57), dan pembantunya Masnun (40), yang terjadi Sabtu (23/8), pukul 14.00 WIB, di Jalan RW Mongonsidi, RT 01/01, Kecamatan Kalidoni. Dimana, satu dari tiga tersangka perampokan sadis itu, berhasil diamankan, Rabu (10/9), pukul 22.00 WIB, di tempat persembunyiannya di Kampung Rawa Lele, Jalan Sumatera, Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.
Adalah Rendi Okta Rizal alias Rendi (29), pecatan polisi, salah satu tersangka dimaksud. Lantas, Kamis (11/9), pukul 12.30 WIB, tersangka digiring Kanit Pidum Iptu Roberth Sihombing, dan Kasubnit Pidum Aiptu Ghofur SH, dari Ciputat, Tangerang Selatan, menuju Bandara SMB II Palembang, menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 108. Mereka tiba di Bandara SMB II Palembang, sekitar pukul 14.30 WIB. Rendi sendiri diketahui merupakan mantan anggota Polri angkatan 2004, yang terakhir bertugas di Sat Sabhara Polres OKU Timur. Warga Jalan Kayu Awet, Komplek RSMH, Kecamatan Kemuning ini, dipecat tahun 2009, atas kasus penggelapan dua unit sepeda motor hasil razia tidak resmi, kasus utang piutang, dan disersi. Proses penangkapan tersangka di Ciputat, Tangerang Selatan sendiri cukup sulit, memakan waktu cukup panjang dan melelahkan selama 5 hari. Anggota Unit Pidum berangkat sejak Minggu (07/9), untuk melacak lokasi persembunyian tersangka Rendi. Atas kelihaian Unit Pidum, berhasil melacak keberadaan tersangka Rendi di Kampung Rawa Lele. Namun, tersangka selalu pindah tempat sembunyi, karena menduga mengetahui polisi mengejarnya. “Posisi tersangka itu sembunyi di rumah kenalannya sebagai sopir turis Jepang. Tersangka Rendi memang menumpang di kontrakan kenalannya, juga warga Sumsel, dia asli warga Simpang Kijang, Kayuagung, OKI. Tersangka ini selalu berpindah-pindah, awalnya tersangka ada di Jakarta Selatan, terus pindah lagi ke Ciputat, selama 5 hari kita intai. Kemudian sempat kita lacak juga lagi berada di Stasiun Kereta Api Gambir. Kita sempat kesulitan, untung dibantu warga disana. Nah pada saat kita akan menangkapnya, saat itu kita cuma dua anggota saja, untungnya saat kita hubungi Polres Jakarta Utara, turun 2 anggota. Akhirnya kita gerebek, sempat ngintip, sempat khawatir karena tersangka ini pecatan polisi, bisa saja melawan. Nah kebetulah dia kenal saya, akhirnya menyerahkan diri,” terang Kanit Pidum Satreskrim Polresta Palembang Iptu Roberth Sihombing. Selain mengenali wajah tersangka, Kasubnit Pidum Aiptu Gofur SH, langsung memastikan Rendi adalah tersangka selama 5 hari mereka kejar-kejar, dan lacak keberadaanya di Jakarta. “Telapak tangan kanan ada foto, ada luka di telapak tangan kanan, dari situ kita pastikan tersangkalah pembunuhnya. Setelah kita tangkap malamnya kita BAP, kemudian barang bukti emas juga makin memperkuat. Selama di Jakarta tersangka tidak bekerja, cuma makan tidur, ganti-ganti terus nomor ponsel. Lokasi penangkapan tersangka sendiri, kita sempat khawatir karena disana itu sarangnya narkoba. Untuk tersangka lainnya Adit (DPO), berpisah dengan Rendi ke Solo, mereka pisah di Kalideres, sedangkan tersangka Syarif (DPO) sendiri, informasinya masih di Palembang,” terang Ghofur. Sementara itu, barang bukti hasil kejahatan berupa 2 unit ponsel merek