PALEMBANG - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api Api saat ini menjadi primadona baru bagi perusahaan untuk menanamkan investasinya di Sumatera Selatan. Sejak disahkannya Tanjung Api Api sebagai kawasan ekonomi, tahun lalu, sudah puluhan perusahaan asing yang melirik Tanjung Api Api.
“Sudah banyak perusahaan asing yang mau berinvestasi di Tanjung Api Api. Sebelumnya ada dari Malaysia dan terakhir dari Korea Selatan. Dalam waktu dekat, ada perusahaan dari Tiongkok yang datang ingin melihat TAA. Perusahaan dalam negeri lebih banyak lagi, seperti PT Holcim dan PT DEX,” terang Kepala Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Sumsel, Maulan Aklil, kepada wartawan koran ini diruang kerjanya, Kamis (12/3).
Untuk mendatangkan investor menanamkan modalnya di Sumsel, khususnya dikawasan TAA, pihaknya terus mengejar calon investor hingga ke luar negeri. Supaya menarik minat para investor, pihaknya terus melakukan perkembangan dikawasan tersebut terutama dari segi infrastruktur.
“Keamanan juga menjadi faktor pendukung untuk mengajak investor menanamkan investasinya dikawasan TAA. Kalau KEK TAA sudah beroperasi, maka akan banyak perusahaan yang berdiri dan tentunya akan menyerap tenaga kerja yang luar biasa. Sehingga dengan demikian, masyarakat kita bisa sejahtera,” katanya lagi.
Sementara itu, disinggung mengenai perizinan yang diberikan BP3MD Sumsel, Maulan menegaskan, prosesnya hanya dibutuhkan waktu tiga hari. Pihaknya menerapkan prinsip perizinan yang sederhana, singkat dan transparan. Dengan pelayanan yang maksimal, Sumsel menjadi daerah yang ramah terhadap investasi baik dalam maupun luar negeri.
“Memproses perizinan melibatkan banyak SKPD. Memang membutuhkan waktu panjang, tapi kita coba memangkasnya lebih cepat demi pelayanan. Namun tetap dalam koridor, atau tidak sampai melanggar aturan,” tegasnya.
Meski menargetkan waktu cepat, Maulan menargetkan tak ada pungutan atau Zero Cost. Diakuinya upaya tersebut untuk meningkatkan jumlah investor di Sumsel, apalagi target investasi tahun ini cukup besar yakni mencapai Rp 70 triliun, atau Rp 20,2 triliun khusus non migas saja.
“Target itu wajar, karena investasi di Sumsel sedang menggeliat. Pada tahun lalu saja, dari target sebesar Rp 14 triliun untuk non migas bisa mencapai Rp 18,3 triliun. Banyak perusahaan mengajukan izin di bidang Sumber Daya Alam seperti pertambangan, perkebunan dan kehutanan,” pungkasnya.(ety)