PALEMBANG - Hasil Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA-SMK) serta Madrasah Aliyah tahun ajaran 2013/2014 diumumkan pada hari ini (20/5). Dari hasil yang didapat sebanyak 387 siswa tidak lulus dalam Ujian Nasional. Untuk presentase kelulusan sendiri tahun ini untuk SMA adalah 99,44 persen, SMK 99,85 persen. Terdapat penurunan persentase kelulusan tahun ini jika dibandingkan tahun lalu yakni 99,86 persen.
Ketua Ujian Nasional 2014 sekaligus Sekretaris Disdik Provinsi Sumsel, Bonny Syafrian mengatakan, dari jumlah tersebut angka tidak lulus tersebar di beberapa kota dan kota kabupaten. Angka tidak lulus tertinggi terdapat di Kabupaten Muara Enim dengan jumlah 273 siswa, disusul Banyuasin dengan jumlah 40 siswa. Kemudian, Musi Rawas 22 siswa, OKU Timur 16 siswa dan OKU 7 siswa.
Selebihnya, sambung dia, Pagaralam terdapat 6 siswa, Lubuk Linggau 5 siswa lalu Palembang 4 siswa, Musi Banyuasin 4 siswa, Lahat terdapat 1 siswa dan terakhir 1 siswa di OKI.
“Itu untuk SMA dan MA. Sedangkan untuk SMK jumlah yang tidak lulus sedikit yakni hanya 3 orang siswa SMK di Palembang,” ujarnya.
Dia mengimbau, bagi yang tidak lulus dapat melakukan ujian paket C periode II pada 1-4 Juli mendatang. Nantinya, diharapkan pada pendaftaran ujian tersebut dilakukan pihak sekolah, sehingga siswa yang tidak lulus dapat kembali mengikuti UN paket.
“Untuk pengumuman kelulusan di sekolah, sebaiknya dilakukan koordinasi dengan pihak keamanan untuk pengamanan pengumuman biar kondusif,” ujarnya.
Dia juga meminta, agar sekolah memberikan arahan kepada siswa pada saat pengumuman kelulusan tidak dirayakan berlebihan.
Sementara untuk pemegang nilai UN tertinggi tahun ini dipegang oleh SMA Negeri 17 Palembang. “Untuk ranking pertama SMA/MA IPA dipegang siswa Dwi Lisa Nuraini dengan nilai 56.50 dari SMA Negeri 17, ranking kedua M Aldian Astrayudha dengan nilai rata- rata 55.90 dari SMA Negeri 17 Palembang lalu ranking ketiga dipegang oleh Maulia Sari Khairunnisa dengan nilai 55.50 dari SMA Negeri 3 Kayuagung,” ungkapnya.
Sedangkan untuk siswa dengan ranking tertinggi IPS, masih dipegang oleh SMA Negeri 17 yakni Weina Mualidia Respati dengan nilai rata- rata 54.30, ranking kedua Tika Mardiana Putri dengan nilai 54.00 dari SMA Negeri 3 Kayu Agung, lalu ranking ketiga Nur Maryam Afifah Syafril dengan nilai 43.80 dari SMA LTI IGM Palembang.
“Untuk SMK sendiri ranking pertama Ahmad Wahidin dengan nilai 37.20 dari SMK Negeri 3 Sekayu, ranking kedua Novilia Megi Annisa dengan nilai 37.10 dari SMF (SMK Farmasi) Pembina Palembang dan ketiga Sri Utami dengan nilai 36.90 dari SMK Negeri 2 Palembang,” tandasnya.
Terpisah, Kabag Pendidikan Menengah Muara Enim, Dinas Pendidan dan Kebudayaan Muara Enim, Rizal Alfian ketika dikonfirmasi membenarkan banyak siswa Muara Enim yang tidak lulus.
“Jumlah peserta siswa SMA, SMK dan MA negeri swasta yang mengikuti UN sebanyak 6.290 siswa, siswa yang tidak lulus sebanyak 296 orang atau sebanyak 96 persen tingkat siswa yang lulus,” jelas Rizal yang berhasil dikonfirmasi, Senin (19/5).
Menurutnya, ketidaklulusan tidak disebabkan banyak faktor, diantaranya bobot soal yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi. Sehingga siswa yang banyak tidak lulus tersebut kebanyakan sekolah SMA, SMK maupun MA negeri dan swasta yang berada di pedesaan. Sedangkan yang diperkotaan dinyatakan lulus semua. “Kita prihatin atas kejadian ini, dan ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua,: jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Muara Enim, Faisal Anwar SE, yang membidangi masalah pendidikan mengatakan informasi banyaknya siswa SMA sederajat yang tidak lulus asal Kabupaten Muara Enim akan diklarifikasi. “Kita belum mendapatkan pengumuman resm, sehingga kita akan klarifikasi dulu dengan Dinas Pendidikan Muara Enim,” ujarnya.
Menurutnya, jika itu benar maka sangat disayangkan. Artinya prestasi Muara Enim turun dari tahun sebelumnya yang kelulusan mencapai lebih 99 persen.
”Sebagai konsekuensi kita dari Komisi IV akan meminta eksekutif melakukan evaluasi dimana letak kelemahan sehingga banyak siswa tidak berhasil,” ujarnya.
Kalau masalah sistim pembelajaran di sekolah maka perlu penegasan untuk dilakukan pembinaan. Sedangkan kalau itu masalah sumber daya manusia (SDM) maka perlu juga dievaluasi, seperti perlu pembinaan khusus pada SDM tersebut. Terlebih, kalau guru atau kepala sekolah di negeri bermasalah lakukan mutasi untuk penyegaran.Jangan sampai persoalan itu terulang kembali kedepan. (nik/luk)
No Responses