Nokia, gelang, kalung, dan uang Rp 1,5 juta diamankan. Dengan barang hasil kejahatannya, 15 suku emas (atau setara 100 gram) dan uang Rp 20 juta milik korban raib dibawa kabur pelaku lain. Perampokan berujung pembunuhan majikan dan pembantu itu sendiri terjadi Sabtu (23/8), di Jalan RW Monginsidi, RT 01/01, Kecamatan Kalidoni. Tersangka sendiri Senin (25/8) petang, telah kabur dari Palembang, dengan menggunakan travel ke Prabumulih, lantas berpindah arah ke Lampung, menggunakan bus sampailah di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Kemudian naik kapal laut, tiba di Pelabuhan Merak, setelah itu naik bus lagi sampai Ciputat, Tangerang Selatan. Kejadian awalnya diketahui Fatimah, adik ipar korban. Saat itu, Fatimah bermaksud menyambangi kediaman korban untuk pergi ke tempat keluarganya, menghadiri acara hajatan keberangkatan haji di Kawasan 11 Ilir Palembang. Namun, ketika sampai di tempat kejadian perkara (TKP), Fatimah melihat bercak darah di ruang tamu, serta melihat tubuh kakak iparnya itu terlentang. Dimana tersangka Rendi beraksi bersama dua rekannya Adit dan Syarif (DPO). Saat beraksi memiliki peranan, Rendi menusuk pembantu rumah tangga (Masnun), sedang dua pelaku lainnya menghujami tusukan ke korban Hj Mariyam, hingga keduanya tewas di lokasi kejadian. (adi)
Bekas Darah Tercecer di Celana Tersangka
Palembang - Titik terang perampokan disertai pembantaian majikan dan pembantu, terungkap setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan secara intensif. Mulai dari mengumpulkan keterangan saksi sebanyak 10 saksi, serta hasil olah TKP di lokasi kejadian. Indikasinya mengarah pelaku adalah orang yang dikenal dan dekat dengan korban. Karena Hj Mariyam (57), sang majikan, dan Masnun (40), pembantu rumah tangga (PRT), tidak akan membuka pintu gerbang rumah, bila tidak mengenali orang yang datang. Pasalnya sebelum kejadian, Mariyam sempat kehilangan motor di parkiran rumahnya. Keterangan Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Suryadi SIk, dari hasil penyelidikan pihaknya telah mengetahui jika pelakunya mengarah ke tersangka Rendi. “Kita segera bentuk tim pengungkapan kasus ini, kecurigaan kita pertama korban tidak akan membuka pintu bila tidak kenal orang datang. Diperkuat dengan hasil tes DNA, di rumah pelaku Rendi yang kita geledah dan diperiksa, ditemui celana Rendi kita periksa ke Labfor Mabes Polri, dan diketahui ada bercak darah, yang ternyata bercak darah korban Masnun atau PRT,” terang Kasat Reskrim. Keterangan alat bukti lain, dari tangan pelaku sendiri ada bekas luka di telapak tangan dua sayatan, sekaligus keterangan saksi yang menguatkan. “Jadi di telapak tangan kanan pelaku Rendi, ada bekas luka sayatan, karena saat menghabisi nyawa pembantu itu Rendi pakai pisau yang dipegangnya. Kemudian saksi juga ada yang melihat pelaku sempet datang ke pemakaman korban. Sempat ditanya kenapa tangannya luka, dari situlah semakin yakin jika Rendi pelakunya,” bebernya. Mantan Kasatres Narkoba Polresta Palembang ini, juga mengutarakan, yang bersangkutan sendiri sudah mengakui saat kita tangkap benar telah melakukan pembunuhan, karena Rendi bersama pelaku Adit dan Syarif (DPO), sedang lagi butuh