KPAID Akan Dampingi, dan Tinjau Kasusnya

Ilir Timur I – Sungguh memprihatinkan, jika terbukti benar, apa yang dilakukan seorang siswa kelas 2 SD berinisial SK (10). Pasalnya, warga Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan 20 Ilir, Kecamatan IT I ini, diduga telah memerkosa 3 adik kelasnya di sekolah.
Kasus itu terungkap, setelah salah seorang korbannya sebut saja namanya Bunga (6), didampingi ibunya Ya (46), melaporkan kejadian tersebut ke Mapolresta Palembang, Jumat (13/03). Sebenarnya, kasus pemerkosaan berlangsung bulan Februari 2015, namun baru diketahui keluarga Bunga, pada 6 Maret 2015.
Dimana, saat Bunga hendak buang air kecil, merasakan kesakitan. Ya curiga, hingga menanyai Bunga, dan terkuaklah kasus pemerkosaan tersebut. Modusnya, pelaku yang merupakan kakak kelas Bunga, mengajak Bunga jalan-jalan ke tempat sepi di sekolahan. Disana, pelaku membuka celana dan memasukkan alat vitalnya ke kemaluan Bunga.
Mirisnya, pelaku sudah empat kali melakukan perkosaan terhadap Bunga. Kemudian, selain Bunga, pelaku juga diduga telah memerkosa dua teman Bunga berinisial Yn, dan Ma. “Sudah 4 kali, dimasukan ke aku, di sekolah melakukannya. Ada juga teman lain, juga digitukan. Kepala Sekolah dan guru sudah tahu, mereka akan mencari jalan keluarnya,” ungkap Bunga polos.
Sedang keterangan Ya, ibu Bunga mengatakan, pelaku merupakan kakak kelas anaknya, dan dikenal nakal. “Umur 10 tahun harusnya kelas 4, ini masih kelas dua. Selain nakal mungkin sudah tidak naik kelas 2 kali, tapi katanya memang sering pindah-pindah,” ujar Ya saat melapor.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Palembang Adi Sangadi SH, dikonfirmasi mengaku telah mengetahui kejadian tersebut. “Jadi biar pihak kepolisian proses dulu, dan kita tetap melakukan pendampingan. Nah kalau kasus seperti ini, apalagi anak usia dibawah 12 tahun, harus dimediasi. Jadi akan kita lihat, tingkat intensitas perkosaannya sampai mana, apa sudah sampai merusak. Kalau bisa kita duduk satu meja, orang tua, kepolisian dan kita,” terangnya.
“Seperti di dalam UU No 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak. Jadi maksudnya, anak bermasalah, harus disersi dan dicarikan jalan keluar. Kita lihat dulu tingkat suatu hubungan itu. seperti kasus seerupa pernah terjadi, divonis hakim dengan hukuman sosial, itu terjadi tahun 2013 dan 2012 kasusnya sama anak dibawah usia 12 tahun. Jadi kalau anak di atas 14 tahun boleh dihukum pidana, ancaman maksimal 15 tahun, kalau dibawah 14 tahun maksimal ancaman 10 tahun,” bebernya.
Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting SIk MSi, melalui Kasat Reskrim Kompol Suryadi SIk, didampingi Kanit PPA Ipda Imelda Rachmat SH menegaskan, pihaknya telah menerima pengaduan korban atas perkara asusila. “Laporannya sudah kita terima, untuk identitas terlapor sudah jelas, tinggal kita amankan saja,” ungkap Kasat Reskrim.
#Siswi SMA Diduga
Tewas Diperkosa
Sementara itu, seorang siswa salah satu SMA di Kabupaten Empat Lawang, sebut saja namanya Melati bin SR (18), warga Desa Air Mayan, Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker), Kabupaten Empat Lawang, diduga kuat meninggal karena di perkosa. Hal itu diketahui, karena ada luka robek akibat benda tumpul pada alat vital korban.
Menurut keterangan SR kepada polisi, sekitar pukul 09.00 WIB, anaknya itu pamit pergi mandi ke sungai air keruh. Tetapi karena curiga, sang ayah menyusul ke sungai. Namun, sang ayah terkejut melihat anaknya tergeletak di pinggir sungai dalam keadaan pingsang, sekitar pukul 10.30 WIB. Kemudian ayah korban memberi tahu Kades Desa Air Mayan, hingga dilaporkan ke polisi.
Korban sendiri langsung dilarikan ke Puskesmas Desa Nanjungan, untuk mendapat pertolongan medis, sebelum akhirnya meninggal dunia. "Diduga kuat awalnya korban diperkosa, mukanya dibenamkan ke sungai, karena ada luka lebam di tengkuk korban," kata Kapolsek Paiker Ipda Romi F, kepada Koran ini Jumat (13/03).
Lebih lanjut Romi menuturkan, korban tergelatak sekitar 15 meter dari jarak pemandian. Dugaan perkosaan juga didukung hasil pemeriksaan Puskemas Nanjungan. Dan korban langsung dibawa pihak keluarga untuk dikebumikan. "Dugaan perkosaan itu didukung kuat hasil pemeriksaan petugas Puskesmas," ucap Romi.
Ditambahkan Romi, saat ini korban masih berstatus sebagai pelajar kelas II SMA Paiker. Pihaknya masih terus mengumpulkan petujuk bukti lanjutan sebagai upaya pengembangan dari kasus ini, sehingga akan jelas siapa pelakunya. Untuk sementara waktu pihaknya terus mengembangkan untuk mengetahui pelakunya. "Kita masih melakukan pendalaman," tutur Romi. (adi/ben)