PALEMBANG - Setelah Diklatsar (pendidikan dan latihan dasar) peserta organisasi mahasiswa pecinta alam atau Mapala menelan korban jiwa. Kali ini dialami peserta giat pra lapangan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) angkatan XIX tahap I Himpala Bahtera Buana (HBB) Polsri atau Politeknik Negeri Sriwijaya.
Adalah Haris Fuady (19), mahasiswa semester 3, Polsri Bukit Besar, jurusan Teknik Mesin, tewas dalam kegiatan tersebut.
Peristiwa dialami Haris warga Jalan Jambu Sukorejo, 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Sabtu (02/12) sekitar pukul 15.00 WIB.
Sebelumnya, korban mengalami kesurupan, saat mengikuti kegiatan Diklatsar HBB di Jalan TPH Sopian Kenawas, Desa Mekar Sari Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus.
Kegiatan diikuti 26 panitia, 8 orang diantaranya adalah peserta Diklatsar. Lokasi kejadian jauh dari pemukiman warga, malamnya sekitar pukul 20.00 WIB, panita baru membawanya ke rumah seorang ustad Taufik warga Perum Griya Asri, Blok I, RT 09, Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus.
Setibanya di sana, sang ustad kebetulan tak ada di rumah, sedang mengisi kegiatan ceramah di luar. Namun korban sudah berada di rumah sang ustad, dan meninggal dunia. Kejadian tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polsek Gandus.
Kapolsek Gandus, AKP Aidil Fitri SH mengutarakan, peristiwa tersebut terjadi Sabtu sore sekitar pukul 15.00 WIB, rencana kegiatan selama tiga hari, korban baru 2 hari menjalani kegiatan Diklatsar.
“Dari keterangan saksi 6 orang rekan korban dan panitia. Saat kejadian bukan sedang kegiatan fisik seperti lari-lari. Namun hanya orientasi pengetahuan pembekalan pendakian dan navigasi. Saat itu, korban sedang berjalan biasa, tiba-tiba terjatuh,” ungkapnya.
Dilanjutkan Kapolsek, seorang rekan dan panitia korban dibantu diberi air mineral. Namun tak berselang lama, korban kerasukan saat siang jelang sore itu.
“Saat kerasukan, rekannya bertanya dengan korban, dijawablah kalau korban bukalah Haris tapi Helen katanya. Bilangnya, dak mau neruske kegiatan ini, karena masih anak-anak. Itu kata korban, berdasarkan keterangan saksi sama rekan korban juga,” jelasnya.
Disinggung penyebab kematian Haris, Kapolsek menegaskan tak ada kontak fisik. “Berdasarkan pemeriksaan dokter forensik RS Bhayangkara Polda Sumsel, tak ada tanda kekerasan murni korban meninggal dunia. Tidak dilakukan autopsi diperiksa visum luar saja,” tegas Kapolsek Gandus.
Terpisah, Irawan Rusnadi selaku Wakil Direktur III Polsri Bukit Besar, Bidang Kemahasiwaan, hadir turut berbela sungkawa menyebutkan, pihaknya menyerahkan perkara Diklatsar yang menelan korban jiwa ke pihak kepolisian.
“Pihak kepolisian sudah melakukan pemeriksaan saksi sampai melakukan visum luar kepada korban. Akan terus kita pantau perkembanganya dan kegiatan Diklatsar ini resmi diketahui dari Polsri,” tanggapnya.
Sedangkan, keterangan Hendi (42) sang paman korban mengatakan, meninggal pada hari kedua Diklatsar HBB Polri Bukit Besar.
Penyebab meninggalnya, karena mungkin kelelahan oleh seniornya, Diklasar Mapala bisa mereka didampingi senior. Kata seniornya, Haris kelelahan karena latihan terus.
‘’Katanya kerasukan terus dibawa ke orang pintar juga dikawasana sana. Habis kejadian Diksar langsung dihentikan, seluruh peserta dan panita dipulangkan. Untuk kontak fisik, ga ada tanda luka di tubuh korban,” ujarnya.
Riwayat penyakit Hendi mengatakan, keponakannya tak ada penyakit alias sehat walafiat. Tidak ada sakit, tak pernah juga kesurupan. Pihak keluarga belum tahu langkah kedepannya. Kemungkinan besar ini anggap musibah.
‘’Polsri Bukit Besar juga sudah datang secara kekeluargaan Direktur Politeknik ikut mengurus segala pemakaman almarhum,” jelasnya. (adi)
No Responses