PALEMBANG – Plapon kelas yang berada di Jalan Ratu Sianom 2 ilir di SD Negeri 51 Palembang, tampak rusak terkena air hujan dan terlihat banyak tambalan dimana-mana. Akibatnya aktivitas siswa kelas 1 serta kelas 2 yang terbagi 2 shift, harus rela mengungsi apabila ada hujan turun.
Hal ini disebabkan aktivitas para remaja yang suka bermain bola dan bola yang ditendang sering tersangkut di lantai kelas, sehingga para anak-anak muda ini pun sering memanjat untuk mengambil bola, dan membuat atap kelas menjadi penyot dan rusak.
Saat ditemui di ruang kerjanya, Kepala SDN 51 Palembang Sri Fauza mengatakan dirinya baru beberapa bulan menjabat disini. Data kepala sekolah lama sejak 2014 lalu sampai sekarang, atap kelasnya sudah mengalami kerusakan dan bocor dimana-mana. Ini bermula dari remaja yang sering bermain bola disamping sekolah, lalu saat bola tersangkut di kelas mereka pun sering menaikinya.
“Ya, jadinya atap sekolah kami tekena dampak menjadi rusak dan penyot, sejak berdirinya bangunan kelas 1 dan 2 ini dari 2004, kita belum mendapatkan bangunan baru, kita juga hanya melakukan tambalan saja,” katanya.
Meski sudah diperbaiki oleh pihak sekolah dengan cara ditambal dan dibelikan plapon baru, kelasnya tetap mengalami kebocoran. Dalam penggunaan dana sendiri, tentu tidak cukup untuk membongkar dan membangun baru. “Makanya kita berharap Dinas Pendidikan (Disdik) kota Palembang dan instansi perusahaan lainnya, dapat membantu dengan cara membangun baru dan mempagari sekolah dari orang luar yang mau masuk. Agar aktivitas siswa disini bisa kembali nyaman. Memang kerusakan ini hanya kelas 1 dan 2 saja, kalau kelas lain masih tetap bagus dan terawat,” jelasnya.
Saat ini pihaknya sudah banyak mengajukan proposal, namun sampai sekarang ini belum ada perkembangan dan tanggapan dari Disdik kota yang meninjau langsung. “Kita maunya bangunan kelasnya dibuatkan baru, sebab jika diperbaiki lagi dengan cara ditambal, pastinya tidak akan tahan lama,” ungkapnya.
Hal senada Wali kelas kelas 1 SDN 51 Palembang Iskandar mengatakan keluhan dan kerusakan plapon ini sudah lama dialami sejak 2014 lalu. “Padahal kita sudah perbaiki tapi bocor lagi, tidak hanya itu sekolah sudah banyak mengeluarkan biaya untuk perbaikan. Jadi setiap hujan datang, pihaknya bersama anak-anak lain selalu mengepel kelasnya dan membersihkan meja dari air yang menetes. Sebab seng banyak bolong, makanya air lebih leluasa masuk ke dalam kelas,” katanya.
Harapannya, kalau bisa pemerintah dan tim Disdik dapat langsung menyidak untuk memperhatikan SD nya. “Soalnya kami sendiri sudah memperbaiki namun tetap bocor, tidak ketinggalan sekolahnya dibuatkan pagar khusus sehingga anak-anak remaja yang bermain bola tidak akan menaiki atap kelas. Kasihan sama anak-anak kelas 1, kadang kalau ada hujan di pagi hari pukul 08:00 WIB pihaknya sempat tidak menggelar aktivitas belajar sambil menunggu hujan reda,” pungkasnya. (roi)
No Responses