Waspada Penipuan Pasang Air Bersih MBR
Palembang - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang tahun lalu sudah menyelesaikan program pemasangan sambungan air bersih untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sebanyak 6.000 warga MBR bisa menikmati air bersih dengan tarif pasang baru Rp 300.000. Tahun ini, PDAM Tirta Musi Palembang berencana akan kembali melanjutkan program serupa. Bedanya, tahun 2013-2014 dananya dibantu oleh Aus-AID. Sedangkan tahun ini, untuk program ini akan dibantu oleh APBN. “Tahun ini kami mengajukan 3.382 sambungan air bersih baru untuk program MBR ini. Tapi ini baru pengajuan, kita belum tahu berapa yang disetujui. Karena dananya dari APBN,” kata Direktur Operasional PDAM Tirta Musi Palembang, Andi Wijaya. Andi menambahkan, dengan program ini diharapkan dapat membantu warga MBR dalam menikmati layanan air bersih. Karena untuk pemasangan baru bisa hemat Rp 800.000. “Normalnya Rp 1,1 juta untuk pemasangan baru. Tapi dengan program ini hanya Rp 300.000. Namun, sekarang sedang vakum dulu karena masih menunggu persetujuan pusat,” ujar dia. Namun, lanjut Andy, saat ini sedang marak penipuan yang mengatasnamakan pemasangan air bersih MBR. Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap penipuan bermodus ini. "Sekarang program ini sedang disetop. Untuk tahun 2013-2014 sudah selesai. Tahun ini masih dalam pengajuan ke pusat. Nah ini ternyata dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mencari untung,” paparnya. Saat ini, lanjut dia, ada 7 warga yang sudah mengadukan masalah ini ke PDAM Tirta Musi. “Kami yakin sepertinya masih banyak lagi yang terkena penipuan ini. Dalam kuitansi juga ada nama Dirut PDAM Cik Mit. Uang yang dibayarkan bervariasi dari Rp 300 ribu-700 ribu bahkan ada yang diminta hingga Rp 3 juta," katanya. Bagi masyarakat yang ingin mendaftar, lanjut dia, harus memenuhi kriteria ini. Diantaranya, luas bangunan rumah 60 meter persegi, pemilik sah bangunan, kapasitas listrik maksimal 1.300 watt. “Nah, nanti akan disurvey lagi oleh petugas kami apakah layak atau tidak ikut program ini. Semua transaksi pembayaran itu dilakukan di loket. Artinya, petugas kami tidak menerima pembayaran di rumah. Jadi, kalau ada yang minta uang di rumah berarti itu bukan dari petugas kami,” bebernya seraya mengatakan korbannya banyak di Tanjung Burung dan Kertapati. (ika)
|