MARTAPURA - Petani sawah tadah hujan (STH) di Kabupaten OKU Timur, masuk musim tanam perdana (musim raja) tahun ini, terpaksa mengalami keterlambatan. Sesuai jadwal, awal Desember lalu petani sudah melakukan masa tanam.
Keterlambatan diakibatkan curah hujan tak menentu. Sehingga petani sawah tadah hujan yang penggarapannya tergantung dengan air hujan tak mampu berbuat banyak.
“Target petani mengejar masa tanam serempak akhir tahun lalu tak tercapai. Meski kecewa, itu bukan kesalahan teknis tapi memang faktor alam,” ujar Suji (57) petani sawah tadah hujan warga kecamatan Bunga Mayang, kemarin.
Tanpa air hujan, menurut Suji, petani sawah tadah hujan tak bisa menggarap sawah. “Beda sawah irigasi teknis, kebutuhan air cukup dan pengaturan air ke lahan sawah bisa stabil,” ujarnya.
Namun sebagian petani, lanjut Suji, ada yang mensiasati dengan memanfaatkan pompa air (sumur bor) demi mengejar masa tanam serentak. “Tapi itu, petani yang punya modal. Bagi kami modalnya pas-pasan, terpaksa menunggu hujan sampai sawah terisi air,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) OKU Timur, Ir Ruzuan Efendi MM membenarkan, petani sawah tadah hujan mengalami keterlambatan masa tanam.
“Memang terjadi pengunduran masa tanam. Namun 5 Januari lalu, kita sudah sosialisasi percepatan tanam mengejar masa tanam yang diundur Oktober 2015 lalu, dak ada penanaman karena factor cuaca,” ujar Ruzuan. (res)
Petani sawah tadah hujan di Desa Negeri Ratu Baru OKUT, melakukan masa tanam karena cuaca tak menentu. Foto kris/Palembang Pos
No Responses