BATURAJA - Ternyata, dibalik eforia pernikahan ABG dengan janda 71 tahun, Desa Karang Endah, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menyimpan kesedihan seorang bocah perempuan yang bernama Amanda. Bocah malang ini harus melawan penyakit hydrocephalus, penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikal serebal dimana gangguan tersebut menyebabkan menumpuknya cairan di kepala yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital.
Akibatnya, Amanda harus menahan sakit setiap hari dan mengalami kejang-kejang 7 kali dalam satu hari. Bocah yang ditinggalkan sosok ayah setahun yang lalu karena bercerai dengan ibunya tersebut hanya diobati seadanya, bahkan saat ini Amanda tidak mendapatkan perawatan medis sama sekali karena tidak adanya biaya pengobatan. Maklum saja Minarti, ibu Amanda tidak memiliki pekerjaan tetap, ibu Amanda hanya seorang serabutan selepas ditinggal cerai suami. “Sejak umur dua bulan anak saya menunjukan gejala-gejala penyakit ini, kepalanya mulai membesar dari hari kehari,” kata Minarti yang kesehariannya hanya mendapat upah dari memanen hasil perkebunan milik orang lain tersebut.
Tidak hanya sakit hingga kejang-kejang setiap hari yang dirasakan Amanda, bocah tersebut juga harus ditinggal Minarti ke kebun untuk mencari uang bekal makan mereka setiap hari. Setiap paginya Amanda dititipkan dengan adik Minarti seraya menunggu kakak perempuan Amanda pulang dari sekolah untuk bergantian merawat dan menjaga Amanda.
“Kalau Eka sekolah kadang saya nitip Amanda sama adik saya. Kami hidup menumpang sama bapak saya. Kalau suami saya tidak ada lagi karena bercerai setahun lalu,” kata Minarti yang berusaha tegar menceritakan kondisi keluarganya.
Sebenarnya Amanda bukan tidak pernah diobati, pernah satu ketika anak ketiga Minarti tersebut dibawa ke rumah sakit di Palembang. Di rumah sakit tersebut dokter menyatakan Amanda harus segera dioperasi. Karena saat itu Minarti tidak memiliki biaya untuk operasi, akhirnya Amanda dibawa kembali ke rumah untuk diobati seadanya. Karena itu saat ini kepala Amanda makin membesar, setidaknya lingkaran kepala Amanda sudah mencapai 60 centimeter serta berat kepalanya sudah mencapai 5 kilogram atau sudah sepertiga berat tubuhnya yakni 11 kilogram.
Minarti saat ini hanya bisa merawat Amanda seadanya dengan kemampuan ekonominya, dirinya hanya berharap agar ada orang dermawan yang mau mengulurkan tangannnya membantu meringankan penderitaan Amanda. “Kasihan Amanda, sekarang durasi kejang-kejangnya sudah 7 kali dalam satu hari,”pungkas Minarti.Sementara itu, Ketua Barisan Pemuda Lengkiti Bersatu (BPLB) H Muslimin Jakpar alias Mimin, berharap pemerintah atau pun para dermawan melihat juga kondisi Amanda yang merupakan tetangga nenek Rohaya dan Slamet yang lagi terkenal saat ini.
“Ini soal kemanusiaan dimana seorang balita yang tinggal satu RT satu dusun dengan pasangan pengantin yang lagi viral, harus tiap hari bertarung melawan penyakitnya. Sedangkan ibunya tidak bisa mengasuh sepenuhnya,” tegasnya.
“Jadi kenapa kita tidak menoleh juga penderitaan keluarga ini yang tertutupi pemberitaan berlebih-lebihan pasangan Slamet dan nenek Rohaya. Sementara keluarga ibu Minarti tak punya biaya sama sekali untuk operasi anaknya,” demikian Mimin menggugah pemerintah dan masyarakat berbagai kalangan untuk bisa membantu penyembuhan penykit balita Amanda.
Sementara Direktur RSUD dr Ibnu Soetowo Baturaja, dr Rynna Dyana, menceritakan mereka belum mengetahui jika ada balita atau pasien diduga mengalami hydrocephalus di Kecamata Lengkiti. “Dilihat dari gambarnya, itu Hidrosepalus. Selama ini belum tahu kalau ada pasien seperti itu,” kata dr Rynna, Kamis (13/7).Mengenai keterbatasan ekonomi keluarga balita tersebut, dr Rynna mengatakan untuk biaya bisa mengunakan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatra Selatan yang gratis. (len)
No Responses