PANGKALAN BALAI – Kasus tewasnya Fikriyatul Faida alias Ida, di kolam bekas galian Kelurahan Talang Keramat, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, pada Kamis (21/1), akhirnya menemui titik terang. Pelajar berusia 12 tahun itu, ternyata dibunuh pamannya sendiri atau tersangka Somad (34).
Warga Lorong Sekolah, Talang Jambe, Kota Palembang itu, tega membunuh keponakannya, lantaran terlilit utang narkoba jenis sabu. Dia pun menjalankan skenario dengan membegal pelajar SMPN 41 Palembang itu bersama tiga rekannya, Toni (29), RD dan RT. Dua nama terakhir masih buron.
Kedua tersangka, Somad dan Toni diringkus tim Reskrim Polsek Talang Kelapa saat menghadiri yasinan di rumah orang tua korban di Talang Jambe. Lutut kiri Toni terpaksa ditembak petugas, lantaran mencoba kabur saat ditangkap.
Kapolres Banyuasin AKBP Julihan Muntaha SIk, melalui Kapolsek Talang Kelapa Kompol Padmo Arianto SIk mengatakan, motif tersangka pembunuhan karena utang narkoba jenis sabu. Somad merupakan paman korban Ida yang tinggal serumah.
Profesi sehari-hari Somad adalah guru mengaji anak-anak. Dia diketahui memiliki utang sabu pada Toni Rp 750 ribu. Somad lah yang menyuruh Toni, RD dan RT mengambil motor yang biasa digunakan korban untuk pergi ke sekolah, sebagai tebusan untuk bayar utang.
“Untuk membayar utang, Somad bilang ambil saja secara paksa motor honda Beat keponakannya itu seperti korban begal. Tapi keponakannya jangan dibunuh, sebab motor itu dibeli dari uang hasil patungan dia dan Taufik, ayah korban,” terangnya.
Keempat tersangka pun mengatur siasat untuk melakukan perampasan motor Honda Beat korban. Diawali pelaku Toni, Selasa (19/1), sekitar pukul 12.15 WIB, menunggu korban di depan SMP 41 Palembang. Keduanya sudah saling kenal, karena sekampung.
Ketika itu pelaku Toni meminta tolong pada korban untuk mengantarnya ke Talang Keramat. Belakangan diketahui lokasi yang dituju merupakan Tempat Kejadian Perkara (TKP). “Korban tidak curiga karena satu kampung, jadi diantar saja sembari ia ingin pulang ke rumah arah Talang Jambe,” kata Padmo.
Sesampai di lokasi, ternyata tersangka Toni tidak sendirian, ada RD dan RT telah menunggu menggunakan sepeda motor Yamaha Jupiter. Korban pun dipaksa mengikuti ketiga pelaku. Ketika itu di TKP terdapat rumah kosong, korban pun diseret ke dalam rumah, lalu dipukul dan dicekik hingga pingsan. “Dari keterangan yang didapat, RD memegangi tangan korban sementara RT memukul dan mencekik korban,” katanya.
Sesudah pingsan, ketiga pelaku di TKP kebingungan. Merekapun menceburkan tubuh korban ke dalam kolam galian yang berada sekitar 20 meter dari rumah kosong tersebut. Setelah itu RT dan RD kabur membawa motor Honda Beat korban. “Tersangka RD dan RT yang membawa kabur motor, sementara Toni pulang ke rumahnya,” jelasnya.
Ditambahkan Panit I Unit Reskrim Polsek Talang Kelapa Iptu Hadi Hayat, Toni terpaksa dilumpuhkan polisi dengan timah panas dibagian lutut kanan, karena ketika ditangkap melawan petugas. “Toni ditangkap ketika di rumah korban, mendatangi Yasinan. Saat itu Toni mengaku hanya disuruh oleh Somad yang tidak lain adalah pamannya sendiri,” terang dia.
Sementara dua pelaku berikut 1 unit motor Beat korban masih dalam pengejaran, karena dibawa kabur RD dan RT. “Tempat persembunyian RT dan RD telah kita ketahui. Kita minta mereka segera menyerahkan diri atau sebelum polisi mengambil tindakan tegas,” tutupnya.
Sementara Somad mengakui telah menyuruh Toni, RD dan RT untuk mengambil motor korban. Diakuinya, dia kecanduan sabu-sabu sejak 3 bulan terakhir. Biasanya dia mengonsumsi sabu-sabu sendirian dengan membeli paket kecil Rp 50 sampai Rp 100 ribu.
“Karena tidak punya uang, jadi saya utang dulu sama Toni. Nah ketika ditagih saya bingung dan menyuruh Toni merampas motor Ida. Saya berpesan ke dia jangan dibunuh, karena dia masih keluarga saya sendiri. Tapi ceritanya jadi beda, Ida malah dibunuh mereka. Saya sungguh nyesal, tidak menyangka bakal begini jadinya,” terangnya. (din/jpnn)
Tersangka Somad (tengah), dan temannya Toni, diamankan di Mapolsek Talang Kelapa. Foto ali/HB/jpnn
No Responses