MUARA ENIM - Sejumlah kalangan mempersoalkan rencana talangan dana kepada Hotel Griya Serasan, yang kondisinya bangkrut. Itu terlihat, Pemkab Muara Enim mengajukan 17 Program Legislasi Daerah (Prolegda) kepada dewan. “Hotel bangkrut kok mau disuntik dana. Selama ini, APBD sudah banyak digunakan untuk penyertaan modal kepada perusahaan daerah,” jelas Westi Mayundra, Ketua Anak Gusuran Tambang (Agustam) Muara Enim, kemarin. Menurut Westi, lebih baik dana penyertaan modal digunakan untuk kegiatan berpihak kepada masyarakat. “Ketimbang dana APBD sebagai penyertaan modal untuk menghidupkan kembali hotel yang telah bangkrut,” tegas Westi. Sementara, Ketua DPRD Muara Enim, Aries HB SE, membenarkan dari 17 Prolegda yang diajukan kepada dewan sedang dilakukan pembahasan. Diantaranya, penyertaan modal untuk perusahaan daerah Hotel Griya Serasan. “Yang disampaikan eksekutif baru bersifat Prolegda, belum berbentuk Rancangan Peraturan Daerah (Raperda),” jelas Aries, kemarin. Untuk itu, dewan masih melakukan penelitian dan pembahasan Prolegda terutama berkaitan dengan penyertaan modal. “Dalam pembahasan nanti, dewan akan memilah sejauh mana kebutuhan penyertaan modal tersebut,” tegasnya. Senada juga diutarakan, anggota DPRD Muara Enim, M Thamrin AZ SH. “Dewan belum berbicara setuju atau tidak soal Prolegda penyertaan modal tersebut,’’ jelas Thmarin. Dewan akan memanggil direksi perusahaan daerah hotel Griya Serasan. “Jadi belum tentu menyetujui,” jelas Thamrin. Sebelumnya, Pimpinan Hotel Griya Serasan, Drs Samron mengatakan, terhitung Kamis (29/1) hotel yang dipimpimnya tutup operasional. “Karena bangunannya mau direnovasi menyeluruh. Paling lambat April mendatang,” jelas Samron, Kamis (29/1). Menurutnya, seluruh karyawan hotel sekitar 42 orang dilakukan PHK. “Semua hak normatif mereka akan dipenuhi sesuai ketentuan. Semua hak karyawan akan diajukan ke Dinas Tenaga Kerja,” jelas Samron. Samron mengakui, kondisi keuangan hotel saat ini terus merugi. Jumlah pengunjung yang menginap berkurang hanya 30 persen setiap malamnya dari jumlah 28 kamar yang tersedia. Berkurangnya pengunjung hotel sebagai dampak munculnya beberapa hotel berbintang di Muara Enim. “Saat ini, jumlah pengunjung yang menginap paling banyak 10 kamar. Kondisi keuangan kita tahun lalu merugi,” jelas Samron tanpa menyebutkan nilai nominalnya. Jika operasional hotel tetap dipertahankan, manajemen akan kesulitan membayar gaji karyawan. ‘Kalau tetap kita bertahan dari mana uang untuk menggaji karyawan,” jelasnya. Menurutnya, renovasi dilakukan menyuluh terhadap 28 kamar. ‘’Semua interior kamar direnovasi dan status hotel ditingkatkan menjadi bintang tiga,” jelasnya. Kemudian, pengelola hotel nantinya akan diambil dari kalangan profesional dibidang perhotelan. (luk)
|