PEMULUTAN - Pemukiman padat penduduk yang ada di Jalan Sriwijaya Raya, RT 05, RT 06 dan RT 09, Dusun II, Desa Ibul Besar III, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), ludes terbakar, Sabtu (29/09), sekitar pukul 11.00 WIB. Api menjalar cepat di pemukiman yang berada didekat simpang empat Musi II, yang terkenal sebagai sentra kerajinan daun nipah ini. Api yang membakar sekitar 60 rumah terbuat dari kayu itu, baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 14.00 WIB, setelah 12 unit mobil BPBPK Kota Palembang, membantu warga melakukan pemadaman.
Belum diketahui pasti asal api, namun kuat dugaan dari korsleting listrik di salah satu rumah warga yang ada di RT 06 atau dekat Masjid Istiqlal. Kerugian yang diderita para korban mencapai Rp 0,5 miliar, karena rumah, ratusan keping atap daun nipah, perabotan rumah serta becak dan sepeda motor, ludes tanpa sisa. Pantauan Palembang Pos, karena kebakaran itu, beberapa fasilitas umum seperti jembatan hingga tempat mandi di pinggiran anak Sungai Pemulutan, yang terbuat dari kayu tinggal kerangka. Bahkan, api sempat menjalar ke seberang jalan dan menghanguskan rumah kecil beratap daun nipah di Jalan Sriwijaya Raya, RT 01, Kelurahan Karya Jaya, Kecamatan Kertapati milik pasutri Bakarudin (70) dan Bik Nur (60). Sebab, saat kejadian, kakek-nenek bercucu 15 ini, sedang pergi ke sawah, hingga rumah dalam keadaan kosong. disisi lain, karena kebakaran, sepanjang Jalan Ki Merogan hingga Jalan Sriwijaya Raya, tepatnya dari Terminal Karya Jaya sampai wilayah Dipo Pertamina Kertapati, macet total. Apalagi badan jalan ditutupi asap tebal serta dipersimpangan jalan kendaraan berebut saling mendahului. Menurut warga sekitar, api yang menyala selama tiga jam itu, diduga berasal dari rumah salah satu warga di RT 06 berinisial U, dari korsleting listrik. Kemudian, selain menghanguskan 60 rumah dan membuat 75 Kepala Keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal, dua orang yakni kakek dan cucu juga terbakar, hingga harus dilarikan ke RSUD BARI Palembang. Kedua korban terbakar itu, Agam (65), petani, yang menderita luka bakar 60 persen di punggung kiri, dada dan tangannya. Sementara cucunya Suci Indah Lestari (5), terbakar di tangan kanan, muka, paha belakang, bahkan kulitnya sempat mengelupas. Menurut Agam, dirinya tinggal disana sejak tahun 2.000. Kakek enam cucu dan bapak empat anak ini, mengaku terkepung api, saat menyelamatkan barang-barang di rumahnya. ‘’Tak sempat selamatkan barang, karena saat keluar rumah, api sudah dimana-mana. Saat itu juga ingat cucu, jadi tak sempat lari, makanya terbakar,” jelasnya sembari merintih kesakitan. Sementara menurut Bakhtiar (45), api bisa menjalar cepat, selain karena banyak rumah terbuat dari kayu dan atap nipah itu, juga karena angin kencang. ‘’Bukan kali pertama kebakaran terjadi, ini untuk kedua kalinya. Pertama tahun 2010, api juga meratakan lokasi yang sama, sekitar 20 rumah hangus. Kini kejadiannya makin parah, lantaran sampai 60 rumah terbakar. Tak tahu mau kemana setelah kejadian ini, barang keluarga saya banyak terbakar,” ujarnya. Ketua LMD di RT 07, Desa Ibul Besar III, Marwah (51), mengatakan kebakaran pertama kali persis berdekatan dengan Masjid Istiqlal. ‘’95 persen warga sini pengrajin daun nipah dan sisanya lagi berjualan dipinggiran jalan. Semua daun nipah warga yang akan dijual, jadi abu. Atap daun nipah sendiri perkeping dijual Rp 2.500. Sehari satu warga dapat membuat 40 keping,” ungkapnya, sembari sibuk memindahkan barang yang selamat dari kebakaran. Ketua RT 09 Dang Aha (60), mengatakan kalau kebakaran itu menghanguskan sekitar 60 rumah warga, yakni 48 rumah di RT 06 dan 12 rumah di RT 09. warga tak bisa menyelamatkan rumah dan isinya adalah Tor (50), tukang besak, Bahri (40), tukang becak dan Abdullah. Mereka kehilangan harta dan tempat tinggal yang ditempati selama bertahun-tahun,” jelasnya. Kades Ibul Besar III Bahsan Muharam menegaskan, sampai malam ini sudah sekitar 49 rumah yang terbakar. ‘’Namun itu perkiraan sementara dengan 70 KK kehilangan tempat tinggal. Bisa saja jumlah rumah itu bertambah. Sekarang kita sudah mendirikan posko kebakaran bantuan dari Provinsi Sumsel dan Kabupaten Ogan Ilir. Masjid Istiqlal sementara dijadikan lokasi penampungan bagi warga yang tidak memiliki tempat tinggal,” ungkapnya. Selain itu, sambung Bahsan, dua warganya yakni kakek dan cucu di RT 06, iokut terbakar dan kini masih dirawat di RSUD BARI Palembang. ‘’Yang dibutuhkan warga saat ini, air bersih. Kawanan itu memang sentra kerajian atap dari daun nipah. Namun, usaha warga lain disana membuat kotak duku, kotak jeruk dan kotak telur. Rata-rata pekerjaan warga disana membuat itu,” tambahnya. (adi)
|