MUI: Perlu Penyebaran Polisi Dititik Rawan

Lubuklinggau - Pelaku perampokan terhadap Muhammad Andika (18), warga Lorong Saudara, Kelurahan Ulak Lebar, Kecamatan Lubuklinggau Barat II, yang ditemukan di area kebun kopi warga, Kamis (26/2), sekitar pukul 17.30 WIB, masih misterius. Hingga saat ini, polisi masih belum menemukan titik terang ataupun petunjuk tentang pelaku.
Hal itu diakui Kapolres Lubuklinggau AKBP Dover Cristian LG, melalui Kapolsek Lubuklinggau Barat Iptu Junaidi Lubet, ketika dikonfirmasi, kemarin. Menurut Junaidi, pihaknya sudah kembali mengecek ke lokasi kejadian, namun belum berhasil menemukan jejak pelaku. “Saat ini kita masih lidik, kita sudah kembali lagi ke TKP, tapi belum ada perkembangan,” ujar Junaidi.
Sementara itu, aksi kriminalitas di Bumi Sebiduk Semare ini, belakangan kembali menjadi sorotan berbagai kalangan. Karena dalam dua pekan terakhir, sedikitnya ada dua korban tewas akibat perampokan yang kembali marak. Selain korban Andika, sebelumnya seorang pemuda Agung Juniarta (18), juga tewas ditusuk perampok di Kelurahan Siring Agung, Lubuklinggau Selatan II, Minggu (15/2).
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lubuklinggau Abdullah Matcik menyatakan, polisi diminta tegas terhadap pelaku kriminalitas di Kota Lubuklinggau. Selain itu, penyebaran aparat keamanan di sejumlah titik rawan, juga perlu ditingkatkan, sehingga warga merasa aman, dan tidak dicekam rasa takut akan terjadinya tindakan kriminalitas.
Kendati demikian, Abdullah juga mengingatkan agar masyarakat tidak memancing dan memberikan kesempatan kepada pelaku kejahatan. “Misalnya ibu-ibu kalau ke pasar tidak usah pakai kalung emas atau perhiasan yang mencolok,” ujar Abdullah.
Disinggung soal faktor ekonomi yang kerap dijadikan alasan para pelaku kejahatan, dengan tegas Abdullah mengatakan, kemiskinan tidak dibenarkan dijadikan dalil untuk melakukan kemunkaran. Sebaliknya menurut ketua MUI ini, faktor mendasar terjadinya kriminalitas, justru keimanan seseorang. “Lemahnya iman, membuat orang gelap mata, hingga tega membunuh hanya untuk mendapatkan harta benda korbannya,” tegas Abdullah.
Terpisah, Koordinator Gerakan Sumpah Undang-Undang (GSUU) Herman Sawiran, mendesak jajaran Polres Lubuklinggau untuk proaktif dalam menjalankan tugasnya. Karena Kota Lubuklinggau selama ini dinilai sebagai ladang aksi perampokan dan penjambretan. “Pelaku perampokan dan penjambretan merasa aman beraksi di Kota Lubuklinggau,” tegas Herman.
Dikatakan Herman, jika polisi mau serius memberantas aksi krimintalis di wilayah Lubuklinggau, bisa saja meningkatkan patroli. “Jika perlu polisi terjun ke sejumlah titik rawan dengan pakaian preman. Tetapi yang ada sekarang polisinya banyak, tetapi tidak proaktif,” ungkap Herman.
Malah lanjut Herman, justru warga yang lebih sering menangkap perampok dan menyerahkan ke polisi. “Kalau polisi hanya menunggu dan tidak proaktif, selamanya Lubuklinggau tidak akan aman, dan perampokan sepeda motor merajalela,” pungkas Herman.
Diberitakan sebelumnya, Muhammad Andika (18), warga Lorong Saudara, Kelurahan Ulak Lebar, Kecamatan Lubuklinggau Barat II, ditemukan tewas di area kebun kopi warga. Diduga pemuda yang bekerja sebagai tukang rumput ini, menjadi korban perampokan. Korban pertama kali ditemukan Rehan (40), majikan sekaligus tetangganya, dalam kondisi mengenakan kaos oblong merah dan celana dalam, Kamis (26/2), pukul 17.30 WIB. (yat)