GAME online, semua orang pasti mengenalnya mulai dari tua, muda hingga anak-anak baik pria maupun wanita. Tak hanya sekedar mengenalnya saja, semua orang pasti menyukai yang namanya game online tersebut. Berbagai aneka permainan, mulai dari petualangan, misteri, pertempuran hingga olahraga ditawarkan game tersebut. Bahkan tak sedikit yang ‘tergila-gila’ oleh game online, mereka rela melupakan segala pekerjaannya seperti bolos sekolah dan kursus maupun kerja kantornya demi untuk menuntaskan game yang sedang mereka mainkan. Aristyadhi, salah satu pelajar yang berhasil dibincangi Palembang Pos mengakui, terkadang dirinya nekat bolos sekolah hanya untuk bermain game online di salah satu warnet langganannya. “Kalau sekali-sekali pernah dak masuk sekolah, soalnya sudah janjian sama kawan mau tanding game online,” ungkap pelajar kelas 1 SMP tersebut. Tak hanya itu saja, Aristyadhi yang akrab dipanggil dengan sebutan Ale menuturkan, dirinya rela menyisihkan uang jajannya hanya untuk bermain game online. “Kalau minta uang untuk main game online, pasti tidak dikasih. Makonyo tepakso idak jajan,” ucapnya dengan lugas. Ditanya apakah dirinya tidak pernah dimarah guru atau orang tuanya, Ale mengatakan, jika perbuatannya itu (bolos sekolah) ketahuan orang tua dirinya pasti dimarahi. “Kalu ketahuan pasti dimarah om, makonyo idak tiap hari bolosnyo,” cetusnya. Sementara Debby, salah satu orang tua murid yang pernah dipanggil pihak sekolah lantaran anaknya kedapatan bolos karena main game online mengungkapkan, sejak mengenal game online prilaku anaknya menjadi berubah. “Jadi malas belajar, kerjaannya cuma main game saja,” tuturnya. Hal yang sama diungkapkan Darmawati (48), warga Kelurahan Ceremeh Taba, Lubulinggau Timur, yang mengatakan, karena game online anak-anak terkadang lupa waktu dan menjadi malas belajar. Bahkan tidak sedikit anak yang putus sekolah gara-gara game online. “Karena keasyikan main, anak-anak lupa belajar bahkan lupa sekolah, ada juga yang rela bolos agar bisa main game,” ungkap Darma. Akibatnya menurut wanita berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini, anak yang sudah terlanjur kerajingan bermain game online lupa segala-galanya. Tak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Santi (28), warga Kelurahan Ulak Surung, Lubuklinggau Utara. Menurutnya keponakannya ada yang sampai putus sekolah karena bermain game. “Keponakan saya diberi uang saku untuk sekolah malah mampir dan menghabiskan waktunya diwarnet, hal itu baru diketahui setelah ada surat pemberitahuan dari pihak sekolah,” katanya. Alhasil, keponakannya akhirnya lebih memilih berhenti dari sekolah dibandingkan melanjutkan pendidikannya. Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumsel, Susna menilai, pengaruh game online dikalangan anak-anak sudah sangat mengkhawatirkan. Untuk meminimalisir terjadinya pengaruh negatif dari game online, diperlukan peran aktif orang tua terutama sang ibu. “Anak-anak kan belum mengerti dampak dari apa yang mereka tonton. Orang tua khususnya ibu seharusnya mendampingi anak-anak mereka, terutama apa yang menjadi tontonan anak-anak. Kalau tidak, maka akan berdampak lebih besar lagi,” saran Susna. Kendati demikian, menurut Susna, pengaruh teknologi tak selamanya berpengaruh jelek terhadap anak-anak. Disisi positifnya, anak-anak bisa mengenal teknologi sejak dini sehingga menambah pengetahuan anak. Akan tetapi, kalau sudah kebablasan maka dampaknya negatif.“Saya menghimbau kepada para orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap prilaku anak-anak, jangan sampai kebablasan kalau tidak akan menyesal dikemudian hari,” pungkasnya. (abu//yat/ety)
|