Palembang - Kondisi perekonomian yang penuh tantangan untuk industri perbankan di Indonesia dan ketidakstabilan politik sebagai dampak dari pesta demokrasi di tahun 2014, tidak menyurutkan Bank OCBC NISP untuk tetap tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan. Hal ini terlihat dari kemampuan Bank OCBC NISP dalam mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 17 persen menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 1,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Presiden Direktur & CEO Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja menjelaskan, sejalan dengan pertumbuhan laba, Bank OCBC NISP juga berhasil meningkatkan asetnya sebesar 6 persen (YoY) menjadi Rp 103,12 triliun dari Rp 97,52 triliun. Kenaikan total aset ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit (gross) sebesar 7 persen (YoY) menjadi Rp 68,4 triliun pada akhir tahun 2014 dari Rp 64 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit ini disalurkan dengan melakukan diversifikasi sektor usaha, besaran pinjaman, jenis mata uang dan jangka waktu. Sesuai jenis penggunaannya, komposisi kredit yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 42 persen, investasi 41 persen, dan konsumer 17 persen. “Dengan strategi manajemen risiko yang tepat, dan prinsip kehati-hatian yang dijalankan, Bank OCBC NISP berhasil menjaga kualitas kreditnya sehingga tingkat NPL (net) berada dalam posisi yang rendah pada level 0,8 persen di akhir tahun 2014. Posisi tersebut jauh lebih rendah dari ketentuan BI sebesar 5 persen maupun di kelompok bank buku 3 perbankan Indonesia,” papar Parwati. Tak hanya itu, rasio-rasio keuangan utama lainnya juga berada pada kisaran positif dan level yang sehat bagi sebuah bank dimana Return on Assets (ROA) tercatat 1,8 persen dan Return on Equity (ROE) 9,7 persen serta CAR (Capital Adequacy Ratio) 18.7 persen. Parwati menambahkan, kondisi perekonomian yang penuh tantangan di tahun 2014 memberikan banyak sekali pembelajaran sekaligus juga peluang untuk tetap tumbuh secara sehat dan berkesinambungan. ”Ditengah kompetisi industri perbankan yang sangat ketat, naiknya suku bunga serta tekanan inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM serta pelemahan nilai tukar rupiah membuat pertumbuhan di 2014 lebih lamban, tetapi kami tetap optimis bahwa industri perbankan Indonesia memiliki potensi yang lebih baik di tahun 2015,” harapnya. Apalagi menghadapi ketatnya persaingan tersebut, pihaknya senantiasa berinovasi dan mengembangkan sejumlah produk dan layanan sebagai wujud komitmen untuk memberikan yang terbaik kepada nasabah. Salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan E-Channel meliputi layanan internet dan mobile banking dengan teknologi terkini serta senantiasa bersinergi dengan OCBC Group sebagai penyedia jasa keuangan terkemuka dan terbesar di ASEAN untuk meningkatkan potensi Regional serta mendukung kemudahan akses perbankan nasabah secara International. (ove)
|