MERDEKA - Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan peringatan waspada terhadap penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) kepada seluruh rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang, dr Afrimelda mengatakan, jumlah penderita DBD saat ini sudah tergolong tinggi karena mencapai 24 orang dari lima orang yang terdata beberapa pekan lalu.
“Surat edaran sudah dikirimkan ke seluruh puskesmas agar menerapkan deteksi dini terhadap penyakit DBD. Khususnya untuk pasien yang datang dengan suhu tubuh yang tinggi,” kata dia.
Afrimelda mengatakan, pasien yang mendatangi pusat kesehatan dengan suhu tubuh diatas normal atau sekitar 38 derajat celcius patut dicurigai mengidap DBD.
“Apalagi yang tidak didahului gejala batuk dan flu. Bisa jadi pasien tersebut terkena DBD dan harus diberikan penanganan khusus,” kata dia.
Ia menjelaskan, penyakit DBD ditandai dengan suhu tubuh yang bergerak naik secara tiba-tiba. Kalaupun membaik, suhu tubuh penderita tidak akan turun secara signifikan.
“Masa inkubasi virus DBD memang sekitar 2-3 hari. Namun, tetap harus diwaspadai karena ada juga pasien yang dalam satu hari sudah memasuki masa kritis,” ujar dia.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Menurut Afrimelda, kasus DBD biasanya mengalami kenaikan pada Desember hingga Maret seiring dengan periode musim hujan
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Lesti Nurainy mengatakan, memasuki Januari jumlah penderita DBD akan terus meningkat hingga penghujung musim hujan.
“Pada tahun-tahun sebelumnya, puncak penderita DBD paling banyak berada di bulan Januari. Untuk tahun ini, diperkirakan pada bulan Maret. Hal itu disebabkan oleh curah hujan yang semakin tinggi, dan kelembaban yang terus-menerus terjadi,” kata Lesti didampingi Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Sumsel, Mulyono.
Berdasarkan data yang diperoleh Dinkes Sumsel, Januari 2013 penderita DBD mencapai titik paling tinggi di bulan-bulan lainnya, yakni 362 penderita. Dan di Januari 2014 turun hingga separuhnya yakni 137. Dia mengaku, belum menerima data dari Dinkes kabupaten/kota untuk data penderita di bulan Januari tahun ini.
Dalam data Incident Rate (IR), yakni jumlah kejadian per 100.000 penduduk dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, Prabumulih menjadi yang tertinggi di Sumsel yakni 135. Angka ini jauh diatas angka nasional yang hanya berada di angka 51.
“Prabumulih menjadi tinggi, karena mobilitas penduduknya pun berkembang. OKU Selatan pun pada tahun-tahun sebelumnya tercatat tidak ada penderita positif DBD, namun sejak tahun lalu jadi ada karena peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas yang semakin maju,” lanjutnya.
Namun, bila dilihat dari data absolut 2014, yakni jumlah keseluruhan penderita, Palembang tetap tertinggi yakni 560 penderita karena kepadatan penduduknya pun lebih tinggi daripada kabupaten/kota lainnya. Terbanyak kedua yakni Prabumulih dengan jumlah penderita 226 orang.
Sebanyak 122 penderita berada di Banyuasin, 90 penderita di Muara Enim, 81 di Musi Banyuasin, 79 di OKU Timur. Selanjutnya OKU 62 penderita, PALI 58 penderita, OKI 55 penderita, Ogan Ilir 52 penderita, Pagaralam 43 penderita, Lubuklinggau 32 penderita, dan Lahat 21 penderita.
Daerah dengan jumlah penderita paling sedikit adalah Musi Rawas dan Muratara yang hanya 8 penderita serta OKU Selatan 3 penderita. Dan sejak dua tahun terakhir tidak ditemukan penderita DBD di Kabupaten Empat Lawang.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinkes Sumsel mulai mendistribusikan 5.500 kilogram bubuk larvasida, 2.365 liter insektisida fogging sekaligus alat pelindung diri untuk petugas penyemprotan, dan 2.660 Rapid Test Diagnostic (RTD) DBD. (ika/ety)
No Responses