PALEMBANG – Pengusutan kasus penyelundupan minyak mentah sebanyak 1.200 Ton, yang diangkut dari Kapal Motor Tangker (KMT) Andhika Arsanti, akan diberikan ke KMT Merlion 2 berbendera Saint Kitts and Navis, di perairan Tanjung Kampeh Sei Sembilang, Banyuasin, yang digagalkan Ditpolair Polda Sumsel, memasuki babak baru.
Pasalnya, berdasarkan pemeriksaan dokumen, KMT Merlion 2, yang mengangkut minyak mentah illegal itu, diketahui milik seorang warga berkebangsaan Singapura. Penyidik akan memanggil para saksi untuk mengungkap keterlibatan yang bersangkutan.
Dirpolair Polda Sumsel Kombes Pol Robinson DP Siregar mengatakan, meski mengantongi dokumen kepemilikan, tidak diketahui manifes atau daftar angkut KMT Merlion Dua itu. Namun, pihaknya akan menyelidiki lebih dalam legalitas KMT yang berbendera Saint Kitts and Navis tersebut.
“Manifesnya tidak tahu. Yang pasti, KMT Merlion Dua berbendera Saint Kitts and Navis, dan pemiliknya orang Singapura,” ujar Robinson saat gelar tersangka dan barang bukti Mapolair Polda Sumsel, Senin (27/6).
Meski telah ditetapkan empat orang tersangka (nahkoda dan mualim), kata Robinson, tidak menutup kemungkinan tersangkanya bakal bertambah. Hal ini tergantung dengan pemeriksaan seluruh anak buah kapal, termasuk pemilik kapal. “Pemilik kapal asing itu akan kita panggil. Untuk sementara empat tersangka, kemungkinan bisa ada lagi (tersangka),” ujarnya.
Menurut dia, penyelidikan aksi ‘kencing’ minyak mentah illegal tersebut, sudah dilakukan sejak lama. Sebab diduga aksinya kerap dilakukan di perairan antara Sumsel dan Bangka Belitung. “Semuanya masih kita selidiki, pengakuan mereka baru sekali. Tapi penyelidikan sudah lama,” beber Robinson.
Selain itu, diduga penjualan minyak mentah tersebut dijual ke luar negeri, dan diduga tergabung dalam sindikat penjualan minyak mentah Internasional. “Minyak ini milik Pertamina. Untuk dugaan oknum orang dalam, masih kita selidiki semuanya,” tukasnya.
#Segera Lakukan Tindakan Tegas
Sementara itu, menyikapi pencurian minyak mentah itu, PT Pertamina (Persero), akan segera melakukan tindakan tegas terhadap pelaku pencurian. Bahkan pihaknya juga akan mencari tahu apakah ada oknum pegawai Pertamina yang terlibat atau tidak dalam kasus tersebut.
Seperti yang dikatakan Area manager communication & relations Pertamina MOR II Makasim, setelah dirinya mendapatkan laporan akan kasus tersebut. Pihaknya segera melakukan tindakan berupa mencari tahu kenapa tindakan pencurian tersebut terjadi.
“Kenapa bisa terjadi, saat ini kita masih menyelidiki apakah juga ada oknum pegawai kita yang terlibat. Apabila ditemukan (oknum Pertamina terlibat) tentu tindakan pemecatan akan dilakukan,” paparnya saat dihubungi melalui telepon pribadinya kemarin (27/6). Namun dia menyatakan sejauh ini pihaknya belum mendapatkan adanya oknum pegawai yang terlibat.
Dia mengungkapkan, kedepan pihaknya akan memperkuat keamanan. Diakuinya sejauh ini memang tidak ada petugas keamanan yang berada di kapal pengangkut minyak mentah milik Pertamina. “Namun kita akan pikirkan hal tersebut. Namun sampai saat ini memang tidak ada keamanan petugas yang ada di kapal,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ditpolair Polda Sumsel berhasil menggagalkan penyelundupan 1.200 ton minyak mentah dari KMT Andhika Arsanti, ke KMT Merlion yang berbendera negara Saint Kitts and Navis, di perairan Tanjung Kampeh, Sei Sembilang, Kabupaten Banyuasin. Empat nahkoda dan mualim dari dua kapal tersebut ditetapkan sebagai tersangka.
Kedua kapal tersebut ditangkap sedang bongkar muat atau pemindahan minyak di TKP, Kamis (23/6) dini hari. Saat itu, di KMT Merlion Dua sudah memuat 600 ton dan sedang berlangsung pemuatan 600 ton lagi.
KMT Andhika Arsanti memuat minyak yang didapat dari perairan Muntok, Bangka Belitung. Kapal tersebut membawa 27 anak buah kapal yang dinahkodai EZ. Sementara KMT Merlion Dua membawa sembilan ABK, dua diantaranya WN Myanmar. Dari manifes, KMT Andhika Arsanti harusnya mengirim ke Pertamina, ternyata diselundupkan alias ‘kencing’ ke kapal asing untuk dijual ke luar negeri.
Dari pemeriksaan, empat orang ditetapkan sebagai tersangka. Yakni EZ dan AK (nahkoda dan mualim KMT Andhika Arsanti), dan MEZ serta CSK (nahkoda dan mualim KMT Merlion Dua). Mereka dijerat Pasal 55 huruf B, C dan D Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas jo Pasal 55 KUHP dan Pasal 480 KUHP dengan ancaman di atas empat tahun penjara. (cw02/nik)
No Responses