PALEMBANG - Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin, mengimbau kepada seluruh warga untuk menjaga keamanan, dan tidak boleh ada kerusuhan, baik antar etnis maupun agama, di wilayah Sumsel. Hal itu disampaikan Alex saat menghadiri Perayaan Imlek Bersama Masyarakat Tionghoa Sumsel 2015, di Palembang Sport Convention Center (PSCC), Minggu (01/3). “Di tahun kambing api ini, mudah-mudahan kita mendapatkan kesejahteraan, serta selalu diberikan kesehatan. Terlebih, kedepan Sumsel menghadapi tugas berat yakni sebagai penyelenggara Asian Games 2018 mendatang, bersaing dengan Ibu kota Negara DKI Jakarta,” ungkap Alex.
Menurut Alex, dukungan penuh dari masyarakat Sumsel sangat dibutuhkan demi kesuksesan penyelenggaraan Asian Games ke-18 tersebut. Karena, dengan menciptakan kerukunan dan kebersamaan antar etnis, serta umat beragama, bisa menjadi nilai plus bagi Sumsel. Pasalnya, nama baik Sumsel akan menjadi bukti sejarah sebagai daerah penyelenggara Asian Games. “Ini bukan hanya pembuktian di Asia, melainkan seluruh dunia. Untuk itu, kita semua harus kerja keras, dan kita akan buktikan bahwa Sumsel mampu menyelenggarakan Asian Games, meskipun kita bukan ibu kota Negara,” ajak Alex. Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Hendri mengatakan, sedikitnya 4.000 tamu undangan dari berbagai kalangan menghadiri Perayaan Imlek Bersama di PSCC tersebut. Kegiatan ini mengambil tema “Dengan Kebahagiaan Imlek Bersama Kita Wujudkan Sumsel Gemilang”. “Tujuannya untuk silaturahmi dan mendekatkan keragaman kebudayaan Tionghoa dengan budaya Indonesia. Kita berharap Perayaan Imlek ini dapat menjadi agenda tahunan, baik bagi Pemprov Sumsel, maupun warga pada umumnya,” ungkap Hendri. Perayaan Imlek Bersama kali ini dimeriahkan Tarian Seni Opera (drama) Tiongkok Kuno, yang pertama kali ditampilkan di Sumsel. Sebanyak 30 paguyuban etnis Tionghoa di Sumsel juga turut menampilkan tarian khas Tiongkok, yakni Bian Lian (seribu wajah,red). Tarian Bian Lian merupakan seni opera (drama) Tiongkok Kuno, yang menjadi bagian terpenting dalam seni pertunjukan opera Sichuan di kota bernama Cheng Du, di Provinsi Sichuan, RRC. Selain itu, ditampilkan pula sejarah dan budaya Tionghoa di Indonesia, penampilan permainan kecapi dan musik tradisional, wayang orang, dan tarian 1.000 tangan, serta barongsai. Menurut Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumsel Kurmin Halim, pertunjukan ini memang sangat istimewa, karena pemain yang menguasai teknik dan seni Bian Lian, bisa mengubah tampilan wajah dalam hitungan detik di atas pentas, di depan sejumlah mata pengunjung. “Mereka bisa melakukan perubahan itu berkali-kali, hanya dalam satu menit,” ujar Kurmin. Para pemain Bian Lian biasanya mengecat wajah mereka dengan warna-warna mencolok, menjadi semacam topeng. Penampilan itu didukung dengan kostum yang juga penuh warna. Saat pertunjukan berlangsung dan membutuhkan perubahan mimik yang menggambarkan perasaan, emosi dan situasi yang dihadapi dalam lakon, maka pemain Bian Lian dengan secepat kilat, bisa bersalin rupa dengan warna-warna cat wajah yang berbeda. “Bahkan lebih cepat dari kemampuan mata untuk melihat proses perubahan itu terjadi. Hanya dengan gerakan gemulai tangan atau sedikit gerakan badan, anggukan kepala atau berpaling sekejap saja, para pemain Bian Lian bisa mengubah rias wajah mereka,” jelasnya. (ety) |