LAHAT - Handri (44), bersama puluhan sopir truk ekspedisi lainnya sudah tak tahan dengan kondisi yang mereka hadapi. Setiap melintas Kota Prabumulih, selalu dicegat dan dimintai uang. Parahnya, saat tak diberi, pasti truk dilempari.
“Dak dikasih uang truk dilempari. Dikasih kecik, disuruh mutar arah,” keluh Handri, saat mendatangi Pemkab Lahat, bersama puluhan rekan seprofesinya, siang kemarin.
Menurutnya, setiap kali melintas wilayah Prabumulih, tak kurang Rp 200 ribu uang harus dikeluarkan untuk memberikan uang kepada pemalak itu.
Padahal sebagian besar sopir yang bermuatan sayur, material dan barang lainnya ini, hanya membawa truk milik orang lain.
Handri berharap, Pemkab Lahat menyampaikan persoalan yang mereka hadapi kepada Kapolda Sumsel agar para pemalak ditindak, dan gubernur menyampaikan persoalan yang mereka hadapi kepada Pemkot Prabumulih.
Handri menyatakan, saat ini meminta Pemkot Prabumulih memperbolehkan truk ekspedisi melintas dalam Kota. Jika jalan lingkar sudah selesai, mereka berjanji tak akan melintas dalam Kota Prabumulih.
“Bukan kami saja, sopir Pagaralam, Muara Enim, Tanjung Enim juga dipalak,” katanya.
Selama ini, ungkapnya, pemalakan di ruas jalan Prabumilih bukan satu titik saja, terdapat beberapa tempat. Uang yang diminta pun bervariasi. “Ado yang minta Rp 20 ribu, dak dipenuhi dak boleh lewat. Kami ini nyopir mobil wong nak ngidupi anak bini,” tegasnya.
Dia mengatakan, mereka tak menggelar demo di Pemkab Lahat, melainkan menyampaikan aspirasi.
Sekda Lahat, Nasrun Aswari SE MM, melalui Asisten I, Ramsi menyatakan, akan berkoordinasi dengan pihak terkait dan minta laporan secara tertulis dari para sopir.
‘’Untuk memudahkan koordinasi
Akan disampaikan kepada Walikota Prabumulih. Kami bersama Polres, Kodim dan pihak lainnya akan berkoordinasi dengan pemerintah dan aparat di Prabumulih,” ujar Ramsi. (rif)
Puluhan truk ekspedisi parkir di ruas Jalan Kolonel H Barlian, depan Kantor Bupati Lahat. FOTO ARIF/PALEMBANG POS
No Responses