PALEMBANG- Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin, selalu mengajarkan kebaikan. Islam juga adalah agama yang cinta damai. Untuk itu, H Harnojoyo berharap, kejadian bom di Surabaya pagi tadi, tidak dihubungkan dengan umat muslim tanah air dan agama apapun.
“Saya berharap kejadian bom bunuh diri di Surabaya tadi pagi, tidak dikaitkan dengan agama apapun, termasuk Islam,” imbuhnya.
Calon Walikota Palembang nomor urut 1 ini berharap kejadian bom bunuh diri seperti di Surabaya, tidak terulang lagi. Karena, akibat kejadian tersebut banyak pihak dirugikan. “Mari kita bersatu, katakan tidak pada aksi teror di tanah air,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Harnojoyo menggelar aksi nonton bareng film 212 The Power of Love di CGV Bioskop Transmart Palembang, Minggu (14/5/18).
Karena baginya, film besutan sutradara Jastis Arimba yang menceritakan kisah nyata Aksi Bela Islam 212 yang saat itu begitu menarik perhatian masyarakat dunia.
“Kita berharap masyarakat tahu jika aksi 212 bukanlah aksi provokatif. Karena, aksi itu ada karena bentuk kecintaan seluruh umat muslim tanah air terhadap agamanya. Itu dibuktikan dengan sikap peserta aksi yang menjaga agar aksi dapat berjalan dengan damai.
“Islam itu rahmatan lil alamin. Karena pada aksi 212 tersebut dapat dilihat, rumput tak ada yang diinjak. Sampah dibersihkan saat aksi, semua dipungut dan dibersihkan. Bahkan masyarakat kecil ikut menggratiskan cemilan yang menjadi nafkah mereka sehari-hari,” ungkapnya.
Meski tidak mengetahui ceritanya secara mendalam, Harniojoyo melihat jika film yang diproduksi Warna Pictures ini, menjadi fil penting yang memperlihatkan sebuah kekuatan cinta yang bersatu untuk satu tujuan baik.
“Banyak ilmu juga yang didapat dari film ini, mulai dari sebuah kisah perjuangan seorang jurnalis yang diperankan aktor Fauzi Baadilah, dan perjuangan umat muslim yang dipenuhi sebuah cinta terhadap agama dan bangsa,” tandasnya.
Sementara itu, Yeni (21) merasa senang dengan kegiatan nobar yang diadakan H Harnojoyo. Karena, melalui film ini terlihat sebuah perjuangan penuh cinta, yang dilakukan jutaan umat muslim tanah air dari berbagai daerah.
“Kalau saya lihat, film ini diangkat dari kisah nyata, dimana aksi 212 bukanlah aksi radikal, melainkan bentuk cinta kasih dari umat muslim terhadap agama dan tanah airnya,” tutupnya.
Seperti diketahui, 212 The Powet of Love menceritakan seorang jurnalis di Majalah Republik bernama Rahmaf (30). Sikapnya yang dingin dan cenderung sinis membuat ia tidak memiliki banyak teman, bahkan memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya Ki Zanal (60th).
Cerita berawal saat Ki Zainal akan melakukan longmarch bersama para santri dari Ciamis untuk mengikuti aksi pada tanggal 2 Desember 2016 di Jakarta yang dikenal dengan aksi bela Islam 212.
Walau Ki Zainal bersikeras, Rahmat terus berupaya menghentikan niat ayahnya tersebut, karena menurutnya itu tindakan konyol dan aksi 212 tak lebih dari aksi politis yang ditunggangi dan akan memicu kerusuhan serta jatuhnya korban jiwa seperti yang terjadi pada peristiwa aksi 98. (ika)
No Responses