KAYUAGUNG - Kerajinan anyaman purun yang telah dilakukan masyarakat Kecamatan Pedamaran OKI secara turun temurun terancam punah. Ini diakibatkan akibat berkurangnya bahan baku yang semakin berkurang lantaran areal tanaman yang semakin berkurang tergerus izin lokasi perusahaan perkebunan.Padahal, Kecamatan Pedamaran yang luasnya mencapai 1.059,68 kilometer persegi hampir 75 persen wilayahnya merupakan rawa gambut yang banyak ditumbuhi Purun yang merupakan bahan baku kerajinan masyarakat yang dikenal dengan sebutan kota tikar tersebut.
Namun masuknya sejumlah perusahaan perkebunan yang mendapatkan izin lokasi di areal tanaman purun tersebut mengancam kelestarian produksi kerajinan purun pedamaran yang telah menyebar ke Sumsel, Lampung, Bengkulu, hingga Bangka Belitung. Kini. sementara itu hingga saat ini pemerintah setempat belum mengeluarkan regulasi berkaitan dengan perlindungan lahan gambut purun tersebut. Untuk mendorong pemerintah kabupaten agar bertindak cepat, puluhan masyarakat pedamaran melakukan aksi solidaritas untuk penyelamatan lahan gambut purun di halaman kantor Bupati OKI, Kamis (25/5).
Syarifuddin Goesar, selaku Koordinator Aksi (Korak) mengatakan, mayoritas warga Kecamatan Pedamaran hidup dari hasil pertanian seperti sawah tadah hujan yang dilakukan setahun sekali, ada juga yang mengolah kayu, dan berdagang tapi daerah ini juga terkenal dengan kerajinan purunnya yang dapat dijadikan tikar, tas, keranjang dan lainnya. “Dapat dipastikan hampir 90 persen perempuan di Desa Pedamaran bisa menganyam purun, sebuah keahlian yang didapatkan secara turun temurun,” ujarnya.
Menurutnya, bagi masyarakat Pedamaran bermarga Danau dari suku Pandesak, menganyam tikar purun bukan hanya untuk mencari nafkah, tapi juga untuk menjaga tradisi leluhur yang hingga kini terus dilestarikan. “Namun, sangat disayangkan lebak purun kian hari kian terkikis bahkan nyaris tidak adalagi sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan bahan purun untuk membuat kerajinan tikar, tercatat hanya ada beberapa titik yang masih terdapat purun diantaranya Lebak Purun Arang Setambun, Lebak Purun Tanjung Sahang, Lebak Gambalan dan Lebak Purun Kemang Penyeti,” tegasnya.
Katanya, pihaknya telah beberapa kali mengirimkan surat audiensi dengan Bupati OKI, hingga kini tidak ada tanggapan. “Kita sudah melakukan upaya persuasif tapi tidak ada tanggapan makanya kami turun kejalan melakukan aksi solidaritas ini,”jelasnya.Kedatangan puluhan masyarakat pedamaran ini untuk mendesak Bupati OKI untuk segera mengeluarkan regulasi tentang perlindungan ekosistem Gambut Purun. Selanjutnya pihaknya juga meminta pemkab OKI segera menetapkan area gambut purun seluas 300 hektar sebagai kawasan pemanfaatan tradisional masyarakat pedamaran. (jem)
No Responses