Keberadaan anak jalanan (Anjal), gelandangan dan pengemis (Gepeng) diberbagai kota tak ada habisnya. Keberadaannya selalu menjadi permasalahan yang harus disikapi bijak oleh Pemerintah.
Belakangan ini, anjal dan gepeng juga marak berkeliaran di ibukota Kabupaten OKI. Hal ini sering membuat masyarakat dan pengguna jalan resah dan was-was.
Mereka kerap mendatangi kantor-kantor Pemerintahan dan mangkal di pinggir Jalintim OKI untuk meminta belas kasihan pengemudi yang melintas. Modusnya, membawa anak-anak yang masih berusia balita.
Yusuf (40) warga Kayuagung mengaku, maraknya keberadaan anjal dan gepeng belakangan menimbulkan perspektif negatif di mata masyarakat.
“Terkadang kami kasihan dengan keberadaan anjal dan gepeng ini. Mereka dimanfaatkan untuk mencari nafkah. Seharusnya, di usianya anak-anak tersebut bermain dan sekolah, bukan merasakan debu dan panas terik demi sesuap nasi,” ungkapnya.
Menurutnya, selama ini, aparat Satpol PP sering melakukan penertiban. Namun karena tidak adanya solusi dan tempat khusus untuk menampung anjal dan gepeng.
Akibatnya, setelah ditertibkan mereka kembali dipulangkan. Tapi setelah beberapa hari, mereka kembali melakukan rutinitasnya.
Sedangkan, Jaedan (51) warga Desa Celikah Kecamatan Kayuagung yang mengemis selalu mengajak putrinya, Yuliza (7) ikut duduk dipinggir Jalan Lintas Timur Kayuagung.
Sembari menadahkan tangan ketika dimintai keterangan dia mengaku, memilih berprofesi sebagai pengemis. Lantaran pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu tidak banyak menghasilkan uang.
“Dulu sering ngesol sepatu, tapi dapet duitnyo dikit. Sekarang seharinyo biso dapet Rp150 ribu, paling sedikit Rp50 ribu,” akunya.
Dirinya juga mengaku, selalu mengajak anaknya mengemis agar orang yang lewat ada belas kasihan dan mau memberikan uang yang banyak.
“Dio (Yuliza,red) ini maseh sekolah. Tapi pas balek sekolah jam 10, langsung aku ajak ngemis. Kami selalu mangkal dipinggir jalan itulah pak, soalnya disitu wong lewat rame,” tandasnya. (jem)
No Responses