Palembang-Disaat pemerintah pusat sedang sibuk dengan impor beras, dengan alasan stok beras menipis. Di Gudang Bulog yang ada di Kabupaten OKU Timur, justru terdapat 2 ribu ton beras yang memburuk karena tidak kunjung didistribusikan.
Hal ini terungkap saat kunjungan kerja Komisi II DPRD Sumsel ke gudang Bulog OKU Timur, Rabu (21/2). Bagaimana tidak, saat wakil rakyat mengecek stok beras di tengah polemik impor beras ternyata terdapat stok 2 ribu ton beras tahun 2016 yang sudah tak layak konsumsi.
Dari temuan terlihat beras yang seharusnya didistribusikan sebagai beras sejahtera (Rasta) dan masyarakat sudah menguning dan pecah tak sempurna. Begitu juga kondisi stok beras 2017 meskipun masih putih tapi sudah pecah. “Kondisinya sudah tidak layak konsumsi, saya mempertanyakan ini. Kok bisa ya di tengah kebutuhan masyarakat akan beras bahkan Impor, justru di gudang Bulog belum terdistribusikan, mengendap. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai ribuan ton dari tahun 2016,” kata anggota Komisi II DPRD Sumsel, Ir H Sujarwoto.
Lebih jauh Politisi Gerindra ini menuturkan berdasarkan penjelasan Bulog, beras tersebut diperoleh dari hasil petani, tapi justru mengendap lama dan tidak dilakukan langkah distribusi yang baik. “Kenapa ini dibiarkan? Katanya mau dilelang, jangan-jangan ada sesuatu koq menunggu lelang, kan bisa operasi pasar sebelumnya sebagai solusi memenuhi kebutuhan akan beras masyarakat,” tegasnya.
Sebelumnya, wakil ketua Komisi II DPRD Sumsel Dr Budiarto Marsul mengatakan, kunjungan kerja ke Kabupaten OKU Timur guna memastikan cadangan beras sekaligus mengetahui persoalan yang dihadapi petani di OKU Timur. “Kita waktu itu pernah menyampaikan menolak beras impor. Karena Sumsel ini banyak daerah penghasil beras. Nah karena itu perlu peningkatan produksi padi dari petani sekaligus mengecek stok beras,” tukasnya.
Terpisah, Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel, H Bakhtiar AS membenarkan jika terdapat 2 ribu ton stok beras tahun 2016. Ia menjelaskan kenapa bisa terjadi stok ini, karena memang kondisi panen tahun 2015-2016 banyak sehingga melebihi kuota.”Katakanlah misalnya kuota kita 10 ribu ton, sementara stok kita 20 ribu ton sehingga tertinggallah stok yang ada,” jelasnya.
Diterangkan, sesuai dengan prosedur penyimpanan dan perawatan di Bulog, jika nanti kondisi beras sudah tidak layak maka tidak salurkan lagi. “Sekarang prosesnya lelang karena tidak mungkin dipasarkan akan merugikan masyarakat,” katanya.Seperti Kepala Perum Bulog lainnya, yang selalu mengandalkan kata-kata baru menjabat sebagai alasan untuk mengelak dari permasalahan yang ada. Hal yang sama juga disampaikan Bakhtiar, saat dicecar mengenai hal ini. “Saya masih baru sehingga mempelajari alasan ini bisa terjadi, tapi dalam rangka mengurangi kerugian yang lebih besar maka harus dilelang,” katanya.(del)
No Responses