Korban Anak Dibawah Umur
LUBUKLINGGAU - Asep Bili Ropdoni (23), warga Desa Cangkuan, Kelurahan Bandung Selatan, Kecamatan Banjaran, Bandung, diringkus Unit Reskrim Polsek Lubuklinggau Utara. Pasalnya pemuda ini, terlibat dalam human trafficking alias penjualan perempuan terhadap Anak Baru Gede (ABG) berinisial UN (15), warga Bandung.
Tersangka diringkus saat santai di kediamannya, di Desa Cangkuan, Selasa (02/6), sekitar pukul 15.00 WIB. Terungkapnya perdagangan anak dibawah umur tersebut, berawal dari razia Badan Narkotika Nasional (BNN) Lubuklinggau, di area lokalisasi Patok Besi, Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, pada 18 Mei 2015 lalu.
Dalam razia tersebut, BNN mengamankan korban UN dan Roli, warga Lubuklinggau, yang belakangan diketahui seorang mucikari. Hasil tes Urine korban negatif, hingga menunjukkan bahwa korban bukan pengguna narkoba. Karena korban masih berusia 15 tahun, korban berikut Roli dilimpahkan ke Polsek Lubuklinggau Utara I.
Hal itu diakui Kapolres Lubuklinggau AKBP Ari Wahyu Widodo, melalui Kapolsek Lubuklinggau Utara AKP M Ali Rahman. Menurut Ali, pihaknya menerima pelimpahan dugaan human trafficking tersebut tiga hari kemudian, atau tepatnya pada 21 Mei 2015.
Dari pengakuan korban UN, diketahui bahwa sebelum diamankan BNN, dirinya baru satu minggu berada dan dipekerjakan di Komplek Lokalisasi Patok Besi. Sebelumnya korban ditawari pekerjaan oleh tersangka Asep di karaoke dengan iming-iming akan menerima gaji Rp 10 juta perbulan. Selain itu, bila bersedia menemani tamu, dia mendapatkan bonus Rp 5 juta pertamu.
Selama berada di lokalisasi itu, menurut Ali, korban mengaku sudah melayani lima orang pria hidung belang. Tetapi bayaran yang diterima jauh dari angka yang dijanjikan yakni hanya Rp 200 ribu. Itupun harus dibagi dua dengan mucikarinya. Artinya korban hanya mendapat bagian Rp 100 ribu.
Selain itu diketahui, bahwa yang menjemput korban setelah tiba di Lubuklinggau dan membawanya ke area lokalisasi itu adalah tersangka Roli. Dari nyanyian Roli, diketahui bahwa korban dikirim oleh tersangka Asep Bili Ropdoni dari Bandung. “Berdasarkan ketarangan korban dan tersangka Roli, anggota kemudian diberangkatkan ke Bandung untuk melakukan penangkapan terhadap tersangka Asep disana,” terang Ali.
Selanjutnya, tersangka Asep dibawa dengan menempuh jalur darat dan udara. “Dari Bandung dibawa naik mobil, setibanya di Jakarta dibawa menggunakan pesawat dan baru tiba di Bandara Silampari Kamis (04/6), sekitar pukul 11.00 WIB,” ujar Ali.
Sementara itu, setiba di Bandara, tersangka dijemput empat anggota lain yang sudah menunggu sebelumnya. Kemudian tersangka langsung di gelandang ke Mapolsek Lubuklinggau Utara, dengan mengendarai mobil Avanza warna hitam.
Sedangkan korban, oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau melalui Dinas Sosial (Dinsos), Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA), sudah dipulangkan ke daerah asalnya di Bandung beberapa hari yang lalu. “Kita masih melakukan pengembangan dan diduga masih ada pelaku lainnya,” tambah M Ali.
Kepada polisi, Asep menjelaskan, dirinya mengenal korban baru seminggu. Tersangka juga berdalih bukan dirinya yang menawarkan pekerjaan, melainkan korban sendiri yang meminta pekerjaan kepada dirinya. “Baru kenal seminggu dengan korban, di rumah pacarnya, kebetulan pacarnya teman aku,” kata tersangka Asep.
Pucuk dicinta ulam tiba, disaat temannya di Lubuklinggau membutuhkan pekerja, tambah Asep, kebetulan korban meminta pekerjaan. Karena itu dia mengantarkan dan mengirimkan korban melalui Bus Raflesia di Jalan Baypas, Bandung. Setelah korban tiba di Lubuklinggau, dia mendapat imbalan dari tersangka Roli senilai Rp 1 juta.
Terpisah, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lubuklinggau Meli Zukri, mensinyalir masih ada korban human traficking oleh tersangka yang melakukan penjualan anak dibawah umur ke lokalisasi prostitusi. “Keinginan kita selaku LPA, agar aparat mencari sampai ke akar-akarnya, diduga masih ada korban lain yang dijual tersangka,” kata Meli.
Selain itu, sebagai kota transit, lanjut Meli, bukan tidak mungkin Kota Lubuklinggau menjadi tempat human traficking. “Namanya juga kota transit, macam-macam orang dari daerah lain datang dan singgah, diantara mereka bukan tidak mungkin pelaku dan korban dari human trafficking,” tutur Meli.
Ditambahkan Meli, pihaknya berharap agar ada kepedulian warga Lubuklinggau terhadap korban perdagangan manusia. Untuk itu, bila mengetahui harus cepat memberikan informasi kepada instansi terkait. “Jangan dibiarkan anak-anak dibawah umur menjadi korban,” ujarnya. (yat)
No Responses