JAKARTA – Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan banyak negara luar memandang Indonesia sebagai sebuah harapan. Misalnya, wilayah Papua yang kaya “sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi” itu menggambarkan betapa kayanya Indonesia dan sangat menjanjikan hidup.
Karena itu, menurut Gatot, tidak heran saat ini dan kedepan banyak negara berkepentingan untuk menguasainya. Hal tersebut sangat beralasan karena setiap negara berkepentingan dalam pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup warga negaranya.
Apalagi, kata dia, penduduk dunia terus bertambah secara signifikan. Saat ini sudah tiga kali lipat populasi idealnya. Bahkan empat kali lipat saat menyongsong Indonesia Emas. Namun pada satu sisi persediaan energi, pangan dan air semakin berkurang.
“Inilah yang akan memicu konflik antar negara, rebutan pemenuhan kebutuhan yang sangat mendasar yaitu pangan, energi dan air serta Indonesia menjadi medan perang ekonomi,” ujar Panglima TNI saat memberikan ceramah di hadapan 102 peserta Kepala Daerah pada Pembekalan Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan II Hasil Pilkada tahun 2015, di Auditorium Gedung F Lt.4 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemendagri, Jalan TMP Kalibata Nomor 8 Jakarta Selatan, Jumat (27/5).
Menurutnya, TNI sangat menyadari tantangan yang akan dihadapi bangsa ini di masa mendatang. Untuk melaksanakan tugas sesuai UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI juga bukas tugas yang ringan tetapi tugas berat bila hanya dipikul oleh TNI semata.
“Ancaman itu sudah sangat nyata dan ada tetapi kurang dipahami kita di semua lini kehidupan bernegara, berbangsa bahkan di keluarga,” katanya seperti dilansir dakam siaran pers Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G.
Ia mengingatkan upaya untuk melemahkan, menguasai sampai kepada penghancuran bangsa Indonesia melalui perang Proxy (Proxy War). Salah satunya melalui penyalahgunaan narkoba, demo buruh melakukan intimidasi, tawuran mahasiswa, adu domba TNI-Polri, memecah belah partai politik, regulasi tidak memihak rakyat dan rekayasa sosial melalui media.
Selain itu, Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan kemungkinan bahaya konflik yang terjadi di Timur Tengah bakal menyasar Indonesia. Pasalnya, konflik yang terjadi diperkirakan 70 persennya karena perebutan sumber-sumber energi. Baik itu di Lybia, Mesir, Irak, Iran, Mesir dan Kuwait yang mampu menghasilkan sekitar satau atau dua juta barel minyak mentah setiap hari.
Menurut Gatot, energi yang dihasilkan dari minyak bumi, bakal habis di 2043 kalau tidak ditemukan sumber-sumber baru dan hal-hal yang sangat signifikan. Karena jumlah manusia mencapai 3-4 kali lebih besar dari jumlah kapasitas bumi.
“Sehingga 9,8 miliar masyarakat yang berada di daerah non equator, akan mengalami krisis. Mereka akan mencari pangan di sekitar equator. Karena tempat konflik yang tadinya energi, setelah habis, digantikan energi hayati,” ujar Gatot saat menjadi pembicara pada Orientasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepala Daerah 2016 Angkatan ke-2, yang digelar Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BP SDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jumat (27/5).
Karena itu, Gatot merasa perlu berbicara kepada para kepala daerah. Sebab perang masa kini yang merupakan perang energi, akan menjadi perang ekonomi, pangan dan air. “Inilah ancaman bangsa kita, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di equator, lalu punya garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada,” ujarnya.
Menurut Gatot, Presiden Soekarno pernah mengingatkan, kekayaan alam Indonesia akan membuat iri dunia dan sekarang hal tersebut sudah menjadi kenyataan. Karena itu Presiden Jokowi mengingatkan, kaya akan SDA justru akan menjadi petaka kalau tidak dikelola dengan baik. “Jadi apakah 2043 anak-anak kita akan hidup layak? Kalau bapak ibu di daerah cuma tidur saja, anak-anak akan susah. Ini ancaman,” ujar Gatot.
#Ini Cara Perang Terkini
Di sisi lain, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, perang era kini banyak dilakukan lewat penggalangan opini-opini yang menyesatkan. Contohnya, mengopinikan pemimpin Indonesia seolah-olah dikendalikan oleh negara asing. Kemudian, membenturkan lembaga dengan penegak hukum, serta melakukan rekayasa-rekayasa lain. Sehingga menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.
“Misalnya, televisi juga menampilkan iklan yang jelek, kekacauan, mengadudomba TNI-Polri dan lain-lain. Jadi ini? adalah cara perang terkini, perang melalui kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Gatot saat menjadi pembicara pada Orientasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepala Daerah 2016 Angkatan ke-2, yang digelar Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP SDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jumat (27/5).
Menghadapi kondisi yang ada, segenap elemen bangsa kata Gatot, harus bersatu. Terutama para elite mulai dari pusat sampai daerah. Karena tidak mungkin menghadapi kondisi yang ada secara sendiri-sendiri.
“Jangan berwacana, ribut dan saling berperang dengan pemerintah. Harusnya bersatu dan utamakan karya. Perang di manapun sekarang berlatar belakang ekonomi. Maka wujudkan kedaulatan ekonomi,” ujarnya.
Panglima TNI juga mengajak para kepala daerah memanfaatkan forum komunikasi pimpinan daerah (Forkompimda) yang ada. Termasuk sampai ke tingkat kecamatan dan terutama elemen terbawah. “Dandim (Komandan Kodim) bertentangan dengan bupati tidak bisa kerja. Jadi manfaatkan, untuk laksanakan kebijakan bapak. Kalau Dandim enggak benar, panggil saja,” ujarnya.
Gatot juga mengajak para kepala daerah benar-benar memanfaatkan kondisi geografis yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Manfaatkan energi yang ada, maritim bukan cuma luarnya namun dalamnya, pantainya. Kemudian demografis juga, ada kearifan lokal. Semua orang Indonesia punya gen satria dan patriot. Gotong royong hanya ada di Indonesia,” ujar Gatot. (gir/fri/jpnn)
No Responses