S
## Aksi Anarkis tak Dibenarkan
##Manejemen Harus Introspeksi
PALEMBANG – Laga Sriwijaya FC melawan Arema FC diwarnai aksi tak baik oknum suporter Laskar Wong Kito, dengan merusak fasilitas Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Sabtu (21/07/18) sore. Tercatat 373 kursi di tribun utara dan selatan rusak akibat dilempar ke tengah lapangan pertandingan.
Amarah suporter ini bisa jadi sebagai puncak kekesalan kepada manajemen Sriwijaya FC atas hengkangnya 8 pemain yang menjadi tulang punggung dalam mengarungi Liga 1 musim ini. Alasan manajemen Sriwijaya FC karena kondisi keuangan.
Akibatnya, penampilan SFC menjadi bulan-bulanan lawan dalam setiap laga. Jadi, manajemen Sriwijaya FC harus introspeksi dan mendengarkan aspirasi suporter. Suporter pun harus makin dewasa dalam bertindak sebagai wujud kecintaan kepada Sriwijaya FC.
Namun demikian, sikap suporter yang melakukan pengerusakan fasilitas GSJ tidak bisa dibenarkan. Banyak cara yang lebih baik dalam menyuarakan aspirasi agar didengar oleh manajemen. Akan tetapi, suporter merupakan bagian tak terpisahkan dalam sepak bola. Apa artinya permainan bila jika tidak ada penonton.
Amarah suporter mulai terlihat saat penampilan Sriwijaya FC terus menurun di babak kedua dan ketika kedudukan kalah 0-3 pada menit 76. Mulailah aksi pengrusakan kursi terjadi. Supoter dengan lantang meneriakan kekecewaan terhadap manajemen karena hengkangnya 8 pemain utama. Supoter mengkhawatirkan masa depan Sriwijaya FC dalam mengarungi kompetisi Liga 1 2018.
Komisaris Utama PT Jakabaring Sport City (JSC) selaku pengelola stadion, Akhmad Yusuf Wibowo menyebutkan setelah dilakukan pengecekan ulang ada 373 kursi yang rusak.
“182 di tribun utara, sementara di tribun selatan ada 191. Kita inventarisir kerugian materil dan inmateril. Kita segera perbaiki,” tegasnya.
Dilanjutkannya, ulah anarkisme oknum suporter ini sangat disesalkan. Terlebih stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring merupakan venue Asian Games 2018 yang akan mulai digunakan pada 15 Agustus 2018. “Kita sebenarnya berupaya antisipasi, dengan melakukan steril secara bertahap,” keluhnya.
Ditambahkan Direktur Utama PT JSC, Bambang Supriyanto, pihaknya melanjutkan persoalan tersebut ke ranah hukum. “Kita sangat kecewa dengan kedewasaan oknum supporter. Kita minta polisi usut tuntas kejadian itu,” imbuhnya.
Sejak sebelum pertandingan, berhembus isu para suporter akan melakukan demonstrasi saat pertandingan. Nada protes dan kekecewaan suporter kepada manajemen memang telah terlihat pada awal pertandingan. Spanduk-spanduk bernada protes dan kritik keras kepada manajemen terpajang di tribun utara dan timur.
Ketua suporter Singa Mania, Ariyadi Eko Neori membantah keras kerusuhan tersebut merupakan sikap organisasinya secara resmi. “Itu hanya oknum, bahkan kita sempat tejadi keributan antara pengurus dan oknum supporter. Karena pengurus berusaha mencegah aksi pengrusakan itu,” bebernya.
Namun, jumlah oknum suporter yang melakukan pengrusakan cukup banyak, sehingga sulit dibendung. “Kita tegaskan sama sekali itu hanya spontanitas. Kita sebelum pertandingan bahkan bertemu dengan kepolisian karena ada isu demonstrasi, padahal tidak ada rencana itu,” ulasnya.
Sementara, sekretaris PT SOM, Faisal Mursyid menyerahkan kasus tersebut kepada proses hukum yang ditempuh PT JSC. “Kita menyesalkan, apabila hasil pertandingan ada rasa tidak puas, bisa langsung aspirasikan ke manajemen. Tidak perlu merusak itu,” tuturnya.
Faisal mengaku tidak habis pikir ada oknum suporter yang merusak stadion Gelora Sriwijaya yang notabene markas Sriwijaya FC. “Manajemen sulit berkomentar dengan situasi begini. Kita anggap ini oknum yang tidak bertanggung jawab,” jelasnya.
Sebagai langkah berikutnya, PT SOM mengajukan surat pengunduran jadwal kandang melawan Borneo FC (29/7/18) dan Madura United (11/7/18). “Kita ajukan hari ini (kemarin), sebagai reaksi kejadian itu. Pertimbangannya Asian Games, keamanan sarana, dan seluruh panitia pelaksana pertandingan Sriwijaya FC juga panitia cabor Asian Games,” pungkasnya.
Beberapa pihak yang dimintai komentar terkait aksi supoter ini, meminta manajemen untuk segera mencari solusi bersama dan melakukan duduk satu meja. Tujuannya untuk menyelamatkan Sriwijaya FC.
Seperti yang didengungkan mantan Manajer Sriwijaya FC, H Hendri Zainudin di media sosial. Hendri Zainuddin ikut bersuara terkait kerusuhan di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Sabtu (21/07/18) sore. Dirinya berharap Direktur Utama PT SOM Muddai Madang dan Presiden Klub H Dodi Reza Alex dapat duduk bersama dengan Gubernur terpilih selaku pemegang saham terbesar.
“Untuk mencari solusi terbaik buat klub kebanggaan Sumsel,” katanya.
Menurut pria berkacamata ini, apabila tidak ada perbaikan yang signifikan sudah barang tentu akan mengancam keberlangsungan Sriwijaya FC di liga 1. “Kalau putaran dua ini tidak dapat solusi yang baik bagi SFC, bisa terdegradasi ke liga 2,” tukasnya. (kie)
No Responses