Pohon Pinus Berkurang, Terkendala Dana
Kol Burlian, Palembang Pos.- Hutan wisata Punti Kayu merupakan taman wisata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Palembang. Namun sayangnya, taman wisata ini tetap fokus untuk tanaman hutan. Pasalnya, pihak pengelola kekurangan dana mengembangkan hutan wisata menjadi kebun binatang dengan beragam hewan. Hal tersebut dikarenakan, dana untuk memberi makanan hewan mencapai Rp 2 juta perbulan. Jumlah ini tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima, karena menurunnya pengunjung. Humas Taman Wisata Punti Kayu, H Antoni Puspo SE mengatakan, Punti Kayu sudah ada sejak 1930 dan memiliki lahan ratusan hektare tanaman pohon. Kemudian, hutan wisata ini dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra setelah MoU bersama antara pihak pengelola dengan Menteri Kehutanan dan Pemprov Sumsel. Pimpinan PT Indosuma Putra Citra adalah Hj Dewi Aska yang berdomisili di Jakarta. Jangka waktu kontrak selama 30 tahun. “Jadi, berakhirnya pada 2025 mendatang. Kita tidak tahu berapa nilai perjanjiannya, apakah ratusan miliar atau puluhan miliar,” ujarnya. Dirinya juga tak mengetahui soal dana kontribusi setiap tahun yang diserahkan pada pemerintah pusat, Pemprov Sumsel dan Pemkot Palembang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masing-masing. Selain itu, pihaknya juga kena pajak dalam hal pungutan biaya masuk orang dan kendaraan. Antonio mengungkapkan, di Hutan Wisata Punti Kayu, saat ini hanya terdapat 5 Beruang Madu, 5 Buaya, 3 Orang Hutan, 3 Macan, 2 Burung Elang, 6 Burung Bangau. “Memang sulit untuk menambah jumlah hewan. Karena dana untuk biaya makannya sebesar Rp 2 juta perbulan. Kendati demikian, hewan disini tetap makan 3 kali sehari ,” katanya. Oleh karena itu lanjut Antonio, pihaknya memberikan izin kepada pengunjung yang ingin memberikan makanan kepada hewan-hewan tersebut. Namun pihaknya mengimbau kepada pengunjung untuk tidak sembarang memberikan makanan kepada hewan- hewan tersebut. Hewan disini cukup diberikan kacang dan buah-buahan saja,” ucapnya. Antonio mengakui, tumbuh- tumbuhan yang menjadi cirri khas dari Punti Kayu seperti pohon pinus, jumlahnya semakin berkurang. “Saya lupa berapa datanya sekarang. Namun 80 persen Hutan Punti kayu ini adalah pohon pinus, yang sejak awal memang ditanam orang Belanda,” tuturnya. Menurutnya, untuk membudidayakan pohon pinus cukup sulit. Pasalnya, tumbuhan ini merupakan pohon yang mampu tumbuh subur di daerah yang becuaca sejuk. Sementara Palembang merupakan kota yang bercuaca cukup panas. Sehingga kerap kali terjadinya kebakaran pohon akibat sinar matahari. “Pinus kan memiliki kandungan minyak. Untuk menjadikan bibit unggul sudah kami upayakan tapi sulit. 10 berbanding 1 baru bisa hidup dan itu pun harus menunggu berbulan- bulan,” terangnya. Ketika ditanya soal keinginan pemerintah mengambil alih pengelolaan Punti Kayu, Antoni mengungkapkan, beberapa kali memang adanya keinginan pemerintah untuk mengambil alih Taman Wisata ini. Namun, hingga saat ini belum terealisasi karena pihaknya sudah terikat kontrak dengan Kementrian Kehutanan selama 30 tahun. “Jika diambil alih oleh pemda, Taman Wisata ini dapat menjadi aset Palembang untuk penghijauan,” ucapnya. Lebih jauh Antonio menerangkan, karyawan yang telah bekerja di Punti Kayu terdiri dari 3 bagian yakni karyawan bulanan, mingguan dan harian. “Karyawan kita untuk bulanan ada 10 orang yang mengurusi semua apa yang ada di sini. Sedangkan karayawan mingguan dan harian sifatnya hanya satu minggu dan harian saja,” kata dia. Taman Wisata Punti Kayu kata Antonio, buka pada 08.00-17.00 WIB. Tarif untuk dewasa sebesar Rp 5 ribu sedangkan anak-anaka Rp 2 ribu. Jika pengunjung menggunakan kendaraan, maka akan dikenakan tarif Rp 3 ribu untuk mobil dan Rp 2 ribu untuk motor. “Jika ingin menikmati wahana di taman, pengunjung dikenakan biaya lagi sebesar Rp 3 ribu. Untuk menikmati wahana perahu air dan bebek air, pengunjung dikenakan biaya Rp 10 ribu. Sedangkan untuk kolam renang Rp 20 ribu,” tukasnya .
Surati Menteri Kehutanan
Wali Kota Palembang, Ir H Eddy Santana Putra MT akan menyurati Menteri Kehutanan. Dalam surat tersebut, akan dituliskan permintaan pengelolaan Hutan Wisata Punti Kayu yang saat ini masih di tangan Menteri Kehutanan dan di kelolakan pada swasta. “Akan kita minta lagi pada Menteri Kehutanan, secepatnya kita buat surat,” ujar Eddy. Menurutnya, hutan di tengah kota tersebut sayang tak dikelola sendiri. Sebab, potensi dari Punti Kayu tersebut sangat besar. Baik terhadap lingkungan maupun kunjungan wisatanya. “Kita dulu sudah pernah memintanya, tapi tidak diserahkan pada Pemkot Palembang. Ini akan kita surati lagi untuk kita minta kembali,” ungkapnya. Eddy menambahkan, karena nama hutan wisata tersebutlah pengelolaan dilakukan Menteri Kehutanan. Jika menjadi hutan kota, maka pengelolanya adalah Walikota Palembang. “Kita ingin hutan wisata ini dijadikan hutan kota,” bebernya. (nik/ika)
|