PALEMBANG - Perayaan Cap Go Meh yang jatuh pada malam ini disambut meriah oleh umat Tridharma. Bahkan, Pulau Kemaro yang menjadi pusat pelaksanaan acara ini, kini sudah dipercantik dengan dipasang 2.000 lampion. Kemarin, pulau yang berada di tengah Sungai Musi ini sudah ramai didatangi pengunjung. Ada yang datang dari umat Tridharma untuk sembahyang ada juga yang hanya berwisata ingin melihat suasana Pulau Kemaro, saat Cap Go Meh. Selain itu, sejumlah stand-stand yang diisi oleh pedagang juga sudah ramai.
Ada yang menjual makanan, pernak-pernik aksesoris, mainan anak-anak sampai baju yang bergambar Pagoda Pulau Kemaro. Ketua Panitia Cap Go Meh, Chandra Husin mengatakan, tahun ini perayaan Cap Go Meh sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan tahun lalu. Agar lebih meriah sudah dipasang 2.000 lampion di Pulau Kemaro ini. Diperkirakan jumlah orang yang akan datang ke Pulau Kemaro tahun ini, mengalami peningkatan. “Kalau tahun lalu sampai 70 ribu orang, tahun ini mungkin bisa sampai 80 ribu orang yang datang. Karena, Cap Go Meh di Pulau Kemaro ini sudah banyak dikenal. Selain umat Tridharma, wisatawan juga banyak yang datang. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. Seperti, Malaysia, Hongkong, Singapura dan China,” bebernya. Cap Go Meh sendiri, lanjut dia, adalah malam hari ke-15 setelah Sincia. “Ini bulan purnama yang pertama pada tahun yang berjalan atau tahun shio Kambing untuk tahun ini (Imlek 2566). Tapi di Pulau Kemaro memang biasanya dirayakan dua hari sebelum tanggal 15 setelah Sincia, yaitu pada 13 dan 14,” ujarnya. Untuk memudahkan masyarakat menuju Pulau Kemaro, lanjut Chandra, panitia Cap Go Meh sudah menyiapkan jembatan apung sepanjang 200 meter dari seberang pulau (eks Pabrik Intirub) melewati gudang PT ISM Bogasari. Selain itu, juga disiapkan 15 tongkang gandeng gratis. “Tongkang ini bisa naik dari Kelenteng Hong Tiong Bio (Serikat) di ujung Jalan Sayangan. Kalau naik tongkang sekitar 45 menit sampai ke Pulau Kemaro,” jelas dia. Pada puncak perayaan Cap Go Meh, kata Chandra, akan ada upacara sembahyang Thien (Tuhan Yang Maha Esa) dan Dewa Bumi. “Nanti juga akan mengurbankan satu ekor kambing hitam ke depan altar buyut Siti Fatimah. Kambing ini harus semuanya berwarna hitam,” jelasnya. Pada hari itu juga, tambah Chandra, akan ada bagi angpao oleh Dewa Bumi berupa uang koin yang dibungkus kertas merah. Ini melambangkan keberuntungan. “Nanti juga ada pembagian kantong kuning yang berisi padi-padian oleh buyut ini melambangkan kesehatan dan kemakmuran,” paparnya. Chandra menambahkan, malam Cap Go Meh ini juga dikenal sebagai malam pertemuan muda-mudi. “Katanya untuk cari jodoh. Di Pulau Kemaro ini ada pohon cinta. Sebenarnya itu pohon Beringin, usianya sudah ratusan tahun. Karena sudah tua, serabutnya yang biasanya terjuntai sudah menjadi kayu,” tukasnya. (ika) |