Jakarta - Sejumlah warga negara Indonesia asal Surakarta yang hilang di Turki merupakan satu keluarga. Mereka pernah tinggal di Kelurahan Gajahan, yang terletak tidak jauh dari Keraton Surakarta. Data kependudukan mereka masih tercatat di kelurahan tersebut. "Beberapa nama dalam daftar WNI hilang itu memang tercatat sebagai penduduk di sini," kata Lurah Gajahan Susanto, Sabtu, 7 Maret 2015. Mereka adalah Hafid Umar Babher dan Fauzi Umar. Dua orang tersebut merupakan saudara kandung. Menurut Susanto, Fauzi Umar masih lajang, sehingga kartu keluarganya masih bergabung dengan orang tuanya. Sedangkan Hafid telah beristri dan memiliki satu anak berusia enam tahun. Nama istri dan anaknya, yakni Soraiyah dan Hamzah, juga masuk daftar WNI yang hilang. Kakak-adik itu sudah cukup lama tinggal di kelurahan tersebut. "Namun mereka akhirnya pindah rumah beberapa tahun lalu," katanya. Selama tinggal di sana, keluarga itu berstatus pengontrak. Meski sudah pindah, mereka belum mengajukan surat pindah sehingga masih tercatat sebagai penduduk di daerah tersebut. "Tapi saya tidak tahu mereka pindah ke mana," katanya. Menurut dia, keluarga itu cukup ramah dan tidak memiliki perilaku yang mencurigakan. Sebelumnya, 16 WNI dikabarkan hilang. Mereka memisahkan diri dari rombongan tur yang terdiri atas 25 orang. Rombongan yang menggunakan agen travel bernama Smailing Tour ini berangkat dari Jakarta pada 24 Februari 2015. Mereka berjanji kembali bergabung dengan rombongan pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki. Namun, hingga tanggal yang dijanjikan, keenam belas orang itu tak kunjung datang. Pemimpin rombongan lalu menghubungi salah satu di antara mereka, tapi hanya dijawab dengan pesan pendek yang menyatakan mereka tidak akan bergabung dengan rombongan. Setelah itu, mereka tak dapat dihubungi lagi. Walhasil, sembilan anggota rombongan lain lebih dulu pulang ke Indonesia.
#Pencarian Libatkan Aparat Keamanan Sementara itu, Kementerian Luar Negeri masih mencari 16 warga negara Indonesia yang hilang di Turki. Pencarian melibatkan aparat keamanan Turki. Adapun Kepolisian RI dilibatkan dalam pelacakan latar belakang para pelawat yang berasal dari Surakarta dan Surabaya itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, menjelaskan warga yang hilang ini pada awalnya tergabung dalam rombongan yang berjumlah 25 orang. Rombongan berangkat dari Jakarta pada 24 Februari lalu, dipandu seorang pemimpin tur yang disediakan biro perjalanan Smailing Tour. Mereka menumpang maskapai Turkish Airlines TK-67 dan mendarat di Bandara Turkish Internasional Ataturk, Istanbul. “Setelah mendarat, 16 turis asal Indonesia itu pamit kepada pemimpin rombongan,” ujar Arrmanatha di Jakarta, kemarin. Menurut dia, anggota rombongan yang memisahkan diri itu berjanji akan bergabung kembali pada 26 Februari di Kota Pamukkale, Turki. Pada tanggal yang dijanjikan, mereka tak muncul. Menurut Arrmanatha, pemimpin rombongan berusaha menghubungi mereka melalui pesan pendek. “Mereka menjawab tidak akan bergabung dengan rombongan dan akan memberi tahu kapan waktu yang tepat mereka akan kembali,” katanya. Hingga jadwal kepulangan, 4 Maret 2015, keenam belas orang tersebut tidak juga memberikan kabar. Rombongan yang tersisa kembali ke Tanah Air menggunakan pesawat Turkish Airlines TK-66. Arrmanatha enggan menyimpulkan penyebab hilangnya mereka karena kasus ini masih dalam penyelidikan. Namun Badan Intelijen Negara pada Selasa lalu mencurigai belasan turis Indonesia itu menghilang untuk bergabung sebagai milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
#Jasa Tur dan Perjalanan, Cara ISIS Rekrut Anggota Terpisah, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan ada modus baru perekrutan anggota jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Modus baru tersebut menggunakan jasa tur dan perjalanan. "Jadi, begitu sampai di negara tertentu, mereka menghilang," ujar Tedjo di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, beberapa hari lalu. Padahal, kata Tedjo, perusahaan penyedia jasa tur dan perjalanan tersebut terdaftar secara resmi. "Mereka harus mempertanggungjawabkannya," ujar Tedjo. Tedjo mengatakan pemerintah akan lebih memperketat pengawasan terhadap penyedia jasa tersebut. "Siapa saja yang pergi dan kapan mereka kembali akan kita cek. Kita cek juga siapa saja yang belum kembali," kata Tedjo. Menurut dia, belum ada perusahaan tur dan perjalanan yang ditindak lantaran menggunakan modus tersebut untuk merekrut anggota ISIS. "Ini baru informasi awal," kata Tedjo. Tedjo mengatakan ISIS sudah menjadi masalah dunia. Karena itu, Indonesia harus mewaspadai ancaman ISIS agar tidak masuk ke Indonesia. "Yang penting kita lakukan pencegahan agar tidak sampai kejadian," ujar Tedjo.
#11 Ribu TKI Tinggalkan Suriah Di sisi lain, Chozin Chumaidy, duta besar Indonesia untuk Libanon yang baru dilantik presiden, menyatakan diminta tetap memfasilitasi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Suriah yang hendak pulang ke Indonesia lewat Beirut. "Karena masalah ISIS (Negara Islam Suriah dan Irak), TKI yang akan pulang ke Indonesia tidak bisa melalui Damaskus," kata Chozin setelah menemui Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, beberapa waktu lalu. Akhirnya para TKI itu pulang melalui Beirut, Libanon. Mantan Ketua Mahkamah Partai Persatuan Pembangunan itu mengatakan, saat ini sudah sekitar sebelas ribu TKI yang sempat bekerja di Suriah, yang telah pulang ke Indonesia lewat Beirut. "Itu rembesan dari Suriah, TKI yang seharusnya pulang ke Indonesia lewat Damaskus, akhirnya lewat Beirut," kata dia. Chozin mengatakan, pemerintah Libanon memberikan kemudahan bagi TKI asal Suriah yang hendak pulang ke Indonesia. Caranya dengan pemberian izin tinggal selama sebulan sambil menunggu jadwal kepulangannya. "Libanon dan Indonesia punya hubungan sangat bersejarah, Libanon termasuk negara ketiga yang mengakui kemerdekaan Indonesia," kata dia. Jumlah warga negara Indonesia yang diperkirakan bergabung dengan ISIS mencapai 350 orang dalam dua tahun terakhir. Sepertiga dari mereka berangkat dari Indonesia untuk membantu ISIS berperang di Suriah. Sisanya tinggal di luar ketika bergabung dengan ISIS. Pemerintah sendiri sudah bersikap tegas terhadap warganya yang merupakan anggota ISIS, untuk mencabut kewarganegaraannya. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan pada bulan lalu, Indonesia akan mencabut paspor mereka yang berencana bergabung dengan ISIS atau mereka yang sudah bergabung dengan ISIS di luar negeri. (tmp/net/sam/jpnn)
|