DETASENEN Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri dan Brimob Polda Sumsel menangkap 12 orang terduga teroris jaringan Sumatera atau bagian dari kelompok Anshorut Khilafah, Minggu (10/12).
Dari belasan orang yang ditangkap tersebut, informasinya ada beberapa orang berasal dari Kecamatan Lubai Ulu Kabupaten Muara Enim.
Menanggapi itu, Camat Kecamatan Lubai Ulu Kabupaten Muara Enim, Erwin ketika dikonfirmasi, membenarkan. Namun dirinya tak mengetahui berapa jumah pasti warga yang diduga anggota teroris yang diamankan Densus 88 dan Polda Sumsel tersebut.
Menurut Erwin, dirinya hanya mengenal dua orang dari 12 orang yang diamankan itu Solihin dan Budiman.
“Mereka memang warga Lubai Persada dan sudah lama tinggal disana,” ujar Erwin sembari menuturkan umur kedua pria yang diamankan itu, berkisar 50 tahunan dan keduanya sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Camat Lubai menuturkan, terduga teroris bernama Solihin merupakan mantan Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di desa tempatnya tinggal yakni Lubai Persada.
“Pak Solihin ini setahun terakhir memang membuat semacam pengajian dirumahnya. Tapi dikatakan pondok pesantren belum terlalu ramai,” bebernya.
Dijelaskan Erwin, daerah tempat tinggal terduga teroris tersebut merupakan daerah trans yang berada dipaling ujung kecamatan lubai ulu tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Uulu (OKU).
“Ada 11 desa di sini, 7 diantaranya masih daerah trans dan masih rawan termasuk Lubay Persada,” ungkapnya.
Masih kata camat, lokasi tempat tinggal terduga teroris juga masih terbilang lokasi terpencil, akses jalan menuju desa tersebut belum diaspal alias masih tanah merah dan berbatuan.
Di daerah itu juga belum ada sinyal handphone seluler dan juga hampir semua permukiman warga masih dikelilingi pohon karet.
“Boleh dibilang disana memang masih daerah Trans, banyak dikelilingi pohon karet dan belum ada sinyal dan hanya beberapa rumah yang mempunyai TV karena memang susah sinyal,” pungkasnya.
Sementara, Kapolsek Rambang Lubai, AKP Indra Gunawan membenarkan, dari belasan terduga teroris yang ditangkap Densus 88 ada beberapa orang. Diantaranya, merupakan warga yang tinggal diwilayah hukum yang dipimpinnya.
Namun Indra enggan menjelaskan panjang lebar, terkait proses penangkapan maupun identitas terduga teroris tersebut. “Ya, kita membenarkan. Tapi untuk lebih jelasnya silakan konfirmasi ke Polres atau Polda,” ujarnya.
Sementara, 5 terduga teroris yang ditangkap petugas Densus 88 Mabes Polri di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Minggu (10/12) dinihari, hanya satu yang diamankan untuk ditindaklanjuti. Sementara empat orang lainkan telah dipulangkan ke rumahnya.
Kapolres Ogan Ilir, AKBP Gazali Ahmad Sik MH yang memberikan keterangan, Senin (11/12) menyebutkan, kelima terduga teroris yang diciduk tersebut merupakan satu keluarga warga Gang Seroja Dusun V Desa Pulau Semambu Kecamatan Inderalaya Utara.
Kelima orang dimaksud, Abu Ibrahim alias Yazid (29), terduga teroris yang akhirnya diamankan. Kemudian Ririn (istri), Suryati (ibu mertua), Hasanah (kakak ipar perempuan) dan Suryadi (kakak ipar). Keempat orang terakhir, akhirnya dipulangkan ke Polres Ogan Ilir. “Semula ke lima orang itu diperiksa di Mapolda Sumsel. Hasil pemeriksaan itu. Empat orang lainnya kita pulangkan ke rumahnya di Desa Pulau Semambu,” jelas Kapolres, kemarin.
Kapolres juga mengaku, sembari mengantarkan pulang didampingi Kapolsek Inderalaya AKP Bambang Julianto, Kades Pulau Semambu Suparmin, dirinya juga memberikan bantuan beras kepada keluarga teroris tersebut.
“Memang kalau kita saksikan dilapangan, kehidupan ibu mertua dan keluarga terduga teroris itu sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah semi permanen sangat sederhana,” ujar Gazali.
Terkait kejadian ini, Kapolres mengimbau kepada aparat desa, tokoh masyarakat, terutama kades supaya peduli terhadap lingkungannya. Terlebih lagi terhadap warga pendatang supaya diteliti dan dimintai keterangan. Karena ada kemungkinan orang dimaksud dapat membahayakan keselamatan warga lainnya sehingga sangat perlu diwaspadai.
Sementara dari keterangan Kades Pulau Semambu, Suparmin mengatakan, selama ini warganya tidak mencurigai gerak-gerik terduga teroris Yazid. Mereka (warga) hanya melihat keseharian Yazid hanya sebagai petani sayur biasa dan tidak melihat ada kelompok pengajian khusus yang diajarkannya.
“Yazid ini memang baru sejak Maret 2017 lalu tinggal di Pulau Semambu dan jarang berbaur dengan masyarakat sekitar,”ucap kapolres mengutif keterangan kades Pulau Semambu.
Kemudian dari keterangan tetangganya, Herman (40) mengatakan, tidak menyangka jika Yazid ini terlibat jaringan terduga teroris. Sebab kesehariannya dikenal orang baik-baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda yang mencurigakan.
“Orangnya baik dan rajin salat di masjid sehingga kami kaget ketika dia diciduk petugas Densus,”ujar Herman. (din)
No Responses