uang mereka. "Saat kita tangkap di Ciputat, Tangerang Selatan, kita temukan juga kalung dan gelang perhiasan, sisa uang Rp 1,5 juta yang diakui hasil kejahatan mereka. Sedangkan peran pelaku Adit dan Syarif yang mengeksekusi majikan, dan pembantunya pelaku Rendi. Tapi kita terkecoh, dua pelaku tinggal kita kejar dan tunggu saja tanggal mainnya,” tegas Suryadi. Pengungkapan perkara tersebut, berkat kerja keras Unit Pidum Satreskrim Polresta Palembang, yang dibackup 15 anggota dari Resmob Mabes Polri, dan Jatanras Polres Jakarta Utara, serta Polda Sumsel. Kasat mengatakan, jika tidak ada dukungan dari jajaran, pihaknya memastikan akan kesulitan mengungkap kasus itu. Selain itu, Suryadi juga mengimbau kepada keluarga korban untuk bisa menahan emosi dan percayakan ke pihak kepolisian menangani kasus tersebut dengan profesional dan proporsional. “Tersangka Rendi sendiri akan kita ancam dengan pasal 365 ayat 3 ke 4 KUHP, dengan ancaman minimal diatas 15 tahun penjara. Untuk keberadaan kedua pelaku sedang buron, kita lacak masih di Palembang, dan satu lagi sudah melintasi Jakarta,” tukas Kasat Reksrim. (adi)
Masih Keponakan Sang Majikan #Terlilit Utang Rp 27 juta
Palembang - Latar belakang alias motif dari perampokan berakhir pembantaian tragis terhadap majikan dan pembantu tersebut, disinyalir masalah utang tersangka Rendi sebesar Rp 27 juta kepada korban yang masih keluarganya itu. Korban Mariyam (57), kesehariannya pedagang bumbu, tidak lain masih bibi tersangka Rendi sendiri. Sehingga saat Rendi sedang terlilit utang, karena beberapa kali kerap ditagih utang oleh mertuanya, belum bisa melunasi. Nah Rendi mengangap bila pinjam uang dengan Mariyam tidak bakal dipinjami lagi, maka Rendi akhirnya nekad mengajak Adit dan Syarif untuk melakukan perampokan yang berujung pembantaian tersebut. “Kalau tersinggung tidak ada, tadinya tujuan saya mau mengembalikan uang. Kemudian mertua juga mintak kembalikan uang, tapi saya bilang ke bibik saya (korban Mariyam,red) uangnya akan dilunasi Januari. Sebab, pada bulan itu beasiswi istri aku lagi melanjutkan S3 baru cair Pak. Jadi karena saya butuh uang, begitu juga pelaku Adit juga lagi butuh uang, makanya kami nekad mendatangi rumah bibik saya. Waktu itu aku bilang sama Adit dan Syarif langsung saja masuk,” ungkap Rendi berparas tampan dan berkulit kuning langsat ini. Saat mengeksekusi korbannya sendiri, Rendi mengaku 2 kali menusuk si pembantu, sedangkan bibinya dihabisi kedua pelaku lainnya. “Rencana Januari 2015 baru mau bayar Rp 15 juta. Perampokan memang hanya topeng menutupi tindak pembunuhan. Tapi semua itu dilakukan diluar rencana, saya tidak ada dendam Pak. Adit dan Syarif langsung ambil duit, karena dia juga butuh duit, saya cepat cuci darah di kamar, Adit yang obrak-abrik kamar. Syarif saat itu masih di Palembang, Syarif suka nongkrong di Banten, Syarif dulunya tukang copet, sudah lama kenal,” ujarnya. “Setelah kejadian saya di Palembang, kemudian lari ke Prabumulih, baru ke Ciputat, Tangerang Selatan. Ada terbersit mau menyerahkan diri seminggu setelah kejadian, karena istri juga minta menyerahkan diri saja. Dia (istri,red) bilang kasihan anak-anak,” timpal bapak 3 anak ini. (adi) |